• MENCERITAKAN KEBESARAN ALLAH 
  • Mazmur 48
  • Lemah Putro
  • 2023-06-11
  • Pdt. Stephen Pandir Manurung
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1379-menceritakan-kebesaran-allah-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Ketika kita cangkruk (ngobrol bareng) dengan komunitas kita, apa yang menjadi topik bahasan yang lagi trending tergantung pada kelompoknya, misal: kelompok ibu-ibu akan asyik ngomong tentang harga bahan-bahan pokok di pasar yang naik atau turun; bapak-bapak gembira/kecewa ketika perkumpulan sepak bola favoritnya menang/kalah, grup Gembala-Penatua sibuk membahas Firman Tuhan dan masalah yang dihadapi oleh jemaatnya dst. 

Topik apa yang dibicarakan oleh Pemazmur dalam tulisannya di Mazmur 48?

  • Mengajak kita untuk bercerita yang berpusat pada kehadiran Allah (ay. 1-8).

“Nyanyian. Mazmur bani Korah. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita!” Gunung-Nya yang kudus yang menjulang permai adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu jauh di sebelah utara, kota Raja Besar. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng….raja-raja datang berkumpul,…mereka tercengang-cengang, terkejut lalu lari kebingungan….Dengan angin timur Engkau memecahkan kapal-kapal Tarsis.” 

Walau tampak sekilas pemazmur memuji kota Sion, gunung Sion dan puri-puri tetapi sebelum semua itu disuarakan diawali dengan kebesaran Allah yang mendahuluinya. Memang waktu itu kota Sion, Yerusalem, lagi di puncak kejayaan dan mazmur ini digubah entah di zaman Daud atau Salomo. Namun sesungguhnya Allahlah yang harus menjadi pusat pengagungan bukan perkara-perkara yang lain. Ilustrasi: betapapun megahnya suatu gedung dibangun, pujian akan lebih besar ditujukan kepada siapa yang tinggal di dalam gedung tersebut. 

Aplikasi: dalam beribadah dan memuji Allah, kita tidak boleh berhenti hanya pada perkara-perkara fisik/jasmani seperti: bersukacita karena fasilitas gereja yang lengkap, bersyukur karena sembuh dari penyakit, ketemu anggota jemaat yang menyenangkan dll. tetapi kita memuji dengan sukacita oleh karena Allah hadir di tengah- tengah kita. Kita patut bersyukur atas keadilan Allah yang luar biasa; dapat dibayangkan jika Surga terbuka hanya karena gedung gereja yang memiliki fasilitas lengkap, jemaat yang diberkati dengan kekayaan melimpah, bagaimana dengan nasib gereja terpencil yang sederhana juga jemaat dari kelompok marginal? 

Kesemarakan dan keagungan Sion tidak akan terwujud jika tidak ada kehadiran Allah di sana. Allahlah yang membuat benda mati di kota Sion itu menjadi hidup, berharga dan istimewa. Puri-puri sebagai benteng menggambarkan Allah yang kuat tidak tergoyahkan dan tidak dapat ditembus. Jauh berbeda ketika Allah tidak ada di dalam benteng Yerusalem, musuh dengan mudah merubuhkan, membakar dan menjarahnya. Jadi, bukan situs dan prasasti juga pencapaian serta prestasi tetapi apakah Allah masih ada di dalamnya. Itu sebabnya Tuhan harus menjadi pusat dari segala pujian dan Ia ada di atas segala keagungan. 

Apa yang terjadi jika Allah tidak hadir di gedung/istana/bait Allah? Inilah yang ditangisi oleh Yeremia dalam tulisannya di Kitab Ratapan. Bila Mazmur 48 mengagung-agungkan Sion, Kitab Ratapan justru bersifat kontaradiktif oleh sebab tidak adanya kehadiran Allah di Sion. Contoh:

Ratapan 1 → Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem

Ratapan 2 → Murka Allah terhadap Sion

Ratapan 3 → Penghiburan dalam penderitaan

Ratapan 4 → Sengsara Sion yang dahsyat

Ratapan 5 → Doa untuk pemulihan 

Sayang, bangsa Israel terjebak dengan pengagungan terhadap dinasti Daud dan Salomo, tembok Yerusalem yang besar, istana yang mewah padahal tanpa Tuhan semua akan terbalik, yang ada hanyalah kehancuran, penderitaan dan ratapan luar biasa.

