• PENGHARAPAN DALAM TEKANAN HIDUP (1)
  • Mazmur 42
  • Lemah Putro
  • 2023-04-30
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1353-pengharapan-dalam-tekanan-hidup-1
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Kita sudah merenungkan Mazmur Jilid 1 (Mazmur 1 – 41) dan sekarang kita memasuki Mazmur Jilid 2 diawali dengan Mazmur 42 gubahan bani Korah (ay. 1) dengan tema “Pengharapan Dalam Tekanan Hidup”. 

Siapa bani Korah ini? Mereka adalah keturunan Korah (berstigma negatif sebagai pemberontak) yang tidak mati (Bil. 26:7-11) tetapi Tuhan memberi mereka pengharapan sehingga mereka menjadi penyanyi-penyanyi di zaman Daud, Salomo dst. (1 Taw. 6:31-38).

Bani Korah adalah orang-orang Lewi yang bertugas melantunkan nyanyian pengajaran (Bhs. Ibr. Mazkil = kontemplasi/perenungan). Apa yang direnungkan?

Tentang jiwa yang merindukan Allah (ay. 2). Jelas Mazmur 42 adalah mazmur pengajaran untuk perenungan jiwa. Memang istilah Bani Korah menyiratkan rombongan penyanyi di rumah Tuhan tetapi disebutkan pemimpin biduan (satu orang) berarti ketika dipimpin, setiap anggota bani Korah menjiwai lirik Mazmur 42 secara pribadi. Demikian pula dengan kita yang merenungkan Mazmur 42 secara pribadi walau dalam pertemuan ibadah bersama. Ilustrasi: kita semua menyanyi bersama dalam ibadah dipimpin oleh (satu) Song Leader tetapi masing-masing (pribadi) dari kita menghayati kata-kata dari lagu yang dinyanyikan. 

Perhatikan, persoalan iman dan pengharapan merupakan urusan pribadi sebab tekanan hidup tiap orang beda- beda tidak mungkin sama persis. Contoh: tekanan hidup suami beda dengan tekanan hidup yang dihadapi oleh istri; itu sebabnya perenungan jiwa bersifat individual/pribadi. Jadi kalau mau menerima berkat, nyanyilah secara pribadi dan tiap orang mempunyai ekspresi sendiri dalam menyanyi serta merespons kehadiran Tuhan. 

Perlu diketahui lirik-lirik Mazmur umumnya berbentuk kiasan/metafora dan salah satunya Bani Korah memetaforakan diri sebagai rusa. Rusa macam apa? Rusa yang merindukan sungai berair (ay. 2).

Setiap kali menghadapi pemangsa/predator yang mengejarnya, rusa hanya mengandalkan kemampuan berlari yang pasti mengeluarkan energi banyak dan untuk memulihkan kekuatan serta tenaganya dia memerlukan minum air. 

Yang dimaksud sungai berair adalah sungai yang airnya jernih dan dangkal. Ketika berada di hutan, insting rusa tahu di mana letak sungai berair tersebut supaya ia dapat segera minum air untuk memulihkan kekuatan fisik dan kegentaran jiwanya. 

Apa latar belakang Bani Korah menggubah Mazmur 42 menggunakan metafora rusa? “Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" (ay. 10)

Ternyata bani Korah berada di bawah impitan musuh – menjadi tawanan karena dosa raja-raja Yehuda dan pemberontakan penduduk Yerusalem kepada Allah – yang membuatnya stres, frustasi dan depresi. Menghadapi tekanan hidup semacam ini bani Korah merindukan Allah sebab dia tahu ada pengharapan di dalam-Nya (ay. 6). 

Pengajaran apa yang harus kita, orang beriman, lakukan saat menghadapi tekanan hidup agar mempunyai pengharapan?

  • Isilah jiwa dengan Firman Allah (ay. 2-4).

Rusa mencari sungai yang berair (ay. 3) menggambarkan bani Korah yang rindu melihat Allah yang hidup. Kenyataannya tidak ada seorang pun yang melihat Allah dapat hidup (Kel. 33:20). Bahkan Musa yang mempunyai relasi intim dengan Allah pun tidak dapat melihat-Nya. Musa hanya diperbolehkan melihat bagian belakang Allah yang berjalan lewat (Kel. 33:22-23). 

Kalau begitu bagaimana kita dapat melihat Tuhan? Melalui Firman-Nya yang utuh dari Kejadian sampai Wahyu. Allah (YHWH) – AKU ADALAH AKU – selalu hadir dan sudah ada, sedang ada dan selamanya ada. Allah yang dirindukan bani Korah berbeda dengan Allah bangsa-bangsa di sekitar Israel yang mana mereka bukan Allah yang hidup tetapi patung-patung dan berhala-berhala yang mati. Allah yang hidup ini melepaskan Israel dari Mesir dan bertabernakel di tengah-tengah umat-Nya. Di Perjanjian Baru, Yesus melepaskan kita dari dosa dan menjadikan kita imam-imam-Nya. Ia mengutus Roh Kudus bertabernakel dalam tubuh kita (1 Kor. 3:16). 

