Shalom,
Hendaknya kita senantiasa bermazmur memuliakan Tuhan melalui mulut yang keluar dari lubuk hati kita sebab Ia memang layak diagungkan dan disembah. Demikian pula saat melantunkan lagu, paduan suara bukan sekadar menyanyikannya dengan teknik baik serta suara indah sebab pujian yang dinaikkan mengandung kuasa Tuhan karena Ia bersemayam di atas puji-pujian (Mzm. 22:4).
Ternyata pujian/nyanyian menduduki tempat yang penting dalam ibadah, buktinya: oleh pertolongan Allah, bangsa Israel berhasil menyeberangi Laut Teberau lepas dari pengejaran Firaun dan pasukannya. Kemudian Musa bersama orang-orang Israel menyanyi bagi Tuhan bahkan Miryam bersama semua perempuan memukul rebana serta menari-nari (Kel. 15). Raja Daud juga pemain musik andal yang suka menggubah lagu dan mazmur untuk memuliakan serta mengagungkan Tuhan. Tahukah Yesus juga menyanyikan nyanyian pujian bersama murid- murid-Nya sebelum pergi ke Bukit Zaitun (Mat. 26:30)? Belenggu dan penjara tidak dapat membatasi Paulus dan Silas untuk menyanyikan puji-pujian kepada Allah membuat gempa bumi hebat sehingga terbukalah semua pintu penjara dan terlepaslah belenggu mereka semua (Kis. 16:25-26). Dikucilkan di Pulau Patmos, Rasul Yohanes mendengar suara nyaring dari himpunan besar orang banyak di Surga yang menyanyikan perjamuan kawin Anak domba dan pengantin-Nya telah siap sedia (Why. 19:1,6-7). Jelas, puji-pujian yang dinyanyikan memberikan dampak luar biasa sebab dikerjakan oleh pribadi-pribadi yang telah mengalami pertolongan Tuhan. Mereka memasyhurkan Nama Tuhan melalui nyanyian.
Harus diakui masing-masing gereja mempunyai cara, gaya dan ekspresi sendiri-sendiri dalam menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan – ada yang menyanyi dengan khidmat dan syahdu menggunakan musik lembut; ada pula yang menyanyi penuh semangat dengan irama rancak menggunakan musik gegap gempita. Bukan porsi kita untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah; yang penting semua benar di hadapan Tuhan bila hati sungguh-sungguh ditujukan kepada Tuhan dan kemuliaan-Nya melalui suara, tarian atau musik saat bernyanyi.
Bagaimana dengan pujian/mazmur yang ditulis oleh pemimpin biduan dari bani Korah dalam Mazmur 47 setelah sebelumnya menulis tentang nyanyian perlindungan, pertolongan dan kekuatan dari Allah (Mzm. 46)? Dia menjelaskan mengapa kita harus bermazmur bagi Allah, Raja kita, yakni:
- Karena Ia adalah Raja yang besar dan dahsyat (ay. 1-6).
“Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat (awesome = reverential fear = takut mengandung hormat), Raja yang besar atas seluruh bumi…..”
Seberapa dahsyat dan besar Allah yang mahatinggi ini? Ia menaklukkan bangsa-bangsa dan suku bangsa di bawah kuasa kita (ay. 4). Apa yang telah Ia lakukan bagi umat-Nya?
⊕. Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, Allah memberikan kemenangan bagi bangsa Israel menghadapi pengejaran Firaun dan pasukannya dengan terbelahnya Laut Teberau. Apa kata Allah kepada Musa? “TUHAN akan berperang untuk kamu dan kamu akan diam " (Kel. 14:14)
⊕. Yosua juga mengalami kemenangan yang mana Allah berperang baginya ketika membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Kanaan, dengan menaklukkan suku-suku bangsa yang menduduki tanah Kanaan.
⊕. Doa Raja Hizkia didengar Tuhan ketika Yerusalem dikepung dari Sanherib, Raja Asyur. Tuhan mengirim malaikat-Nya melenyapkan semua pahlawan gagah perkasa, pemuka dan panglima yang ada di perkemahan Asyur sehingga mereka kembali pulang ke negerinya (2 32:20-22).
Aplikasi: dalam memuji Tuhan, hendaknya kita melakukannya dengan penuh rasa takut dan hormat kepada- Nya bukan sekadar ucapan di bibir mengatakan “Allah itu dahsyat”. Dari hati timbul pengakuan tulus nan jujur bahwa Pribadi Tuhan patut dihormati dan perbuatan-perbuatan-Nya sangat dahsyat serta mengagumkan.
Bangsa Israel merupakan bangsa kecil di dunia ini; jauh beda dengan bangsa-bangsa besar seperti Amerika, Cina dll. Mereka banyak kekurangan dan kekhawatiran; parahnya mereka juga mengalami kekurangan dalam kesetiaan dan kesucian hidup di hadapan Allah. Namun Allah tetap setia menjaga, memelihara dan memberikan kemenangan kepada mereka.
Pembelajaran: kita memang banyak kekurangan tetapi jangan kita meniru sikap buruk bangsa Israel! Ingat, dalam keadaan apa pun, Tuhan sanggup berperang bagi kita.
