Shalom,
Hendaknya lagu-lagu dengan lirik kata-kata yang bagus tidak sekadar dinyanyikan tetapi juga menjadi kesaksian hidup kita untuk didengar oleh orang-orang di sekitar kita.
Kesaksian apa yang dinyanyikan oleh pemazmur 49?
“Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. Dengarlah hai bangsa-bangsa sekalian, pasanglah telinga hai semua penduduk dunia, baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin bersama- sama!” (ay. 1-3)
Pemimpin biduan dari bani Korah menghimbau agar lagu/mazmurnya didengar oleh semua penduduk dunia dari latar belakang apa pun – yang kaya-miskin; yang mulia-hina dst.
Introspeksi: seberapa jauh dan seberapa banyak orang mendengar kesaksian hidup kita dalam mengikut Yesus? Apakah kita berani bersaksi hanya di dalam gereja tetapi diam seribu bahasa ketika berada di kerumunan masyarakat? Sudahkah (telinga) tetangga dan penduduk Surabaya mendengar Yesus dan perbuatan-perbuatan- Nya yang ajaib melalui mulut kita?
Pemazmur mengatakan, “Mulutku akan mengucapkan hikmat dan yang direnungkan hatiku ialah pengertian. Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, akan mengutarakan peribahasaku dengan bermain kecapi.” (ay. 4-5)
Kata-kata “mulutku”, “hatiku”, “telingaku”, (jariku) bermain kecapi menunjuk pada perorangan bukan kelompok. Pribadi ini beroleh karunia dan terbeban untuk (mulutnya) menyuarakan hikmat, hatinya merenungkan pengertian, telinganya mendengarkan amsal dan jarinya memainkan kecapi.
Ternyata telinga, mulut dan hati saling berkaitan. Contoh: kita mendengar Firman Tuhan dengan telinga yang disampaikan (dengan mulut) oleh Pembicara tetapi belum tentu disimpan dalam hati sehingga Firman tersebut pelan-pelan diabaikan setelah kebaktian dan dilupakan setelah beberapa hari kemudian.
Perhatikan, apa yang keluar dari mulut kita? Apakah omelan, cercaan, sindiran, penghinaan, kata-kata bersifat menjilat dst.? Atau tutur kata yang berhikmat? Umumnya kita merenungkan sesuatu memakai otak/pikiran tetapi pemazmur merenungkan di hati yang memberikan pengertian. Di Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengatakan Firman itu ada di dalam mulut dan di dalam hati (Rm. 10:8).
Dunia mempunyai banyak hikmat dan filosofi bagus tetapi tidak ada sangkut pautnya dengan penyembahan kepada Tuhan. Tahukah Yesus adalah satu-satunya hikmat Surgawi? Itu sebabnya pemazmur berani mengatakan mulutnya akan mengucapkan hikmat untuk beroleh pengertian.
Pemazmur juga menyendengkan telinganya kepada amsal dan mengutarakan peribahasa dengan kecapi. Permainan kecapi ada kaitannya dengan kesaksian hidup. Contoh: saat Daud bermain kecapi, Raja Saul yang kerasukan roh jahat menjadi tenang (1 Sam. 16:23). Hal ini terjadi karena Daud remaja yang menggembalakan kambing domba ayahnya dipilih Tuhan dan diurapi menjadi raja menggantikan Raja Saul yang ditolak oleh-Nya. Daud tipe orang yang setia dalam pekerjaan dan ini menjadi modal ketika dia nanti diangkat menjadi raja.
Aplikasi: bila kita ingin diurapi Tuhan, kita harus setia dalam pekerjaan, ibadah dan pelayanan. Jangan mempunyai prasangka buruk apalagi iri hati terhadap orang lain seperti dilakukan oleh kakak-kakak Daud yang menganggap Daud mau mencari nama dengan maju perang melawan Goliat.
Masih berkaitan dengan permainan kecapi, 4 makhluk dan 24 tua-tua tersungkur di hadapan Anak Domba sambil masing-masing memegang kecapi menyanyikan nyanyian baru (Why. 5:8-9). Di kesempatan lain 144.000 orang (di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya) memetik kecapi menyanyikan nyanyian baru di hadapan takhta (Why. 14:1-3). Juga orang-orang yang menang dari binatang itu membawa kecapi menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba (Why. 15:2-3).
Introspeksi: lagu-lagu apa yang kita mainkan dan nyanyikan dalam menyongsong kedatangan Tuhan? Apakah berbicara mengenai Yesus, Mempelai Anak Domba? Atau malah lagu dan gaya serta cara ibadah yang meniru model duniawi?
Pemazmur menekankan adanya dua kelompok yang perlu mendengar hikmat Surgawi, yakni:
- Kelompok mulia dan yang hina → persoalan kedudukan dan kehormatan.