Perhatikan, ketika ada pihak-pihak yang mengejek (ay. 4) bahkan saat pikiran/logika kita sendiri meragukan keberadaan Allah, solusinya ialah:

  • mengisi jiwa dengan merenungkan Firman Allah secara pribadi tiap hari karena tekanan hidup dapat datang tiba-tiba dan membuat kita Jika kita tidak mengerti Firman yang kita baca, kita merendahkan diri dan Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran Firman.
  • Bergabung dengan komsel G-To yang merenungkan dan memamah biak Firman Tuhan.
  • Setiap saat kita bisa mengalami tekanan hidup, maka merupakan keharusan kita “menghirup” gizi Firman Allah yang dialirkan Roh Kudus setiap hari. Oleh karena itu bacalah Alkitab secara urut dan runut dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu sepanjang hidup. 

Allah yang hidup sanggup memulihkan, menguatkan dan menyegarkan kita kembali. Dengan demikian kita memiliki pengharapan walau menghadapi tekanan hidup dan persoalan belum selesai sebab Tuhan pasti menolong kita pada waktu-Nya. 

Bani Korah dari suku Lewi mendapat kepercayaan melayani di rumah Tuhan khususnya dalam puji-pujian. Sementara itu kita adalah imam-imam Perjanjian Baru dari suku apa pun, beda etnis serta latar belakang pendidikan, pengalaman dan kedudukan yang beda tetapi satu di hadapan Tuhan. Setiap orang percaya yang sudah dilepaskan dari belenggu dosa adalah imam yang melakukan tugas jabatan alias tidak boleh menganggur. Paling sedikit sebagai imam, kita bertugas membaca Alkitab agar jiwa kita tidak mudah stres karena masalah-masalah hidup. 

  • Segarkan jiwa dengan puji-pujian (ay. 5-6).

“Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.” 

Ini juga merupakan kalimat kiasan mengenai orang Israel yang diharuskan memperingati tiga hari raya (Paskah, Pentakosta, Pondok Daun) dalam setahun dengan berziarah pergi ke Bait Suci di Yerusalem. Pada hari raya tersebut banyak orang datang dari seluruh penjuru ke Yerusalem dan mereka menahirkan diri untuk berjalan ke rumah Allah. Bani Korah bertugas memimpin mereka dalam puji-pujian. Seperti dalam tulisannya, Bani Korah memiliki pengharapan dan memimpin puji-pujian di Bait Suci dengan sorak-sorai walau hatinya gundah-gulana (ay. 5). Bani Korah tidak mau tekanan hidup membuat dirinya stres kemudian mengabaikan pelayanannya. Dan sebagai orang Lewi, bani Korah juga ditahbiskan dengan kurban lembu jantan penghapus dosa (Bil. 8:5-8). 

Aplikasi: kita yang sudah dilepaskan dari dosa oleh kurban Kristus adalah imam dan pengalaman lepas dari dosa mendorong kita suka bermazmur. Kita memiliki pengharapan walau menghadapi tekanan hidup kita tidak menjadi stres lalu bodoh rohani (tidak mau beribadah dan malas melayani) tetapi sebaliknya, kita penuh dengan aliran Roh Kudus untuk memahami kehendak Allah melalui Firman-Nya tiap hari (Ef. 5:17-18) kemudian bermazmur, bersyukur dengan segenap hati (ay. 19-21). Jangan malah menghilangkan stres dengan cara yang salah, misal: mabuk-mabukan, makan berlebihan tanpa memedulikan pantangan, belanja di Mall tanpa mengalkulasi pengeluaran dll. Selesaikan masalah yang membuat stres dengan merendahkan diri saling minta maaf antarsesama dan minta ampun kepada Tuhan! Dengan pembaruan pikiran, oleh kuasa Roh Kudus dan darah pendamaian, kita yang dipersiapkan menjadi pengantin perempuan Anak Domba mampu menaikkan puji-pujian kepada Tuhan dengan bergairah dan tulus. Walau masalah belum selesai, jiwa disegarkan dan Tuhan akan menyelesaikan tekanan hidup pada waktu-Nya. 

  • Kuatkan jiwa dengan doa (ay. 7-12).

“Jiwaku tertekan dalam diriku sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar…..” (ay. 7)

Tanah Sungai Yordan dan pegunungan Hermon (Israel Tengah dan Utara) juga gunung Mizar (wilayah Utara) adalah wilayah-wilayah Kanaan yang Tuhan janjikan kepada Israel termasuk suku Lewi. Pada waktu Yosua dapat merebut wilayah-wilayah itu, tanah tersebut dibagi-bagi dan suku Lewi ditempatkan di setiap wilayah suku Israel. Bani Korah mengingat janji Allah yang sudah digenapkan waktu lalu tetapi karena pemberontakan Israel mereka tidak lagi mendiami wilayah-wilayah itu. 

