Shalom,
Oleh anugerahnya kita masih dapat beribadah hingga saat ini. Marilah kita memanfaatkan waktu dengan merenungkan Firman Tuhan dari Mazmur 41 dengan tema “Keadilan Tuhan Bagi yang Tulus”. Apa arti “tulus”? Kondisi sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci, jujur, lurus, murni, tidak pura-pura, ikhlas] → apa yang ada di hati, diucapkan di mulut dan dilakukan itu sama. Dengan kata lain, tidak munafik tetapi berintegritas. Orang tulus tidak mempunyai agenda atau pamrih atau rancangan jahat ketika memberi dan melayani; tidak pula mengungkit-ungkit apa yang telah dilakukannya. Yesus menggambarkan “tulus seperti merpati” yang mengandung arti sifat yang damai, bersih dan setia (Mat.10:16).
Mazmur 41 ditulis oleh Raja Daud berisi curahan hatinya kepada Tuhan. Dalam kondisi lemah, dia memohon belas kasihan Tuhan untuk menyembuhkannya. Dia menyadari penyakit yang dideritanya disebabkan oleh karena dosa (Mzm. 41:1,5). Perhatikan, tidak semua sakit penyakit atau permasalahan disebabkan oleh karena dosa seperti penderitaan Ayub dan orang buta sejak lahir terjadi dengan tujuan untuk memuliakan Nama Tuhan.
Tuhan sendiri mengakui Daud hidup benar di hadapan-Nya seumur hidupnya kecuali masalah Uria, orang Het (1 Raja. 15:5). Ketika Nabi Natan menegur Daud akan kesalahannya, dia mengakuinya dengan rendah hati, tulus dan jujur. Beda dengan Saul yang berbelat-belit untuk mencari pembenaran bahkan menyalahkan orang lain. Firman Tuhan mengatakan berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya (Mzm. 32:1). Sungguh tidaklah mudah untuk mengakui kesalahan dengan tulus dan jujur karena tetap ada konsekuensi disipliner yang harus diterima. Di sinilah keadilan Tuhan berlaku tanpa dapat ditawar-tawar. Firman Tuhan menjanjikan bila kita mengakui dosa kita, Ia adalah kasih setia mengampuni kita, namun Ia juga adil akan menyucikan kita dari segala kejahatan, sehingga kita dipulihkan dan terus diubah semakin serupa dengan-Nya (1 Yoh. 1:9).
Memang Daud diampuni tetapi dia tetap harus menanggung konsekuensi dari dosa yang diperbuatnya. Anak hasil perselingkuhannya dengan Batsyeba mati; anak perempuan lainnya, Tamar, diperkosa oleh Amnon, saudara tirinya; Absalom, kakak Tamar, membunuh Amnon serta memberontak dan berusaha mengkudeta Daud dll. Daud meninggalkan kerajaannya untuk mengungsi tetapi dia tetap berharap kepada Tuhan. Dia sadar harus menanggung konsekuensi kesalahannya; itu sebabnya ketika Simei mengutuki dan melemparinya dengan batu, Daud tidak membalas sebab berpikir siapa tahu Tuhan yang menyuruh Simei berbuat seperti itu (2 Sam. 16:11- 12).
Dalam kelemahannya, Daud mengatakan, “Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkan aku (heal my soul = sembuhkan jiwaku)...” (Mzm. 41:5) Ternyata kelemahan fisik dapat memengaruhi jiwa Daud. Bukankah hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Ams. 17:22)? Perhatikan, suasana hati memengaruhi kesehatan fisik; demikian pula sebaliknya. Daud berdoa agar Tuhan menyembuhkan jiwanya sebab hatinya sangat tertekan oleh banyaknya masalah yang dihadapinya.
Daud mendapati ada dua kelompok orang yang memerhatikannya saat dirinya dalam kondisi lemah (sakit), yakni:
· Mereka yang memerhatikan Daud dengan tulus (ay. 2-4).
