Shalom,
Kita percaya bahwa Tuhan ada di tengah-tengah kita bahkan dalam hidup kita dan siap memberkati kita. Kita patut memuji dan mengagungkan Dia, Raja di atas segala raja, juga mendengar suara-Nya yang ajaib untuk melihat pribadi-Nya melalui Firman-Nya.
Sunguh kesetiaan Allah tidak pernah berubah dan Ia memberikan pengharapan bagi kita saat menghadapi tekanan hidup yang makin sulit. Kita juga tahu bahwa Kitab Mazmur berupa nyanyian tetapi mengandung pengajaran walau terkadang kita bingung yang mana awalnya merupakan nyanyian ditandai kemenangan dan sorak-sorai (Mzm. 44:1-9) namun kemudian berubah menjadi keluhan (seizin Tuhan) mengalami kondisi terpuruk diimpit oleh musuh (ay. 10-27).
Tahukah kita bahwa menderita karena kehendak Tuhan (bukan karena kesalahan dan dosa) juga merupakan kasih karunia-Nya (Flp. 1:29)? Untuk apa?
Supaya secara pribadi, kita tahu dan mendengar dengan telinga kita sendiri (bukan dari orang lain) perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan-Nya (Mzm. 44:24) seperti dialami oleh perempuan Samaria yang berdosa. Seizin Tuhan, perempuan ini bertemu Yesus yang sedang duduk di pinggir sumur Yakub (Yoh. 4:6-7). Melalui percakapannya dengan Yesus, dia dikoreksi dan diubahkan karena meminta air kehidupan agar dia tidak lagi haus (ay. 15). Perempuan ini kemudian pulang dan bersaksi setelah mengenal Yesus – melihat dengan matanya sendiri dan mendengar perkataan-Nya – berdampak banyak orang Samaria di kota itu percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu (ay. 39). Bahkan mereka juga datang kepada Yesus sehingga lebih banyak lagi orang yang percaya kepada-Nya bukan karena perkataan perempuan itu tetapi mereka sendiri mendengar Dia dan tahu bahwa Yesus benar-benar Juru Selamat dunia (ay. 41-42).
Aplikasi: hendaknya kita mengalami pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat secara pribadi dan bersaksi akan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar sebab Yesus dan kasih setia-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selamanya (Ibr. 13:8). Dengan demikian, kita tetap mengalami sukacita di tengah-tengah impitan hidup seperti air hidup terpancar keluar menjadi berkat bagi sekelilingnya sehingga makin banyak orang diselamatkan dan mulut mereka mengaku Yesus adalah Juru Selamat. Jujur, tidaklah mudah menyanyi penuh sorak-sorai ketika kita mengalami keterpurukan kalau bukan karena kemurahan-Nya untuk beroleh kemenangan dan dari mulut keluar pengakuan Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:10-11) oleh sebab pengurbanan-Nya disalib (ay. 8).
Marilah kita belajar melakukan perintah-Nya walau didikan Firman-Nya terkadang sakit sebab Ia menyertai kita senantiasa hingga akhir zaman (Mat. 28:20). Contoh: di zaman dahulu, Yosua, abdi Musa, diangkat menjadi pemimpin bangsa Israel pengganti Musa dan Tuhan menyertainya sama seperti Tuhan menyertai Musa (Yos. 1:5). Yusuf juga disertai Tuhan sehingga dia selalu berhasil dalam pekerjaannya walau harus mengalami banyak penderitaan (Kej. 39:2-3). Bila Tuhan menyertai kita, Ia memberikan janji kemenangan dan musuh-musuh tidak dapat bertahan melawan kita. Namun jangan coba-coba bekerja dengan kekuatan sendiri tanpa penyertaan-Nya, kita akan gagal! Biarlah kita terus mau diajar Firman Tuhan untuk meningkatkan rohani kita – bagaikan bejana tanah liat, kita diisi harta kemuliaan berasal dari Allah (2 Kor. 4:7). Janganlah menolak didikan Tuhan dan jangan bosan akan peringatan-Nya sebab Ia memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya seperti ayah kepada anak yang disayanginya. Dia lebih berharga dari permata dan keuntungannya melebihi emas (Ams. 3:11-15).
Sejak dari nenek moyang, Tuhan telah mengingatkan bangsa Israel untuk melakukan perintah-Nya dengan setia (Ul. 8:1-3). Memang mereka mengalami ujian saat di padang gurun tetapi Tuhan menyertai dan memelihara mereka dengan makanan Manna.
Biarlah kita bersedia dididik oleh Firman Tuhan dan diuji hingga kita keluar sebagai emas murni. Jangan kita memenuhi otak dengan Firman Tuhan hanya untuk menambah pengetahuan yang membuat sombong (1 Kor. 8:1)
tetapi lanjutkan dengan mengasihi Allah supaya dikenal oleh-Nya (ay. 2-3). Contoh: Nikodemus yang pandai, pemimpin agama Yahudi, diajar Yesus merendahkan diri dengan lahir baru untuk mengenal-Nya (Yoh. 3:1-4). Jangan bertindak seperti orang yang bernubuat demi Nama Tuhan, mengusir setan dan mengadakan banyak mukjizat demi Nama-Nya tetapi sesungguhnya Tuhan menolak mereka sebab Ia tidak mengenal mereka (Mat. 7:22-23).
Pemazmur mengingatkan supaya kita tidak membangkang dan tidak menyimpang dari jalan Tuhan walau kekelaman menyelimuti kita (Mzm. 44:18-19). Sebaliknya, kita tetap setia di dalam didikan-Nya maka Ia siap menolong dan membebaskan kita oleh karena kasih setia-Nya (ay. 27). Ingat, bila Tuhan berada di pihak kita, siapa lawan kita walau kita dalam bahaya maut sepanjang hari dan dianggap sebagai domba sembelihan (Rm. 8:31-37)?
Beranikah dan siapkah kita menjadi “kurban sembelihan” bila Tuhan berkehendak seperti Ishak yang taat kepada ayahnya ketika Allah menyuruh Abraham mempersembahkan dia. Demikian pula dengan Abraham, dia tidak mengomel walau Ishak adalah anak satu-satunya dan diperoleh di usia lanjut. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan Abraham ketika Ishak bertanya mana anak domba untuk kurban bakarannya (Kej. 22:7)! Namun hati Abraham tetap teguh melakukan perintah Allah sekalipun tidak masuk akal. Kepercayaan Abraham diuji dan menang.
Kita harus percaya bahwa Bapa Surgawi yang tidak menyayangkan Putra tunggal-Nya mati menjadi “kurban bakaran”, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita? Ingat, kasih-Nya tidak pernah berubah asal kita percaya Yesus sudah mati, bangkit dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa menjadi Pembela bagi kita. Walau seizin Dia kita berada dalam maut sepanjang hari, bersama-Nya kita menjadi lebih dari pemenang. Jangan malah mengomel saat dalam ujian tetapi belajarlah menaati Firman-Nya maka apa pun yang kita kerjakan akan berhasil (Mzm. 1:3). Dan jangan lupa kesetiaan Allah tidak pernah berubah walau kita sering tidak setia kepada-Nya sebab kasih-Nya tidak pernah berubah selama-lamanya. Amin.
Ingatlah akan refrein lagu Psallo 96 yang liriknya cukup menguatkan iman kita saat menghadapi tekanan hidup yang makin keras, yakni:
Walaupun b’rat rasa sengsara,
Walaupun ku harus mend’rita,
Hidupku dalam kehendak-Mu,
Kurban Kristus telah menang untukku.