Shalom,
Mazmur 48 yang ditulis oleh bani Korah tidak hanya menceritakan tentang kebesaran Tuhan, tetapi juga mengajak umat untuk menceritakan kebesaran Allah kepada generasi-generasi berikutnya. Setiap generasi perlu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya yang ajaib, agar mereka tidak binasa (Hos. 4:6). Faktanya, muncul generasi sesudah angkatan Yosua yang tidak mengenal Allah ataupun perbuatan-perbuatan besar-Nya atas nenek moyang mereka. Akibatnya, mereka melakukan kejahatan dan menyembah berhala yang membuat Tuhan murka lalu menghukum mereka (Hak. 2:6-23).
Sungguh betapa penting menceritakan perbuatan Tuhan kepada setiap generasi agar mereka percaya dan diselamatkan Allah (Rm. 10:13-14). Bagaimana mereka dapat percaya jika tidak mendengar? Bagaimana mereka dapat mendengar bila tidak ada yang menceritakannya? Generasi Israel zaman Musa yang sekalipun menyaksikan perbuatan ajaib Tuhan, ada yang tidak percaya dan malah mencobai-Nya; apalagi generasi yang tidak melihat dan mendengar kebesaran TUHAN.
Bagaimana bani Korah dalam Mazmur 48 mengajar kita menceritakan kebesaran Allah?
· Menceritakan Kebesaran Allah harus dimulai dari mendengar, mengalami serta mengimani kebesaran Allah itu sendiri (ay. 2-9).
“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita! ... Seperti yang kita dengar, demikianlah kita lihat, di kota TUHAN semesta alam, di kota Allah kita; Ia akan menegakkannya untuk selama-lamanya.”
Seperti bani Korah mendengar kebesaran Tuhan yang melakukan perbuatan ajaib bagi nenek moyangnya, demikian jugalah mereka melihat dan mengalami kebesaran Allah di zamannya. Allah dan kebesaran-Nya senantiasa tetap sebab TUHAN tidak berubah dari dahulu, sekarang dan selamanya.
Mengapa pemazmur menyebut-nyebut kebesaran Allah di kota Sion, Yerusalem, kota Allah? Mazmur 48 ditulis setelah peristiwa perlindungan Allah di zaman Yosafat, raja Yehuda (2Taw. 20). Saat itu Yosafat mendengar pasukan bani Moab dan Amon dalam jumlah besar hendak menyerang Yerusalem. Yosafat dan seluruh penduduk Yehuda ketakutan lalu mereka datang sujud di hadapan Tuhan meminta pertolongan dari-Nya. Dalam doanya, Yosafat mengingat perbuatan Allah di masa lampau, yang mana Tuhan menghalau penduduk lokal ketika bangsa Israel memasuki Kanaan. Dari mana Yosafat mengetahui perbuatan Tuhan di masa lampau? Tentu mendengar dari nenek moyang mereka dan membaca kitab Taurat. Dia mendengar dan membaca bagaimana Allah bekerja dari zaman ke zaman dan bertindak atas umat-Nya. Sementara mereka berseru dan berdoa kepada Tuhan, Yahaziel, orang Lewi dari bani Asaf, dipenuhi Roh TUHAN dan menguatkan Yosafat beserta seluruh umat supaya mereka tidak takut sebab Allah yang berperang bagi mereka. Terbukti, mereka menyaksikan bagaimana Tuhan berperang bagi umat-Nya. Mereka menyanyi dan bersorak-sorai bagi Tuhan yang telah melindungi kota Yerusalem sehingga kota itu aman.
Pemazmur mendengar perbuatan TUHAN di masa lampau dan mereka mengalami perbuatan Allah di zamannya. Saat itu mereka dan umat Allah bergirang karena TUHAN memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng bagi kota Sion, kota Yerusalem (Mzm. 48:3-4). Kemegahan gunung Sion, kota Raja Besar, seperti puncak gunung Zafon (TB2). Gambaran Zafon mengungkapkan bagaimana mereka mengingat pertolongan TUHAN atas nenek moyang mereka di masa Yefta, yaitu kemenangan atas bani Amon dan bani (Hak. 11:12-28). Bukankah perbuatan Tuhan itu sama dari waktu ke waktu?