Sekali lagi pengagungan dan kemuliaan hanya layak diterima oleh Tuhan yang hadir bukan tentang apa yang kita miliki namun kenyataannya kita sering terjebak menghabiskan energi banyak hanya untuk mendapatkan hal-hal fisik menyebabkan kita kehilangan Allah. Jelas mengagungkan Allah tidak ada hubungannya dengan apa yang kita punya. Harga diri kita tidak tergantung pada apa yang kita punya tetapi siapa yang hadir di dalamnya dan siapa yang memiliki kita. Contoh: janda/duda tidak perlu merasa sendirian tidak mempunyai siapa-siapa, harga diri Anda tidak tergantung pada suami/istri; pasangan suami-istri yang childless, harga kalian bukan pada anak; pekerja keras yang masih belum mampu membeli rumah atau kendaraan, harga Anda tidak terletak pada properti. Apapun kondisi kita, semua masalah ini tidak boleh menghalangi kita untuk mengagungkan dan memuliakan Allah. 

Mengapa Gunung Sion saat itu menjadi kegirangan bagi seluruh bumi? Pemazmur menuliskan alasannya, yakni: karena adanya kehadiran Allah yang membuat Sion menjadi tempat yang istimewa dan menarik bagi umat seluruh dunia terutama Bait Allah yang ada di dalamnya membangkitkan kekaguman serta kegirangan bagi mereka yang mengenal-Nya. Tahukah apa yang terjadi ketika Allah tidak ada di Bait Suci? Sangat mengerikan! Tahun 586 SM Bait Suci diinjak-injak oleh Nebuzaradan, jenderalnya Nebukadnezar. Pada tahun 70 M, jenderal Titus menghancurkan seluruh bangunan hingga rata dengan tanah sampai hari ini. 

Benarkah Sion lebih istimewa dan hebat dibandingkan dengan kota-kota lain? Bani Korah menulis kondisi Sion ± 900 SM di masa Daud dan Salomo. Sementara itu pada tahun 1323 SM kemajuan teknologi sipil yang luar biasa dimiliki oleh bangsa-bangsa sekitar khususnya Mesir di era Firaun Tutankhamun (1341-1323 SM). Sejak 1922 arkeolog dunia terus mengeksplorasi lembah para raja Mesir kuno dan menemukan begitu hebatnya Mesir di masa lampau mulai dari bangunan Piramid Giza dan Luxor City. Kesimpulan, dibandingkan dengan kota Yerusalem pada masa itu ternyata ada banyak kota yang sudah lebih dahulu istimewa, jauh lebih mewah nan megah tetapi justru yang dikagumi adalah Sion. Israel bukan negara besar dan populasinya tidak besar pula. Kalau begitu di mana letak keistimewaannya dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain sehingga raja-raja terkejut dan kebingungan? Oleh sebab adanya Allah (ay. 15). Ini yang membuat bangsa Israel berbeda. Allah yang transenden – agung dan mulia tidak tersentuh oleh apa pun – menjadi imanen – milik mereka. Banyak agama di dunia mencari dan menciptakan allahnya untuk disembah (misal: matahari, bulan, pohon dll. menjadi allahnya) tetapi dalam hal ini justru Allah yang mencari dan memilih Israel (bangsa paling kecil dari segala bangsa) untuk menjadi umat kesayangan-Nya oleh sebab sumpah kepada nenek moyang mereka (Ul. 7:6-8). 

Pembelajaran dari peristiwa pengagungan dan penghancuran Sion: hanya Allah yang layak untuk ditinggikan dan dimuliakan. Kehadiran Allah menentukan nilai dari segala sesuatu yang kita miliki. Tanpa Allah, Israel tidak ada apa-apanya dan Sion hanyalah kota di atas bukit yang membosankan dan menjengkelkan. Bukan tebalnya tembok Yerusalem, tingginya menara Sion, tingginya gunung Sion dan puri istana raja yang agung tetapi ada Allah atau tidak di dalamnya. 

