Shalom,
Kita yakin Tuhan ada di tengah-tengah kita bahkan ada di dalam hati kita, manusia kotor yang tidak berguna tetapi diangkat oleh-Nya melalui pengurbanan-Nya di salib. Biarlah Tuhan dan Roh Kudus senantiasa memimpin langkah hidup kita terlebih ketika mendengar suara Firman-Nya.
Kita telah membaca Mazmur 44 tentang Bani Korah yang menyaksikan pertolongan Tuhan terhadap nenek moyang mereka juga jeritan bangsa Israel yang tertindas menantikan pertolongan-Nya. Apa nyanyian bani Korah selanjutnya di Mazmur 45?
“Nyanyian pada waktu pernikahan raja. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu; Bunga bakung. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran; nyanyian kasih. Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir.” (ay. 1-2)
Ternyata kali ini bani Korah menulis nyanyian kasih berkaitan dengan pernikahan raja dan permaisurinya. Benarkah hatinya meluap-luap dan lidah mulutnya tidak salah omong sehingga tulisan penanya tidak perlu direvisi? Tahukah Mazmur 45 ini sudah dikanonisasi menjadi Firman Allah tanpa salah? Tuhan melihat hati setiap orang (1 Sam. 16:7) bahkan Ia memakai keturunan Korah yang berlatar belakang pemberontak untuk ikut ambil pelayanan dalam paduan suara.
Introspeksi: apakah hati kita juga meluap-luap saat membaca Mazmur 45 ini? Dan apakah kata-kata indah keluar dari mulut kita memberikan semangat kepada mereka yang mendengarnya atau malah keluhan melulu yang meluncur dari mulut kita?
Apa kata Rasul Paulus berkaitan dengan hati dan lidah? “….Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati maka kamu akan diselamatkan.” (Rm. 10:6-9).
Perkataan yang keluar dari mulut dapat didengar tetapi tidak ada seorang pun tahu isi hati kita. Kalau mulut dan hati kita ada Firman Allah, kita dalam kondisi selamat – kalau Tuhan datang, kita akan mengalami keubahan serta pengangkatan oleh-Nya. Namun sekarang banyak orang mudah tertipu dengan berita kedatangan Tuhan pada tahun tertentu yang semuanya tidak ada wujudnya.
Kepada raja siapa Bani Korah meluapkan isi hatinya dengan kata-kata yang indah? Bani Korah menulis mazmur ini di zaman kerajaan entah Kerajaan Yehuda atau Kerajaan Daud karena pada zaman Daud belum ada pembagian paduan suara, masih dalam tahap permulaan. Daud mantap menjadi Raja Israel setelah Tuhan menolak Raja Saul dan sejak itu Tuhan menetapkan semua harus dari keturunan Daud. Bicara tentang Daud, Allah mengakui Daud berkenan di hati-Nya dan melakukan segala kehendak-Nya (Kis. 13:22). Setelah Daud mangkat, sempat terjadi perebutan takhta tetapi Allah memilih Salomo kemudian turun temurun hingga Yusuf, suami dari Maria yang melahirkan Yesus dan disebut Kristus (Mat. 1:16) dan Allah mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurnya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:32-33).
Jadi siapa raja yang dimaksud oleh Bani Korah, “Engkau yang terelok dari antara anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah memberkati engkau untuk selama-lamanya.” (ay. 3)? Daud memang baik tetapi dia pernah melakukan dosa fatal (2 Sam. 11); Salomo jatuh dalam penyembahan berhala (1 Raja 11); bukan pula raja-raja lain sebab tidak ada satu pun raja di bumi ini yang layak untuk dipuja selama-lamanya. Hanya Yesus yang patut dipuja sebab tidak ada kata-kata jelek pernah keluar dari mulut-Nya. Perkataan dari mulut-Nya malah membuat Saulus, orang paling berdosa, bertobat dan dipakai menjadi alat-Nya untuk menginjil.