Ketika Daud dalam kondisi lemah, masih ada orang-orang yang tetap setia kepadanya. Mereka tidak hanya setia ketika semua berjalan baik, tetapi juga tidak meninggalkan Daud saat mengalami kejatuhan. Siapa mereka? Imam Zadok, imam Abyatar, Husai, Ziba, dll.
Daud berdoa untuk orang-orang yang dengan tulus memerhatikan mereka yang lemah (termasuk Daud yang sedang sakit). Ia berdoa “Berbahagialah (diberkatilah) orang yang memperhatikan orang lemah.” Orang lemah adalah mereka yang baik secara jasmani maupun rohani sedang dalam keadaan tidak mampu, rendah, tak berdaya, sakit, miskin, sakit hati, dikhianati, dibully, dst. Daud mendoakan berkat bagi mereka yang memerhatikan orang lemah. Daud ingat akan janji Tuhan dalam kitab Taurat yang mengingatkan untuk tidak menindas orang asing, janda atau yatim piatu (Kel. 22:21-22) sebab bangsa Israel dahulunya juga orang asing di Mesir. Bukankah Tuhan juga memerhatikan sengsara umat-Nya (Mzm.40:18)? Peristiwa Paskah menunjukkan bahwa Anak Allah, yaitu Yesus Kristus telah datang kedunia untuk memerhatikan kita yang lemah, miskin, sakit, tertawan, sengsara dst. (Luk. 4:17-21). Artinya, seseorang dapat memerhatikan orang lemah dengan tulus sebab Tuhan telah terlebih dahulu memerhatikan mereka.
Aplikasi: kita yang sudah diperhatikan dan ditolong Tuhan patut memerhatikan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Kita yang kuat wajib memerhatikan yang lemah agar terjadi keseimbangan dalam tubuh Kristus.
Kesaksian Pembicara: beliau berasal dari keluarga broken home dan diasuh oleh nenek bersama paman-bibi yang mencintai Tuhan dan tinggal di asrama panti asuhan untuk melanjutkan sekolah SMP dan SMA. Semua anak di panti sangat berbahagia ketika mendapat kunjungan pada hari Raya, Paskah, Natal. Penghuni panti sangat senang karena mendapat perhatian walau dari orang-orang yang tidak mereka kenal sepenuhnya. Mereka kemudian mendoakan para donatur yang peduli akan kehidupan mereka. Tuhan dapat memakai siapa saja untuk memerhatikan orang-orang yang lemah, yang membutuhkan. Dan jangan lupa, si pemberi/donatur juga diliputi kebahagiaan melihat wajah-wajah bahagia dari si penerima donasi. Firman Tuhan mengingatkan supaya kita membantu orang-orang yang lemah sebab Yesus sendiri mengatakan adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis. 20:35). Oleh sebab itu kalau Roh Kudus menggerakkan hati kita untuk memberi, segera lakukan jangan menunda-nunda hingga terlewatkan berakhir dengan penyesalan. Yang perlu diperhatikan, hendaknya kita memerhatikan orang lemah dengan tulus hati tanpa pamrih atau ada motivasi tersembunyi. Jangan bertindak seperti orang-orang Farisi yang memberi sedekah tetapi diperlihatkan supaya dipuji orang; sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya (Mat. 6:2). Lebih lanjut Firman Tuhan mengatakan kalau kita memberi sedekah, jangan tangan kiri mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanan maka Bapa yang melihat dari tempat tersembunyi akan membalaskan kepada kita (ay. 3-4). Ketulusan dalam memberi dibalas dengan keadilan Tuhan.
Daud percaya bahwa orang yang memerhatikan orang lain akan berbahagia, diluputkan pada waktu celaka, dilindungi, dipelihara nyawanya, tidak dibiarkan dipermainkan musuh, dipulihkan dari sakit (ay. 2-4).