Allah tidak hanya menaklukkan bangsa-bangsa dan suku bangsa bagi umat-Nya, Ia juga memberikan tanah pusaka bagi mereka (ay. 5) itulah tanah Kanaan yang diperoleh bukan karena kehebatan dan kekuatan bangsa Israel tetapi karena Tuhan ikut campur tangan. Ini membuktikan bahwa Allah itu besar dan dahsyat. Ia bahkan mengakui Israel adalah milik pusaka-Nya (Yes. 19:25). Kita juga dipilih dan ditetapkan Allah dari 8 miliar penduduk dunia saat ini untuk menjadi milik-Nya oleh sebab pengurbanan Anak Tunggal-Nya, Yesus, disalib (Ef. 1:4-5).
- Karena Ia adalah Raja yang memerintah atas bangsa-bangsa di bumi (ay. 7-9).
“Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran (sing praises with understanding = menyanyikan pujian dengan pengertian)! Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.”
Bani Korah adalah penyanyi dan pemazmur yang ditugaskan memuji Tuhan dan menulis lagu-lagu pujian. Mereka pasti berlatih sungguh-sungguh dalam melakukan tugas pelayanan di rumah Tuhan. Terlebih lagi mereka menyanyikan pujian dengan pengertian yang mengandung kebenaran di dalamnya.
Aplikasi: hendaknya kita menyanyi dengan penuh penghayatan bukan sekadar bibir bergerak-gerak atau asal- asalan sebab kita melayani Allah, Raja besar yang berkuasa dan dahsyat. Kita melayani Tuhan dengan pengertian yang mana ada kebenaran di dalamnya. Bagi paduan suara, melayani Tuhan di bidang pujian bukan sekadar tampil dengan teknis benar dan suara merdu tetapi menyanyi dengan pengertian merupakan suatu persembahan untuk memuliakan Nama Tuhan. Untuk itu diperlukan persiapan latihan dengan sebaik-baiknya. Tuhan pasti berkenan dengan persembahan nyanyian yang dilakukan dalam kebenaran untuk mengagungkan Nama-Nya yang besar dan dahsyat.
Kata “bermazmurlah” diulang hingga lima kali; ini menunjukkan pemazmur begitu bersemangat mengajak semua orang bermazmur bagi Tuhan. Hal ini dilakukannya tentu karena mereka sudah mengalami kebaikan Tuhan sehingga mereka tidak dapat menahan untuk tidak menyerukan Allah adalah Raja yang berkuasa atas bangsa-bangsa di bumi.
Berkaitan dengan pujian/mazmur, apa kata Rasul Paulus kepada jemaat Kolose (juga kita)? “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kol. 3:16)
Rasul Paulus menasihati agar kita terlebih dahulu mengerti Firman Tuhan berisi pengajaran, pengertian dan hikmat untuk kemudian memberitakan, mengajarkan, mengingatkan Firman ini seorang akan yang lain. Kita bermazmur dan bersyukur bahwa Allah memerintah sebagai Raja atas segala bangsa.
Perlu diketahui, Allah yang memerintah sebagai Raja atas bangsa-bangsa tidak ada batasan waktu seperti pemerintahan dunia yang berlaku 5 tahun sekali untuk pergantian atau perpanjangan suatu pemimpin tetapi pemerintahan-Nya berlangsung dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Allah memerintah dari kekal sampai kepada kekal.
- Karena Ia layak untuk dimuliakan (ay. 10).
“Para pemuka bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai- perisai bumi; Ia sangat dimuliakan.”
Siapa yang memuliakan Allah? Para pemuka bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Dengan kata lain, tidak hanya bangsa Israel tetapi bangsa-bangsa di luar Israel juga diberi kesempatan seluas-luasnya untuk percaya kepada Allah dan menjadi umat-Nya. Bukankah kita termasuk bagian dari bangsa-bangsa (kafir) yang telah menerima anugerah keselamatan kekal dari Allah oleh darah Kristus (Ef. 2:11-13)? Itu sebabnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji Tuhan dan mengakui kuasa perlindungan dan pertolongan-Nya seperti dilakukan oleh Ayub. Dalam kondisi apa pun – senang maupun susah dalam penderitaan – Ayub tetap memuji Nama Tuhan (Ay. 1:21). Jangan malah meniru sikap istri Ayub yang tidak terbiasa memuliakan Tuhan dan bersyukur kepada-Nya; akibatnya, saat menghadapi kondisi yang tidak mengenakkan, dia cepat putus harapan dan pesimistis sehingga menyuruh suaminya mengutuki Allah (Ay. 2:9).
Hendaknya kita makin bergairah memuji dan bermazmur bagi Allah, Raja kita yang besar dan dahsyat, yang memerintah atas bangsa-bangsa di bumi sebab Ia memang layak dimuliakan. Kita menyanyi dari hati yang benar- benar bersyukur atas anugerah keselamatan kekal yang diperoleh dari pengurbanan Yesus, Putra tunggal-Nya, di atas salib demi menebus dosa kita untuk diampuni dan disucikan hingga suatu saat kita dijemput dan tinggal bersama Dia di dalam Kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Amin.