Shalom,
Kita layak bersyukur kepada Tuhan yang berkemurahan menerima kita di mana pun kita berada sebab Ia adalah Pemilik hidup kita. Oleh sebab itu marilah kita mengagungkan Tuhan dan menghayati lirik lagu yang kita nyanyikan dengan penuh sukacita dan sungguh-sungguh.
Namun apa kata-kata pada lirik lagu yang tertulis dalam Mazmur 43?
“Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang! Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?” (ay. 1-2)
Daud memohon kepada Allah karena mengalami ketidakadilan. Dia mengeluh kepada Allah agar memperjuangkan perkaranya dan meluputkannya dari penipu serta orang curang. Dia merasa dibuang oleh Allah dan hidup diimpit oleh musuh. Dalam keadaan tersudut, pemazmur meminta terang dan kesetiaan (truth = kebenaran) Allah datang menuntunnya. Dengan jujur dia menuliskan kata-kata bernadakan keluhan dan tangisan dalam nyanyiannya.
Awalnya pemazmur berbicara kepada Allah kemudian berlanjut berbicara kepada jiwanya sendiri, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (ay. 5) Ayat ini sama dengan ayat yang tertulis dalam Mazmur 42:6,12.
Nyanyian pemazmur yang mulanya bernadakan melankolis penuh kesedihan berubah menjadi nyanyian sukacita dan gembira karena ada pengharapan di dalam Allah.
Introspeksi: apakah kita tetap kuat saat mengalami impitan hidup? Atau jiwa kita malah tertekan dan gelisah karena selalu curiga dan memikirkan hal-hal negatif terhadap seseorang yang membuat diri sendiri stres? Biarlah kita mewarnai hidup tidak selalu menonjolkan “lagu” sedih tetapi juga sukacita karena kita mempunyai Tuhan untuk berharap. Ingatkan diri sendiri untuk tidak mudah tersandung dan datanglah kepada Tuhan bila kita merasa sendirian dan kesepian. Perhatikan, tujuan kita beribadah bukan karena senang dengan seseorang atau disenangi orang tetapi menyenangkan hati Tuhan.
Apa pun yang terjadi – kesedihan maupun sukacita – semua seizin Tuhan. Apa kata pemazmur selanjutnya? “Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu (Your truth = kebenaran-Mu) datang supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!” (ay. 3-4)
Bukanlah suatu kebetulan ayat-ayat di atas yang menyebutkan mezbah Allah, terang dan kebenaran terkait dengan tahbisan imam. Ada perbedaan antara imam-imam zaman sekarang dengan imam-imam zaman dahulu. Di era Perjanjian Lama, yang menjadi imam haruslah laki-laki dari suku Lewi lebih spesifik lagi Harun dan anak-anaknya. Bangsa kafir tidak layak masuk di Bait Suci maupun sinagoge. Namun sekarang di era Perjanjian Baru, semua tanpa batas suku, etnis, gender, kedudukan boleh menjadi imam-mam. Oleh sebab itu kita patut menyanyi dengan sukacita penuh pengharapan walau hati gundah gulana oleh karena terang dan kebenaran-Nya.
Pemazmur meminta Allah agar terang dan kebenaran-Nya datang menuntun dan membawanya ke gunung yang kudus dan ke tempat kediaman-Nya. Siapakah terang dan kebenaran itu?
- Firman Allah adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105).
Introspeksi: ke mana jalan pikiran, jalan keinginan/hasrat dan jalan hidup kita? Apakah sudah selaras dengan kebenaran Firman Allah?
- Yesus adalah terang dunia (Yoh. 8:12).
Bila kita memuliakan Yesus, kita juga harus memuliakan Firman yang kita baca dan renungkan tiap hari. Terang Firman mencelikkan mata (rohani) kami untuk berjalan keluar dari kegelapan masuk pada terang-Nya yang ajaib. Untuk apa? Kita dipilih menjadi imam-imam untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar (1 Ptr. 2:9-10). Pikiran dan hati kita yang dahulu gelap dibutakan oleh kebencian, kecurigaan, kemalasan, mudah tersinggung dll. dicelikkan oleh Allah di dalam Yesus yang mengasihi kita, orang berdosa. Selanjutnya kita bersaksi kepada orang-orang di sekitar kita tentang perbuatan besar Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Jangan meremehkan keselamatan dari Tuhan sebab kita ditebus oleh pengurbanan darah Yesus yang mati disalib! Penghargaan kita terhadap pengurbanan Yesus dibuktikan dengan kehidupan imamat kita yang memancarkan terang kasih Allah dalam tutur kata, sikap dan perbuatan kita.