Daud adalah pribadi yang memerhatikan orang yang lemah; oleh sebab itu dia mohon belas kasihan dari Tuhan. Sebelum kejatuhannya dalam dosa, setidaknya dua fakta yang dicatat oleh Alkitab bagaimana Daud memerhatikan orang lemah antara lain:
- Ketika melarikan diri ke gua Adulam, saudara-saudara dan seluruh keluarganya juga orang-orang yang dalam kesukaran, mereka yang dikejar tukang piutang, yang sakit hati mendapatkan dia. Daud menerima orang-orang lemah ini dan menjadi pemimpin mereka (1 Sam. 22:1-2) padahal dia sendiri sedang mempunyai masalah.
- Daud memerhatikan Mefiboset, cucu Saul, yang timpang kakinya (2 9). Karena kasih setianya kepada Yonatan, sahabatnya, Daud mencari keluarga Saul dan menyuruh Mefiboset menghadap dia untuk mengembalikan ladang milik kakeknya dan makan sehidangan dengannya.
Daud berdoa bagi orang-orang yang memerhatikan dia, yang setia kepadanya juga yang lemah. Dengan perbuatan baiknya, dia berharap Tuhan akan menolong dan menyembuhkannya. Namun keadilan Tuhan tetap berlaku. Itulah kelompok orang yang tulus yang dijumpai Daud, namun ia juga menjumpai orang yang tidak tulus.
· Mereka yang memerhatikan Daud dengan tidak tulus (ay. 6-13).
Ketika Daud lemah, mereka menyumpahinya, berkata dusta, membencinya, merancangkan kejahatan bahkan mengkhianati dia. Mereka “memerhatikan” dia tetapi tidak tulus karena mereka mempunyai maksud-maksud tertentu atau modus atau bulus. Mereka memerhatikan Daud dari kejauhan dan mensyukuri penderitaannya serta mengharapkan kejatuhan bahkan kematian Daud.
Introspeksi: bagaimana reaksi kita melihat orang yang lemah dan sakit? Apakah kita peduli dan memberikan mereka bantuan? Atau malah mensyukuri mereka yang terkena musibah karena kesalahan mereka sendiri? Atau kita memerhatikan mereka tetapi ada modus?
Siapakah orang-orang yang tidak tulus tersebut? Mereka antara lain:
- Absalom, anaknya sendiri, memberontak dan melawan
- Yoab, panglima tentaranya yang membelot dan mengikuti Yoab berdiri di atas dua kaki – dia datang kepada Absalom tetapi juga kepada Daud.
- Mefiboset meninggalkan Daud padahal dia sudah diperhatikan oleh
- Simei dari kaum keluarga Saul mengutuki
- Ahitofel, penasihat sekaligus sahabat Daud, mengkhianati Daud dan berpihak pada Ahitofel bahkan merancang kejahatan supaya Daud mati tetapi rencana jahatnya digagalkan oleh Husai.
Pernahkah Anda memiliki pengalaman disakiti oleh orang terdekat – suami/istri, keluarga, pacar, sahabat karib? Semakin dekat orang itu dengan kita, semakin sakit hati ini ketika dia menyakiti kita.
Apa yang dialami oleh Daud tergenapi di dalam kehidupan Anaknya, yaitu Yesus. Dalam pelayanannya, Yesus memerhatikan dengan tulus namun dimusuhi oleh orang-orang Yahudi dan hendak dibunuh bahkan di antara murid-Nya ada yang mengkhianati-nya. Mazmur 41:10 disitir oleh Yesus dan tertulis dalam 4 Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) yaitu, “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.’ (Yoh. 13:18).