Pada ayat 5-8, pemazmur menyatakan fakta kebesaran TUHAN yang membentengi kota Yerusalem dan Bait Allah dari serangan musuh. Tuhan menjadi lawan mereka serta membuat para musuh terkejut dan kebingungan serta gentar bagaikan perempuan hendak melahirkan. Allah mengombang-ambingkan para musuh seperti menghancurkan kapal-kapal Tarsis dengan angin badai timur (TB2). Ungkapan “memecahkan kapal-kapal Tarsis” (ay. 8) juga menjadi peringatan bagi umat agar mereka tidak mengandalkan yang lain, seperti yang dilakukan oleh Yosafat pada akhir hidupnya (2Taw. 20:35-37 bnd. Yeh. 27:25-27).
Aplikasi: ketika kita percaya kepada Tuhan, tetaplah percaya kepada-Nya dan jangan mengandalkan yang lain apalagi bersekutu dengan yang jahat. Apapun pergumulan yang kita hadapi saat ini, tetaplah mengandalkan Tuhan dan mengingat perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya sejak zaman lampau. Seperti dialami Yosafat dan bangsa Israel, sembari menanti pertolongan, mereka bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan. Demikian pula dengan kita, orang-orang percaya, sehingga pengalaman yang kita alami boleh kita saksikan kepada generasi berikutnya. Bahkan kita yakin Tuhan tetap menolong kita dalam menghadapi tantangan ke depan sebab janji-Nya sampai kepada kekekalan.
Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan bahkan Israel dibuang ke Babel karena mereka melakukan kejahatan. Kemudian para Nabi, di antaranya Yehezkiel dan Yesaya mendapat penglihatan tentang Yerusalem baru dan pemulihan kota Sion serta dibangunnya kembali Bait Allah. Dan benar ketika masa pembuangan selesai, mereka pulang ke tanah Yehuda, membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci seperti dikisahkan oleh Ezra dan Nehemia. Mereka bersukacita dan bersorak-sorai karena Bait Allah dibangun kembali sebab Tuhan memerhatikan mereka. Namun di tengah sorak-sorai ada tangisan karena generasi lama mengingat Bait Suci Salomo yang jauh lebih megah (Ezr. 3:10-13). Namun jelas fokusnya tidak terletak pada kemegahan bangunan Bait Suci tetapi Tuhan yang tetap setia memerhatikan umat-Nya.
Tuhan tidak hanya setia kepada umat-Nya tetapi juga adil, dibuktikan dengan menghukum bangsa-bangsa yang mensyukuri kejatuhan Yerusalem terlebih yang menyombongkan diri dan tidak percaya kepada-Nya (Yeh. 25-32). Hal ini juga berlaku untuk bangsa-bangsa hingga pada akhir zaman (Why. 17-18) dan akhirnya ini membuktikan Tuhan menegakkan Bait dan kota Allah, Yerusalem yang Baru untuk selama-lamanya (Why. 21 bnd. Mzm. 48:9).
Aplikasi: hendaknya pengalaman penyertaan dan pertolongan Tuhan kita saksikan kepada generasi berikutnya supaya mereka dapat melihat, memahami dan percaya kepada Tuhan. Ceritakan pula perbuatan-perbuatan Tuhan atas umat-Nya, yang tertulis dalam Alkitab! Untuk itu cintai dan tekun renungkan Firman Tuhan setiap hari!
· Menceritakan Kebesaran Allah harus berfokus pada Kasih Setia Tuhan (ay. 10-15).
“Kami mengingat (TB2: merenungkan), ya Allah, kasih setia-Mu di dalam bait-Mu….Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita (He will be our guide even to death = Dialah yang memimpin kita sampai akhir hayat)!”
