Shalom,
Kita sangat membutuhkan Firman Tuhan untuk menghadapi tekanan dan tantangan dalam keseharian hidup kita. Dan Firman Tuhan yang kita dengar patut direnungkan serta dipraktikkan supaya menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.
Mazmur 49 mengajarkan hikmat juga kebodohan bagi siapa yang tidak mengandalkan Tuhan tetapi berfokus pada pencarian harta duniawi bersifat fana yang tidak sesuai dengan perspektif kekekalan.
Kita mempelajari lebih jauh pesan dari Mazmur 49 ini, yakni:
Pemberitaan tentang hikmat kepada seluruh umat di dunia (ay. 1-2).
“Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. Dengarlah hai bangsa-bangsa sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia,”
Bukankah pengurbanan Yesus disalib merubuhkan tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dengan bangsa kafir sehingga mereka dipersatukan oleh darah Kristus (Ef. 2:11-13) dan Yesus menjadi juru Selamat dunia?
Dampaknya, Injil disebarkan ke seluruh dunia dan semua orang dipanggil untuk membuka telinga mereka mendengarkan kabar baik ini.
Berita baik ini ditujukan kepada semua kalangan/golongan – yang mulia-hina, yang kaya-miskin (ay. 3) – sehingga yang mulia dan kaya tidak mengandalkan status dan kekayaan mereka sementara yang hina dan miskin berputus asa merenungi nasib buruk mereka. Perhatikan, di hari penghakiman nanti setiap orang akan diadili menurut perbuatannya (Why. 20:13) bukan menurut statusnya.
Pemazmur mengucapkan hikmat (ay. 4), siapa hikmat itu? Pribadi Kristus (Ams. 1:20) – adalah hikmat Allah dan satu-satunya Allah yang turun ke dunia menjadi manusia Yesus sebagai Perantara antara Allah dan manusia. Yesus menjadi topik pembahasan dari para rasul, nabi dan penginjil yang membicarakan Pribadi-Nya serta perbuatan- perbuatan-Nya yang besar terutama karya keselamatan yang dikerjakannya.
Aplikasi: kita harus dapat memahami hikmat Ilahi yang membuat kita menjadi bijak dan dipersiapkan untuk beroleh keselamatan. Kemudian kita memberitakan hikmat tersebut yang tersembunyi dan tidak dikenal oleh penguasa- penguasa dunia sehingga mereka menyalibkan Yesus (1 Kor. 2:6-7).
“Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, akan mengutarakan peribahasaku dengan bermain kecapi.” (ay. 5) → Mengarahkan telinga kepada amsal dan mengutarakan perumpamaan merupakan cara yang Yesus lakukan dalam memberitakan Injil (bnd. Mat. 13:3,35)
Pemazmur mendengarkan dengan saksama dan merenungkan peribahasa dengan baik untuk beroleh pengetahuan lalu mengajarkan kepada orang lain agar menjadi berkat bagi orang itu. Hal yang sama seperti ini harus kita kerjakan dalam pengikutan kita kepada Tuhan.
“Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku,” (ay. 6) Pemazmur mau menyampaikan hikmat Allah kepada umat-Nya, orang-orang kudus, supaya tidak khawatir menghadapi hari-hari terpuruk atau hari-hari celaka.
Kapan hari-hari celaka itu terjadi?
- Di masa tua manusia yang penuh dengan kelemahan dan tekanan di bidang kesehatan, keuangan (tidak lagi bekerja), kesendirian (ditinggal suami/istri/anak) Namun percayalah Tuhan yang setia tetap menyertai dan memelihara kita sejak masa muda dan tidak akan meninggalkan kita di masa tua bahkan sampai pada masa kekekalan (Yes. 46:4). Sungguh merupakan suatu keuntungan jika kita hidup mengandalkan Tuhan yang begitu setia kepada kita!
- Hari-hari akhir ini yang mana kejahatan, kedurhakaan dan kesesatan merajalela (Ef. 5:16).
- Hari pencobaan besar yang menguji seluruh penduduk bumi (Why. 3:10).
Apa kata pemazmur selanjutnya? “mereka yang percaya akan harta bendanya dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya dan tidak memadai untuk selama – lamanya – supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur. Sungguh akan dilihatnya: orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungu pun binasa bersama-sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain. Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama-lamanya, tempat kediaman mereka turun-temurun; mereka menganggap ladang-ladang milik mereka. Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela” (ay. 7-14)
Sangatlah kontradiktif kehidupan yang mengandalkan Tuhan dengan kehidupan yang mengandalkan harta kekayaan. Mereka yang mengandalkan harta benda mengarahkan pandangan hatinya pada harta kekayaan dan mengabaikan rencana Tuhan di dunia ini juga di kekekalan nanti. Mereka mengejar harta, bersandar padanya dan lebih menyukai kesenangan dunia padahal ini adalah dosa kejahatan di mata Tuhan. Mereka bermegah atas kekayaan dan menyombongkan diri merasa pantas mendapatkan semuanya sebagai hasil dari kepandaian dan kepintaran mereka. Mereka tidak (mau) menyadari bahwa kekayaan dan kuasa untuk menikmatinya adalah pemberian Allah (Pkh. 5:19).
Memang harta kekayaan dapat digunakan untuk menebus/membayar utang kita tetapi tidak dapat membebaskan kita dari belenggu dosa dan ancaman kematian kekal akibat dosa. Hanya Tuhan yang berkuasa menebus manusia dari ikatan dosa dan kebinasaan kekal. Untuk penebusan dosa harus ada kurban penebusan sebagai gantinya dan satu-satunya kurban yang layak hanyalah kurban Kristus disalib. Kurban-Nya lebih dari cukup sehingga tidak diperlukan kurban-kurban lainnya. Hanya darah Kristus yang kudus dan tidak bercela bukan emas, perak dan harta lainnya yang dapat menebus dosa manusia dari pehukuman yang akan datang (1 Ptr. 1:18-19).