- Yesus – Firman yang berinkarnasi menjadi manusia – adalah kebenaran (1 5:20; Yoh. 14:6).
Pemazmur yang gundah gulana tidak dapat masuk ke rumah Allah dan terbuang tahu bahwa hanya Allah (YHWH) yang dapat mendatangkan terang karena terang awalnya bersama Allah. Begitu Allah berfirman jadilah terang maka oleh Firman itu (bnd. Yoh. 1:1-4) terang itu jadi dan terpisahlah terang dengan gelap. Ilustrasi: sebuah lilin kecil tanpa perlu disuruh akan menerangi ruangan yang gelap. Dengan adanya terang, kita tidak akan mudah tersandung.
Terkait dengan pola Tabernakel, Pemazmur menyuruh Allah mendatangkan:
terang → Kandil Emas kebenaran → Meja Roti Sajian
seruan doanya kepada Allah → Mazbah Pembakaran Ukupan
Bagaimana mungkin kita masuk ke dalam Tempat Kudus tanpa ada Meja Roti Sajian dan Kandil Emas? Tempat itu akan gelap gulita membuat doa yang kita panjatkan tidak akan sampai ke hadapan Tuhan.
Sebagai imam-imam Tuhan di akhir zaman ini, kita tidak boleh tertidur rohani hingga Tuhan datang kembali. Imam- imam bertugas masuk ke Tempat Kudus tiap hari dan mengatur terangnya pelita dari petang hingga pagi hari (Kel. 27:21). Apabila ada pelita yang mulai redup, imam harus segera menuangkan minyak zaitun murni agar pelita menyala kembali bukan malah membuang pelita tersebut.
Aplikasi: ketika melihat anak Tuhan yang kesaksian hidupnya kurang bagus, kita tidak boleh cepat-cepat menghakimi kemudian mengucilkan dia. Sebaliknya, kita mendoakan supaya dia dipenuhi Roh Kudus dan memancarkan terang kembali. Bukankah imam-imam bertugas memberikan pelayanan?
Apa yang pemazmur ingin lakukan bila telah beroleh terang dan kebenaran Allah? “Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!” (ay. 4)
Pemazmur pergi ke mezbah Allah → Mazbah Kurban Bakaran untuk mempersembahkan kurban. Pada masa itu bangsa Israel harus memberikan kurban persembahan seperti: kurban bakaran, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban penghapus dosa (Im. 1 – 4).
Pemazmur sangat bersukacita bertemu Allah dan memberikan kurban di Mazbah Kurban Bakaran. Bagi kita sekarang, kita yang telah diampuni oleh Anak Domba Allah yang mati terbakar di Mazbah Kurban Bakaran bertugas memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita juga menuntun mereka yang bersalah untuk beroleh pengampunan. Sebagai imam-imam, kita diberkati Tuhan untuk dapat menjadi berkat bagi orang lain dan menuntun mereka melihat wajah Tuhan melalui kesaksian hidup kita (Bil. 6:22-27).
Kalau di zaman dahulu kegiatan mempersembahkan kurban harus dilaksanakan di Bait Allah di Yerusalem, kita sekarang dapat mempersembahkan kurban di mana saja tidak hanya terbatas di Bait Allah secara fisik sebab kita adalah Bait Allah (1 Kor. 3:16). Namun sayang kita yang dipanggil menjadi imam-imam sering tanpa sadar berdoa memohon berkat padahal Tuhan telah memberkati kesehatan, kekuatan, damai sejahtera, perlindungan dst. kepada kita.
Walau kita dalam keadaan gundah gulana karena tekanan hidup yang makin berat, kecemasan tidak membuat kita menjadi stres dan depresi sebab kita mempunyai pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuntunan Firman- Nya membawa kita keluar dari kegelapan dunia untuk menyaksikan perbuatan-perbuatan besar Allah sehingga mereka yang belum/tidak mengenal Juru Selamat dunia juga beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus. Amin.