Shalom,
Buku berjudul "Pujian dan Penyembahan, Tuhan Bertakhta di atas Puji-pujian Umat-Nya" karangan Warren and Ruth Myers mengisahkan seseorang yang baru bertobat dan mencoba membaca Alkitab lalu menemukan kisah spektakuler dalam Kitab Keluaran tentang Allah membelah Laut Teberau sehingga umat Israel dapat berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering. Seusai membaca, dia sontak berteriak: Haleluya, puji Tuhan! Ajaib sekali! Teriakannya terdengar oleh seseorang yang belum mengenal Tuhan dan yang tidak percaya Tuhan. Orang ini menghampirinya dan bertanya mengapa ia berperilaku seperti itu. Lalu orang itu menjawab, “Aku baru saja membaca bagaimana Allah membelah Laut Teberau dan umat Israel dapat melewati di dasar yang kering.” Namun respons dari orang yang tidak percaya itu, “Hai, anak muda! Itu bukan laut beneran tetapi hanya rawa-rawa yang tidak dalam.” Setelah itu orang itu pergi dan anak muda ini kebingungan, hatinya menjadi ciut tetapi tidak lama kemudian ia berseru lagi, “Haleluya, puji Tuhan! Dengan jengkel orang yang tidak percaya tadi datang menghampirinya lagi dan berkata, “Lagi-lagi puji Tuhan, lagi-lagi haleluya. Ada apa sih?” Jawabnya, “Pak, saya baru membaca bagaimana Allah sanggup menenggelamkan seluruh pasukan Mesir ke dalam rawa-rawa yang dalamnya hanya beberapa cm. Ajaib sekali, puji Tuhan!” Dari cerita ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa Allah itu tidak berubah dalam kuasa dan perbuatan-Nya – Allah yang dahsyat dengan perbuatan-Nya yang besar tidak dapat digoyahkan oleh ketidakpercayaan manusia.
Apa tulisan pemimpin Bani Korah dalam tulisnya di Mazmur 47?
- Mengapa kita harus bermazmur kepada Allah, Raja yang besar atas seluruh bumi (ay. 1-5).
“Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. Hai segala bangsa, bertepuk tanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Maha Tinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita, Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya. Sela”
Allah merupakan satu-satunya Pribadi dahsyat yang ditemui di muka bumi dahulu, sekarang sampai selama- lamanya. Bangsa Israel pasti mengingat segala perbuatan yang Allah pernah lakukan dalam kehidupan mereka. Bahkan kedahsyatan-Nya juga disaksikan oleh orang-orang di luar bangsa Israel. Contoh: perempuan Yerikho, Rahab, mendengar kisah Allah mengeringkan Laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat berjalan menyeberangi laut itu untuk keluar dari Mesir. Kisah ini membuatnya tawar hati dan semangatnya runtuh menghadapi bangsa Israel oleh sebab Allah mereka adalah Allah di langit dan di bumi (Yos. 2:10-11). Perkataan Rahab ini mewakili orang-orang di luar Israel yang mengakui bahwa Tuhan adalah satu-satunya Penguasa alam semesta.
Pemazmur melanjutkan bagaimana kedahsyatan Tuhan diwujudkan dalam perbuatan-Nya, yakni: Ia menaklukkan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa juga memilih tanah pusaka bagi bangsa Israel serta mengasihi Yakub (ay. 4-5).
Tuhan aktif melakukan karya-Nya di tengah-tengah bangsa Israel. Menaklukkan, memilih dan mengasihi merupakan tindakan aktif yang dilakukan oleh pribadi yang hidup. Logikanya, orang mati tidak dapat melakukan apa-apa; hanya orang hidup yang dapat melakukan pekerjaan dengan aktif. Bagusnya, orang-orang tua Israel selalu mengajarkan anak-anak dan keturunan mereka tentang Tuhan dan segala perbuatan-Nya yang besar dan dahsyat (Mzm. 44:2-4). Ia menyatakan diri-Nya kepada Musa yang ketakutan ketika diutus menghadap Firaun. Ia adalah Allah yang mengetahui, peduli dengan kondisi dan mendengar jeritan umat-Nya (Kel. 3:5-8). Ia menolong mereka dengan lengan tangan-Nya yang kuat sehingga orang Israel berkemenangan. Ia adalah satu-satunya Juru Selamat dunia (Yes. 43:11). Bahkan Tuhan yang dahsyat mengasihi orang Israel dan memberikan tanah pusaka kepada mereka.