- Kelompok kaya maupun yang miskin → persoalan uang.
Mengapa pemazmur menyinggung dua kelompok ini?
- Bersyukur kepada Allah yang telah membebaskan nyawa mereka dari kematian sia-sia.
“Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku, mereka yang percaya akan harta bendanya dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya dan tidak memadai untuk selama-lamanya – supaya ia tetap hidup untuk seterusnya dan tidak melihat lobang kubur. Sungguh, akan dilihatnya: orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungu pun binasa bersama-sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain. Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama-lamanya, tempat kediaman mereka turun-temurun; mereka menganggap ladang-ladang milik mereka.” (ay. 6-12)
Tuhan menegur orang kaya yang mengandalkan kekayaannya. Di Perjanjian Baru, Rasul Paulus menegaskan segala sesuatu halal tetapi tidak semuanya berguna (1 Kor. 6:12); segala sesuatu diperbolehkan tetapi bukan segala sesuatu berguna (1 Kor. 10:23). Jadi, kita boleh menjadi kaya tetapi hendaknya kekayaan kita tidak fokus untuk diri sendiri tetapi menjadi berkat bagi orang lain.
Lebih lanjut Rasul Paulus mengingatkan untuk tidak berlagak tahu dengan mengajarkan ajaran sesat sebab ibadah yang disertai rasa cukup memberi keuntungan besar (1 Tim. 6:3-4). Ingat, kita datang ke dunia bahkan meninggal pun tidak membawa apa-apa; asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Waspada bagi mereka yang ingin kaya, mereka terjerat ke dalam pelbagai nafsu dan terjatuh ke dalam pencobaan menuju kepada kebinasaan sebab akar segala kejahatan ialah cinta uang (ay. 6-10). Bahkan khusus bagi orang kaya, mereka diperingatkan supaya tidak tinggi hati juga tidak mengandalkan kekayaannya melainkan kepada Allah yang memberikan kita segala sesuatu untuk dinikmati (ay. 17).
Aplikasi: tentu kita boleh kaya tetapi tidak boleh tinggi hati; jadilah kaya dalam kebajikan dan suka memberi/berbagi (ay. 18). Jangan bertindak seperti Ananias dan Safira!
- Kekayaan duniawi tidak dapat bertahan.
“Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” (ay. 13)
Ternyata kekayaan di hadapan Tuhan tidak berarti apa-apa – uang dapat digunakan dengan baik menjadi berkat bagi orang lain tetapi uang dapat pula memerosotkan rohani kita sampai kepada kebinasaan.
Apa kata pemazmur selanjutnya? “Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang- orang yang gemar akan perkataannya sendiri. S e l a Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku. S e l a” (ay. 14-16)
Pemazmur begitu yakin Tuhan akan menyelamatkan dia dari cengkeraman kematian. Kenyataannya, setiap orang akan mengalami kematian tetapi bagi kita, orang percaya, Yesus sudah bangkit mengalahkan kematian dan hidup selama-lamanya. Di dalam tangan-Nya ada segala kunci maut dan kerajaan maut (Why. 1:18).
Apa kata Alkitab mengenai orang sombong? 1 Korintus 1:26-31 menuliskan, “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang tetapi apa yang bodoh bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia dipilih Allah bahkan apa yang tidak berarti dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis barangsiapa yang bermegah hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
Aplikasi: sebagai anggota tubuh Kristus, masing-masing mempunyai karunia berbeda satu sama lain; untuk itu kita tidak boleh merendahkan karunia orang lain lalu membanggakan karunianya sendiri. Tuhan dapat memakai siapa pun – yang kaya, yang miskin, yang kuat, yang lemah, yang berhikmat, yang bodoh dst. untuk memuliakan Dia bukan memuliakan diri sendiri.
Pemazmur mengakhiri tulisannya dengan mengulang, “Manusia yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” (ay. 21,13)
Kalau kita tidak merenungkan Firman Allah dalam hati, kita tidak mempunyai pengertian; akibatnya kita disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Bukankah nasib manusia sama dengan nasib binatang, kedua- duanya sama-sama bernapas dan sama-sama mati (Pkh. 3:19)? Namun pemazmur menegaskan kegemilangan dan kebanggaan karena kekayaan tidak dapat bertahan artinya tidak kekal. Jika kita membanggakan hal-hal bersifat sementara/fana, kita disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
Kita telah mendengarkan (telinga) Firman Tuhan untuk memberitakannya (mulut) kepada bangsa-bangsa dan penduduk bumi apa pun latar belakangnya bahwa manusia memerlukan pengertian (hati) hikmat dari Tuhan dan mengandalkan Dia sepenuhnya karena hanya Dia yang mampu memberikan berkat keselamatan terlepas dari kebinasaan kekal. Amin.