Terbukti Yudas Iskariot yang tiap hari bersama Yesus selama 3½ tahun mengkhianati-Nya. Memang Yesus mengatakan ada waktunya Ia disalib tetapi celakalah orang yang menyerahkan-Nya. Bila dicermati lebih jauh, ada persamaan antara Ahitofel dan Yudas Iskariot, yakni: (1) Mereka sama-sama sahabat & orang kepercayaan → Ahitofel menjadi penasihat Daud sementara Yudas Iskariot dipercaya oleh Yesus sebagai pemegang kas pelayanan. (2) Mereka sama-sama merancangkan yang jahat kepada sahabatnya. (3) Mereka sama-sama putus asa dan memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Bagaimanapun juga Daud (dengan tulus) tetap mendoakan musuh-musuhnya dan menyerahkannya kepada Tuhan (Mzm. 41:11-13). Daud sadar dia menderita akibat kesalahannya dan tahu hanya Tuhan yang dapat menolong sesuai dengan janji-Nya. Karena Tuhan setia akan perjanjian-Nya, Daud memohon agar dia ditegakkan dan dipulihkan supaya dapat membalas (shalam = to be at peace = berdamai) kepada mereka yang tidak setia dan mengkhianatinya (ay. 11). Daud tidak membalas musuh-musuhnya dengan tujuan menjatuhkan atau membinasakan tetapi mau berdamai dengan mereka. Buktinya dia tidak membunuh Saul, mertuanya, walau dia ada kesempatan untuk melakukannya. Dia juga memilih melarikan diri dari kejaran anaknya Absalom, ketimbang terjadi pertumpahan darah.
Pertanyaan: apakah orang Kristen tidak boleh membalas? Jika ditampar pipi kanan, berikan pula pipi kirinya (Mat. 5:39)? Firman Tuhan mengingatkan supaya kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Sedapat-dapatnya kita hidup berdamai dengan semua orang sebab pembalasan adalah hak Allah (Rm. 12:17-21). Memang hal ini tidak mudah apalagi jika kita tidak bersalah tetapi harus memulai berdamai terlebih dahulu.
Karena ketulusan Daud, Tuhan memperkenan dia dengan memulihkan dan menegakkannya (ay. 12). Dampaknya, musuh-musuhnya tidak bersorak alias diam, artinya apa yang direncanakan dan diinginkan oleh mereka tidak terjadi padanya dan dia dipulihkan oleh Tuhan. Itulah pembalasan Daud kepada para musuhnya.
Yesus juga mengalami perlakuan sama seperti yang dialami Daud. Musuh-musuh Yesus membenci-Nya, merancang yang jahat, bersaksi palsu untuk menjatuhkan-Nya. Yesus akhirnya disalibkan karena dianggap menghujat Allah. Mereka bersorak-sorai atas “kemenangannya” tetapi tiga hari kemudian Yesus bangkit. Mereka berupaya membungkam kebenaran itu dengan menyewa orang untuk berkata mayat Yesus dicuri murid-Nya, dst. Sesungguhnya kebangkitan Yesus membuktikan Ia diperkenan Allah karena Ia mati untuk keselamatan manusia berdosa. Yesus juga tidak membalas kejahatan tetapi malah mendoakan agar Bapa mengampuni mereka.
Dan benar takhta kerajaan Daud ditegakkan untuk selama-lamanya (ay. 13) – takhta kerajaannya tidak pernah lepas dari raja-raja Yehuda, keturunan Daud, hingga ujungnya digenapi dalam diri Yesus, Sang Mesias.
Mazmur 41 diakhiri dengan pujian pengagungan kepada TUHAN yang kekal (ay. 14). Karena Tuhan telah tulus memerhatikan dan memulihkan kita, hendaknya kita tulus dalam memerhatikan orang yang lemah, juga mendoakan mereka yang memerhatikan kita. Jangan mencari keuntungan diri sendiri dengan menolong tetapi ada modus di baliknya! Jangan pula membalas kejahatan kepada mereka yang telah berbuat kejahatan tetapi serahkan kepada Tuhan yang berhak membalas dengan adil. TUHAN adil kepada mereka yang tulus maupun yang tidak tulus. Hanya Nama Tuhan saja yang diagungkan dan ditinggikan. Amin.