Introspeksi: sudahkah kita bersyukur/bermazmur kepada Tuhan, Allah Raja yang dahsyat itu? Seberapa jauh pengenalan kita kepada Tuhan dan mengalami perbuatan tangan-Nya dalam peristiwa suka dan duka?
Pertolongan manusia sangatlah terbatas tetapi Tuhan dapat kita temui tanpa ada batasan waktu dan tempat. Pernahkah kita berhenti sejenak dari kesibukan pekerjaan rumah tangga maupun urusan kantor kemudian merenungkan apa yang Tuhan telah perbuat dalam kehidupan nikah, rumah tangga dan aktivitas kita di sekolah maupun di pekerjaan? Dapatkah kita bersyukur ketika sakit karena melalui penyakit kita disadarkan untuk bergantung kepada Tuhan? Berterima kasih untuk orang yang telah menyakiti kita sebab melalui peristiwa itu kita disadarkan bahwa kita memerlukan kasih Tuhan untuk dapat mengasihi orang lain?
- Bagaimana kita bermazmur bagi Allah, Raja kita (ay. 6-8).
“Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah (zawmar = sing praises, celebrate in song and music = menyanyi diiringi musik) bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran (sing praises with understanding = menyanyi dengan pengertian).”
Kata “bermazmurlah” diulang hingga lima kali, ini berarti kata tersebut menjadi perhatian dan penting untuk diperhatikan. Dalam konteks ibadah, kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan diiringi permainan musik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh pengertian.
Bagaimana kita dapat bermazmur/menaikkan pujian dengan iringan musik untuk memuliakan Tuhan dengan pengertian yang baik dan benar? Dengan latihan yang sungguh-sungguh, kita memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Kalaupun kita tidak dapat bermain musik, kita dapat menggunakan pita suara untuk menyanyi dan tangan untuk bertepuk tangan memuliakan Tuhan.
- Pastikan kita adalah umat yang bermazmur bagi Allah (ay. 9-10)
- “Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus. Para pemuka bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai-perisai bumi; Ia sangat dimuliakan.”
- Dikatakan Allah yang memerintah, Allah yang bersemayam, Allah yang empunya perisai kemudian disebutkan para pemuka bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Ini berbicara tentang status dari umat Allah.
- Mengapa umat Allah harus melalui Abraham? Abraham adalah bapa orang percaya dan dia percaya akan janji Allah. Dia mulai beriman waktu dipanggil Tuhan keluar dari tanah leluhurnya di Ur-Kasdim. Ketika diperhadapkan dengan ujian mempersembahkan Ishak, anak tunggalnya, di bukit Moria, dia juga beriman Tuhan mampu menyediakan (Kej. 22:8). Oleh karena percayanya kepada Tuhan, Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran (Kej. 15:6).
- Apakah kita juga termasuk umat Abraham? Melalui iman kepada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit, kita terintegrasi/disatukan menjadi keturunan Abraham untuk menerima berkat Abraham (Gal. 3:7, 13-14). Kita memperoleh keselamatan, status dibenarkan, menjadi umat kepunyaan Allah oleh sebab iman kepada Yesus Kristus.
- Ketika menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita mempersilakan Ia bertakhta dalam hidup nikah dan rumah tangga kita.
- Pertanyaan: siapa yang duduk di atas takhta hati kita? Apakah Tuhan Yesus? Atau uang? Atau pengalaman? Atau kepandaian dan kemampuan kita? Atau segala pencapaian luar biasa yang telah kita raih?
- Hendaknya hati kita selalu diisi dengan kekaguman kepada Tuhan yang dahsyat, Raja segala raja dan pujian serta ucapan syukur menolong kita mengatasi pandangan hidup yang selalu terpusat pada diri sendiri menjadi kehidupan yang pandangan hidupnya terpusat kepada Tuhan. Ketika kita menyadari bahwa kita telah ditebus dan dibenarkan Tuhan, kita tidak akan enggan dan canggung untuk memuliakan Dia.
- Apa yang dilakukan oleh para pemuka bangsa yang berkumpul bila dikaitkan dengan Wahyu 21:24-26? “Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.”
- Ada pengharapan yang pasti bagi umat Allah Abraham yaitu hidup kekal bersama Tuhan di Kota Allah untuk selama-lamanya.
Sekarang kita mengerti mengapa kita perlu bermazmur kepada Allah, Raja kita, sebab Ia besar dan perbuatan- Nya dahsyat. Bagaimana kita bermazmur kepada-Nya? Kita berlatih sungguh-sungguh dengan penuh pengertian untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Dan pastikan kita menjadi umat Allah Abraham yang selalu dipimpin oleh-Nya di dalam setiap kehidupan kita. Amin.