Aplikasi: di mana pun kita berada – daerah Utara, Selatan, Barat, Timur – di belahan bumi ini; seberapa tinggi/rendah kedudukan dan pendidikan kita; seberapa besar/kecil bisnis kita dst. stres dan tekanan hidup selalu mengintai siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Masing-masing mempunyai kadar tekanan hidup sesuai dengan kekuatan dan kepribadian sendiri-sendiri berdampak stresnya berbeda-beda. Mengapa hal ini terjadi? Karena dosa awal yang dilakukan oleh Adam-Hawa berakibat Allah mengutuk tanah mengeluarkan semak duri bagi Adam dan keturunannya. Bagaimanapun juga bagi orang percaya dan berharap kepada Tuhan, pertolongan-Nya juga dapat terjadi di mana pun dan kapan pun sebab janji-Nya tidak pernah berubah bahwa kita akan mewarisi bumi (sekarang) atau bumi baru yang akan datang. Buktinya, berapa banyak dari kita yang mengalami kesembuhan dari penyakit parah, pemulihan dari ekonomi yang kolaps, kelepasan dari stres berat dst.? Kalaupun Tuhan tidak menyelesaikan masalah di bumi yang fana ini, kita akan mewarisi bumi dan langit baru juga adanya kerajaan seribu tahun di mana kita akan menjadi imam dan raja di dalamnya. 

Mazmur 42:8-9 juga merupakan kalimat puitis yang menunjukkan bahwa Allah yang disembah dan dipuji oleh bani Korah adalah Allah yang berdaulat atas semua ciptaan-Nya. Terbukti Allah yang kita sembah berdaulat penuh atas gelora dan gelombang tekanan hidup yang dihadapi oleh karena kasih setia-Nya (bnd. 1 Kor. 10:13). Dengan berharap pada kedaulatan dan kasih setia-Nya, kita dapat menaikkan nyanyian doa untuk-Nya. 

Apa kata Bani Korah selanjutnya? “Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (ay. 10-11) 

Saat menghadapi banyak tekanan hidup, sering timbul pertanyaan “apakah Tuhan melupakan” atau “di mana Tuhan” karena persoalan yang tidak beres-beres. Pertanyaan tersebut dapat muncul dari diri sendiri yang meragukan keberadaan Tuhan atau melalui orang lain yang tidak percaya bahkan membenci Allah kita. Apa pun yang terjadi, bersikaplah seperti bani Korah yang berdoa dengan pengharapan pasti bahwa Ia adalah Gunung Batu keteguhan kita. Kita harus menjaga hati agar tidak mudah terpengaruh dengan celaan-celaan bernada pesimis. 

“Di mana Allahmu?” bukanlah pertanyaan negatif tetapi pertanyaan retorika yang dijawab dengan iman dan pengharapan oleh Bani Korah. Tak sekali pun Tuhan melupakan dia (juga kita). Ada waktunya kita tidak lagi berkabung di bawah impitan musuh juga tidak meragukan keberadaan Tuhan yang sanggup menolong.

Bani Korah mengakhiri nyanyiannya dengan mengulang, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! ” (ay. 12) 

Bani Korah mau meyakinkan jiwanya untuk kembali berharap kepada Allah yang hidup, Penjawab doa, bagaikan ukupan doa harum yang naik ke hadapan Allah. Rasul Paulus menasihati agar kita tidak khawatir tentang apa pun tetapi menyatakannya kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (Flp. 4:6-7). 

Melalui perenungan Mazmur 42 kita beroleh pembelajaran: apa pun perbuatan masa lalu yang membuat jiwa tertekan, kita:

  • Bersikap sebagai imam yang beriman → Pintu Gerbang
  • Dijadikan imam oleh sebab kurban Kristus untuk mengalami pengampunan → Mezbah Kurban Pembakaran
  • Mengalami pembaruan hidup dengan menyelesaikan semua konsekuensi kesalahan dengan kuasa pengampunan Kristus yang telah kita alami → Bejana Pembasuhan
  • Beriman dengan pengharapan pasti yang dipimpin oleh aliran Roh Kudus → Pintu Kemah
  • Mengisi jiwa dengan membaca Firman Tuhan tiap hari → Meja Roti Sajian
  • Memuji Tuhan dan bersyukur senantiasa → Kandil Emas
  • Berdoa menyembah tiap waktu kepada Allah yang hidup → Mezbah Pembakaran Ukupan 

Pengharapan kita sudah dilabuhkan sampai ke belakang Tabir (Tempat Mahakudus) bersama Dia selamanya kelak (Ibr. 6:17-20). Oleh sebab itu kita tidak perlu stres menghadapi tekanan hidup yang berat sekalipun sebab kita ada pengharapan di dalam Allah dan Yesus Kristus, Juru Selamat kita. Amin.