Kemegahan Bait Allah dan Yerusalem serta pertolongan Tuhan di masa lalu merupakan kebesaran Allah yang perlu kita ceritakan. Namun demikian, pemazmur mengajak kita untuk lebih merenungkan kasih setia-Nya yang kekal. Dengan kata lain, fokus kita pada kasih setia Tuhan dan Pribadi-Nya bukan pada hal-hal fisik yang bersifat fana. Kalau berfokus hanya pada hal-hal yang dianugerahkan Tuhan, ini nanti dapat menjadi berhala. Contoh: Tabut Perjanjian menyimbolkan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya dan membawa kemenangan bagi bangsa Israel. Namun ketika mereka sekadar memberhalakan Tabut Perjanjian tanpa menghormati Allah yang hadir di dalamnya, mereka mengalami kekalahan. Hal tersebut terjadi pada zaman Imam Eli ketika anaknya, Hofni dan Pinehas, membawa Tabut Perjanjian ke medan pertempuran, mereka mengalami kekalahan bahkan Tabut tersebut dirampas oleh orang Filistin (1Sam. 4:3-11). Demikian pula dengan Bait Suci dan Yerusalem yang merupakan tempat Allah hadir, juga dihancurkan bahkan umat-Nya dibuang (2Taw. 36:11- 21). Selain itu, Bait Suci kedua yang dibangun kembali pasca pembuangan (Ezr. 3) dan diperluas oleh Herodes (Yoh. 2:19-21), yang mana TUHAN pernah hadir di sana, juga dihancurkan pada tahun 70M. Sampai saat ini orang Israel tidak mempunyai Bait Suci dan mereka berusaha membangun Bait Suci ketiga. Peristiwa-peristiwa tersebut bukan menunjukkan ketidaksetiaan Allah melainkan ketidaksetiaan umat-Nya yang tidak takut akan Dia. Allah justru terus menunjukkan kasih setia-Nya dengan menegakkan kembali sebab bahwasanya untuk selama-lamanya ‘kasih setia-Nya’. Alkitab memberikan janji jaminan bahwa Tuhan akan menegakkan sampai selamanya.
Aplikasi: bila kita mau disertai dan ditolong oleh Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan dan fokuslah pada Pribadi Tuhan dan kasih setia-Nya bukan pada hal-hal yang fisik/jasmani. Persoalan dan masalah boleh datang silih berganti tetapi Tuhan memimpin dan menolong kita hingga akhir hayat. Inilah yang kita ceritakan kepada generasi berikutnya.
Dalam bersaksi kita harus menceritakan fakta yang telah dialami; oleh sebab itu pemazmur mengatakan, “kelilingi dan edari Sion, hitung menaranya, perhatikan temboknya” (ay. 13-14). Kita perlu menghitung, mengukur dan menilai setiap perbuatan Tuhan yang agung tetapi fokusnya tetap pada kasih setia-Nya. Raja Daud pernah berbuat kesalahan dengan menyuruh Yoab menghitung seluruh rakyat Israel dari Dan sampai Bersyeba setelah mengalami kemenangan demi kemenangan. Hal tersebut jahat di mata Tuhan dan akibatnya Tuhan menghukum Daud dan Israel (2Sam. 24:13). Hukuman Allah tersebut memiliki kesan bahwa hasil penghitungan yang dilakukan berfokus pada Daud. Penghitungan atas kemegahan Sion, kota Yerusalem harus selalu bermuara pada kesimpulan: “Inilah Allah kita yang kekal, yang memimpin kita hingga akhir hayat” (Mzm. 48:15). Hal yang senada diungkapkan Alkitab ketika menghitung ukuran Kota Yang Kudus dengan kesimpulan TUHAN HADIR DI SITU (Yeh. 48:30-35). Demikian pula penghitungan terhadap kota Yerusalem yang Baru, muaranya pada Tuhan Allah Yang Mahakuasa yang hadir di dalamnya (Why. 21). Kemegahan fisik perlu kita hitung namun harus selalu difokuskan pada Allah yang hadir dan berkarya di dalamnya. Itulah fokus yang kita ceritakan kepada generasi berikutnya.
Pembelajaran: segala kemegahan, pencapaian, keberhasilan, kesembuhan dan berkat apa pun yang kita terima semata-mata adalah dari Tuhan dan bukan karena kehebatan kita. Kita harus menghitung setiap berkat yang Tuhan anugerahkan dan hasilnya kasih setia Tuhan yang bekerja di dalamnya. Oleh sebab itu segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, dan bagi Allahlah kemuliaan sampai selama-lamanya (Rm. 11:36).
Akhirnya, sebagai orang percaya, kita perlu menceritakan kebesaran Allah yang telah kita dengar, alami dan yakini dalam kehidupan kita. Ada banyak kebesaran TUHAN yang kita rasakan namun fokusnya adalah teragung, yaitu kasih setia-Nya yang telah menyelamatkan hidup kita (1Ptr. 2:9-10). Persekutuan dengan perjamuan Tuhan mengingatkan kita akan karya Kristus yang agung juga sekaligus memerintahkan kita memberitakan Injil-Nya sampai Ia datang kembali (1Kor. 11:26). Biarlah setiap generasi memuji kebesaran Allah dan menceritakan kemuliaan-Nya turun temurun (Ef. 3:14-21). Amin.