Amat disayangkan, orang kaya berpikir dengan kekayaannya dia mampu mencegah dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Umumnya orang kaya takut terhadap kematian dan pajak sebab sudah menjadi rahasia umum orang kaya suka menipu pajak untuk mengurangi jumlah nominal pembayaran aslinya. Demikian pula dengan canggihnya teknologi medis, orang kaya mengeluarkan uang banyak dalam upaya memperpanjang umur untuk dapat lebih lama menikmati kesenangan duniawi. Ini adalah penyesatan yang didengung-dengungkan oleh dunia untuk merasuki pemikiran orang-orang yang putus asa karena belum menemukan tujuan hidup. Kenyataannya, semua orang – kaya, miskin, bijak, bodoh, berstatus maupun hina – akan mati jasmani pada waktu yang ditentukan oleh-Nya dan tidak ada seorang pun atau apa pun dapat mengubah kenyataan ini. Bukankah sia-sia bekerja keras membanting tulang untuk mengumpulkan kekayaan tetapi semuanya tidak dapat dinikmati bahkan diberikan/ditinggalkan kepada orang lain ketika seseorang mati? Ingat, orang mati tidak dapat menikmati hasil kerja keras mereka.
Jelas harta sebanyak apa pun tidak dapat menghindarkan manusia dari kematian jasmani tetapi hikmat dapat melindungi pemiliknya dari kematian kedua itulah kematian kekal (Pkh. 7:12).
Semasa hidup, orang kaya dapat memiliki rumah besar nan mewah tetapi pada akhirnya kuburan menjadi tempat tinggalnya ketika ajal menjemput. Kita semua pada akhirnya tinggal di kuburan untuk membusukkan tubuh kita. Apa yang mau dibanggakan?
Manusia dengan segala kegemilangannya – kekayaan, jabatan tinggi, status mulia – jika hidup tidak takut akan Tuhan dan tidak memahami hikmat-Nya (Firman-Nya) akan membuat keputusan bodoh seperti kebodohan binatang yang dibinasakan. Manusia yang berkedudukan, yang terhormat, yang kaya tetapi tidak berpengertian dan tidak berhikmat dapat bertindak buas bagaikan binatang predator yang memakan binatang-binatang kecil. Dia menindas sesama untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa memedulikan mereka. Alkitab memberikan contoh kebodohan dari orang yang menaruh semua kepercayaan pada kekayaannya ketimbang mengandalkan Tuhan seperti perumpamaan orang kaya yang bodoh. Karena hasil panennya membludak, dia mau mendirikan lumbung-lumbung yang lebih besar untuk menampung gandum dan barang-barangnya kemudian menikmati hidup dengan bersenang-senang. Namun dia tidak tahu kalau malam itu juga jiwanya diambil, untuk siapa semua kekayaannya nanti? (Luk. 12:13-21). Inilah nasib orang kaya yang bodoh dalam membuat keputusan.
Aplikasi: hendaknya kita menyadari bahwa Tuhan benar-benar yang terutama di dalam hidup kita. Jangan mengejar kekayaan duniawi hingga melupakan Dia karena ini merupakan keputusan bodoh yang membawa kita pada kebinasaan kekal. Bagaimana kita dapat menjawab ketika harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hari penghakiman nanti?
Lebih lanjut, pemazmur mengatakan, “Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati sebab Ia akan menarik aku. Sela Janganlah takut apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. Manusia yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” (ay. 15-21)
Kata ‘domba’ mengindikasikan penggembalaan. Kita perlu masuk dalam penggembalaan untuk digembalakan oleh Gembala agung dan Pemelihara jiwa kita itulah Yesus Kristus. Ia membebaskan kita dari kuasa dunia orang mati (Hos. 13:14) walau kita harus mati (fisik) untuk sementara waktu tetapi kita akan dibangkitkan pada saat kedatangan-Nya yang kedua (1 Tes. 5:16).
Pemazmur memberitahu kita untuk tidak kagum atau iri hati melihat orang kaya bertambah makmur sebab harta kekayaan yang dikumpulkan di bumi ini bersifat sementara dan tidak dapat dibawa mati. Kekayaan dan kehormatan tidak cukup menyelamatkan seseorang dari maut dan dia akan dikumpulkan dengan nenek moyangnya di dalam kuburan. Ketika seseorang meninggal tanpa kebenaran Tuhan, dia tidak akan pernah melihat cahaya terang kemuliaan. Jiwanya akan hidup di tempat yang sangat mengerikan neraka namanya dan dia akan tersiksa selamanya.
Satu-satunya hal yang mengikuti seseorang ke dalam kekekalan/keabadian ialah jiwa. Untuk itu kita harus mengejar perkara-perkara spiritual bersifat kekal seperti: relasi kita dengan Tuhan, pengampunan dosa dan keselamatan yang disediakan oleh-Nya. Ketika orang percaya mati, dia akan memasuki hadirat Tuhan dan diam di dalam kemuliaan Surga untuk selamanya.
Sekarang kita mengerti bahwa hidup kita bersumber dari Tuhan bukan dari kekayaan, kedudukan, status dan kepandaian kita. Jadi kita harus mengandalkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Tujuan utama kita dalam hidup ini bukan untuk meraih kekayaan dan kehormatan setinggi-tingginya tetapi mencapai kehidupan kekal nanti. Oleh sebab itu takutlah akan Tuhan, jauhi kejahatan, kasihi sesama dan tetaplah rendah hati. Amin.