Aplikasi: kiranya kita dapat menjaga hati dan mulut kita untuk tetap dikuasai Firman Tuhan sehingga kita tidak mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang memancing emosi kita untuk gampang mengeluarkan kata- kata kotor dan umpatan. Waspada, mata dan telinga kita mudah terpengaruh dengan kondisi di luar ketimbang pengaruh dari Firman Allah. Bagaimana mungkin kita dapat mengeluarkan kata-kata indah kalau kita tidak pernah membaca dan merenungkan Firman Tuhan?
Sebagai juru tulis yang mahir, apa tulisan bani Korah berikutnya? “Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pahlawan, dalam keagunganmu dan semarakmu! Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! Anak-anak panahmu tajam menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu. Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.” (ay. 4-7)
Pemazmur baru saja menulis “mulut raja itu penuh dengan kemurahan” tetapi kemudian beralih menulis tentang pedang untuk maju perang dan kerajaannya menang untuk selama-lamanya. Siapa dia? Tentu bukan Raja Daud karena ada gejolak di antara anak-anak Daud sendiri. Di era Salomo, justru kerajaan Israel terpecah menjadi dua - Kerajaan Yehuda (2 suku) dan Kerajaan Israel (10 suku). Kalau begitu siapa raja yang tidak terkalahkan dan siapa musuhnya? Dia adalah Yesus, Pemilik Kerajaan Surga, sebagaimana dikatakan-Nya kepada Pilatus bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh. 18:36).
Siapa musuh-Nya? Bukan kita sebab justru kita mau ditolong oleh-Nya. Musuh-Nya ialah Iblis! Dan di atas kayu salib Yesus mengatakan, “Sudah selesai.” (Yoh. 19:30)
Bagi dunia, kematian Yesus di atas Golgota merupakan suatu kekalahan tetapi justru di situlah terjadi kemenangan yang sesungguhnya. Karena kematian-Nya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama dan semua yang ada di langit, di atas bumi dan yang di bawah bumi bertekuk lutut kepada- Nya serta mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:9-11).
Bani Korah tidak mengetahui siapa raja yang ditulisnya saat itu tetapi Roh Allah membimbingnya menulis tentang nubuatan seorang raja yang dirindukannya. Siapakah raja yang dinubuatkan ini? Mazmur 93:1-2 menuliskan, “TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.”
Bagi kita sekarang, Tuhan Yesus Kristus adalah Raja segala raja, Tuan segala tuan. Kerajaan-Nya tidak tergoncangkan dan kekal selama-lamanya. Ia bertakhta dalam mulut, pikiran, hati dan sepak terjang kita sehingga tutur kata dan perilaku kita menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang kekal.
Raja macam apa yang dirindukan oleh Bani Korah dalam tulisannya, “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan melebihi teman-teman sekutumu. Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau; di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir.” (ay. 8-10)
Dari kemenangan pemazmur kemudian menyinggung permaisuri dan masuk dalam persoalan pesta nikah. Berbicara mengenai mur, gaharu dan cendana, orang-orang Majus datang ke rumah Yesus (± 2 tahun), sujud menyembah kepada-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur (Mat. 2:11). Waktu mati, mayat Yesus dibungkus kain lenan dan dibubuhi dengan minyak mur dan minyak gaharu ± 50 kati beratnya menurut adat orang Yahudi oleh Nikodemus (Yoh. 19:39-40). Nikodemus sendiri pernah datang kepada Yesus pada malam hari mendengar nasihat Yesus tentang kelahiran kembali untuk dapat masuk Kerajaan Allah (Yoh. 3:3). Kita tahu minyak mur berkhasiat mengawetkan sesuatu termasuk jasad manusia supaya tidak cepat rusak dan busuk.