Bangsa Israel benar-benar istimewa karena sebagai bangsa kecil yang tidak mempunyai senjata dan tentara banyak telah membuat bangsa-bangsa terkejut dan tercengang lalu lari kebingungan. Bukankah bangsa Israel juga pernah menyeberangi laut Teberau yang terbelah, meruntuhkan tembok Yerikho tanpa rudal atau bom, mengalahkan Filistin yang kuat dll.? Mereka istimewa karena Allah mencintai mereka dan dimiliki oleh-Nya. Sesungguhnya Allah memperlakukan bangsa Israel dengan istimewa bukan untuk membangkitkan kesombongan atau memanjakan mereka tetapi Ia ingin mereka menjadi bangsa yang memiliki kepribadian istimewa yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Namun sayang, mereka menangkap kestimewaan ini hanya pada perkara fisik, contoh: mereka menang karena ada Tabut Perjanjian, berkoalisi dengan Mesir membuat mereka kuat, dll. hingga akhirnya mereka dibuang ke Babilonia (± 586 SM) menjadi tawanan selama 70 tahun dan semua simbol kebanggaan mereka dihancurkan. Di tahun pertama penaklukan, mereka berdoa kepada Tuhan agar memulihkan mereka tetapi Tuhan tidak menjawab. Tahun demi tahun berlalu dalam pembuangan, mereka hanya menghabiskan hari-harinya dengan meratap dan menangisi diri bahkan tidak mau bekerja, tidak mau menikah dan bereproduksi (Yer. 29:4-7). Ini menggambarkan kondisi depresi yang luar biasa. 

Aplikasi: baik dalam keadaan berjaya/sukses maupun kondisi yang sangat sulit, Allah tidak pernah berubah memperlakukan kita sebagai orang-orang istimewa. Kita istimewa di hadapan Tuhan oleh karena kasih-Nya. Oleh sebab itu jangan mudah kecewa kemudian meninggalkan Tuhan hanya karena doa kita yang bertahun- tahun belum dijawab oleh-Nya! Jangan pula melayani Tuhan karena kondisi kita lagi sukses! Bersikaplah seperti Ayub yang dapat menerima yang baik maupun yang buruk dari Allah (Ay. 2:10). Berbeda dengan istrinya yang memiliki mental seperti orang pada umumnya dan Ayub menganggapnya seperti orang gila. 

  • Mengajak kita bercerita yang berorientasi pada visi Allah.

Kelilingilah Sion dan edarilah dia, hitunglah menaranya, perhatikanlah temboknya, jalanilah puri- purinya supaya kamu dapat menceriterakannya kepada angkatan yang kemudian: Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpi kita! ” (ay. 13-15) 

Bagi Anda yang lahir tahun 1990an, tentu Anda tahu lagu berjudul Imagine karya John Lennon yang mana syairnya cukup kontroversial dan bernuansa ateistik tetapi berdampak luas. Pesan dari syair lagu itu sangat mendunia dan berpengaruh bagi perdamaian dunia yang dilanda perang pada masa itu. Dampaknya sampai kepada Presiden Nixon (Amerika), Rusia, Jerman dan seluruh negara. Inilah kekuatan dari sebuah syair yang berdampak pada generasi.

Terbukti sebuah lagu menjadi salah satu media efektif untuk menanamkan pesan yang mendalam kepada para pendengar/pembacanya. Demikian pula Bani Korah menyematkan sebuah spirit pada beberapa kalimat di syair mazmurnya. Pemazmur mengajak mereka yang menyaksikan dan merasakan kebesaran Tuhan pada masa kejayaan Sion untuk aktif menceritakan kebaikan Tuhan kepada generasi berikutnya, bukan hanya menjadi pengamat dan penikmat saja. Dari semua kegiatan yang dikerjakan menunjukkan jejak-jejak kebesaran Allah di setiap detailnya. Namun bagaimana mungkin dapat menceritakan kepada generasi selanjutnya bila mereka sendiri tidak memahaminya? 

Aplikasi: ketika kita menghitung dan memerhatikan setiap jejak perjalanan hidup kita mengikut Tuhan, ini menggambarkan lukisan dan ukiran tentang kasih, keadilan dan pimpinan Tuhan di dalam hidup kita. Untuk itu kita tidak boleh berdiam diri tetapi menceritakan kebesaran dan pimpinan Tuhan kepada orang lain agar mereka juga mengenal siapa Tuhan kita. Sebagai generasi senior/pendahulu dalam mengikut Tuhan, kita bertanggung jawab memperkenalkan Tuhan dan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar kepada generasi berikutnya supaya peringatan dari Hosea tidak terjadi, yakni, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu. (Hos. 4:6)

Kita tidak hanya menjadikan generasi penerus sebagai anggota jemaat gereja tetapi hingga pemuridan dalam mengikut Tuhan supaya mereka mengenal Tuhan dengan benar dan tepat. 

Apapun langkah perjalanan hidup kita ke depan dan yang kita kerjakan saat ini biarlah kita tidak jemu-jemunya menceritakan kebesaran Allah karena kehadiran-Nya membuat kita istimewa dan generasi berikutnya juga mengenal kehebatan Tuhan yang tak tertandingi oleh siapa pun. Amin.