Memang secara fisik, dibungkus dengan kain apa pun tidak akan merubah kondisi jasad Yesus tetapi Ia bangkit. Berbicara mengenai pernikahan Anak Domba yang disembelih dan mati, Rasul Paulus mengatakan, “…sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih yaitu Kristus.” (1 Kor. 5:7)
Disebutkan pula “permaisuri (istri dari raja) berpakaian emas dari Ofir”. Ofir merupakan daerah yang memiliki emas berkualitas bagus dan kemurniannya paling tinggi – emas 24 karat.
Aplikasi: kita yang dahulunya jelek dan kotor disucikan oleh darah Yesus, Anak Domba Allah, dan dipersiapkan menjadi mempelai perempuan-Nya yang berpakaian lenan halus berkilauan itulah perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus (Why. 19:7-8). Dalam masa penantian ini, hendaknya kita serius tidak bermain-main dengan dosa dan waktu karena kita tidak tahu kapan Ia datang kembali.
Apa kata pemazmur berkaitan dengan permaisuri? “Dengarlah hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!” (ay. 11-12)
Sesungguhnya pernikahan dimulai sejak di Taman Eden yang mana disebutkan, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej. 2:24) Otomatis sang istri juga meninggalkan orang tuanya untuk menyatu dengan suaminya.
Allah juga meminta Abraham meninggalkan negerinya, sanak saudaranya dan bapanya untuk pergi ke negeri yang ditentukan oleh-Nya (Kej. 12:1). Ester harus meninggalkan pengasuhnya, Mordehai, untuk tinggal di istana dalam usaha masuk pemilihan menjadi permaisuri Raja Ahasyweros (Est. 2:8). Demikian pula gereja Tuhan yang masih hidup di dunia ini dipilih oleh-Nya berakibat dunia membenci kita (Yoh. 15:18-19).
Keelokan permaisuri diharapkan dapat membuat raja tergairah dan permaisuri diminta untuk sujud kepadanya. Keelokan (pakaian) perbuatan-perbuatan baik kita, gereja Tuhan, bukanlah hasil usaha kita untuk dibanggakan tetapi hasil penyucian dari-Nya dan hanya satu Raja yang layak disembah itulah Tuhan Yesus Kristus.
Dalam memperiapkan diri menjadi permaisuri (mempelai perempuan), apa yang harus dilakukannya? “Puteri Tirus datang dengan pemberian-pemberian; orang-orang kaya di antara rakyat akan mengambil muka kepadamu. Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas. Dengan pakaian bersulam berwarna-warna ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia. Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.” (ay. 13-16)
Ingatkah kita akan Kerajaan Surga seumpama 10 gadis yang pergi menyongsong mempelai laki-laki (Mat. 25:1- 13)? Lima gadis bijaksana masuk dalam perjamuan kawin sebab berjaga-jaga membawa minyak cadangan sementara lima gadis bodoh tertinggal tidak dapat masuk ke pesta sebab sibuk membeli minyak saat mempelai laki-laki datang.
Aplikasi: hendaknya kita mempersiapkan diri penuh dengan Roh Kudus dalam menyongsong kedatangan Mempelai Pria Surga dengan penuh sorak sorai dan sukacita. Jangan sampai (cadangan) Roh Kudus “hilang” karena kita tidak menganggapnya penting, membuat hidup kita redup tidak bercahaya terang berakibat tertinggal saat Ia datang.
Pemazmur mengakhiri dengan menuliskan, “Para bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak-anakmu nanti; engkau akan mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi. Aku mau memasyhurkan namamu turun- temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya.” (ay. 17-18)
Tuhan menjanjikan kita semua akan menjadi raja (di bumi) dan imam-imam yang melayani Allah (Why. 1:6; 5:10; 20:6).
Hendaknya kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan Yesus Kristus, Mempelai Pria Surga, dengan senantiasa dikuduskan oleh-Nya untuk menjadi imam yang melayani-Nya dan raja yang memerintah bersama-Nya di bumi sebelum akhirnya tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Amin.