Shalom,
Hari ini gereja-gereja sedunia merayakan Jumat Agung yang berkaitan erat dengan Paskah. Rasul Paulus mengatakan bahwa Domba Paskah yaitu Kristus telah disembelih (1 Kor. 5:7). Tahukah Yesus waktu merayakan Paskah 2.000 tahun lalu, Ia ditangkap dan diadili tengah malam itu kemudian pagi harinya dihukum mati dengan disalib pkl. 09:00 dan pkl. 15:00 Ia meregang nyawa?
Perlu diketahui hari Paskah orang Yahudi beda dengan hari Paskah kita sebab mereka menggunakan kalender bulan sedangkan kita memakai kalender matahari; itu sebabnya tiap tahun Jumat Agung pasti jatuh di hari Jumat.
Apa kaitan tulisan Daud di Mazmur 40:1-9 dengan Jumat Agung dan Paskah? “Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN. Berbahagialah orang yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung. Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."
Di awal penulisan, Raja Daud mengakui TUHAN mendengar teriakannya minta tolong dan mengangkatnya dari lubang kebinasaan serta menempatkannya di atas bukit batu. Dia mengakui perbuatan TUHAN kepadanya tidak terhitung banyaknya. Namun kemudian Daud berpindah topik dengan mengatakan Tuhan tidak berkenan kepada kurban sembelihan dan kurban sajian. Dalam Perjanjian Lama, kurban bakaran, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban penghapus dosa merupakan kegiatan serius dan penting dalam ibadah orang Israel. Daud sebagai raja masih ketat mengikuti peraturan ini antara lain dia mengaku ketika melakukan banyak kesalahan.
Mengapa tiba-tiba Daud menulis Allah tidak berkenan pada kurban sembelihan dan kurban sajian? Lalu apa yang diperkenan oleh-Nya? Bila kita membaca hanya Mazmur 40, kita akan menjadi bingung apa hubungannya pengagungan Daud terhadap Allah, Sang Pencipta alam semesta, kemudian langsung beralih menyebutkan Allah tidak berkenan pada kurban sembelihan. Ternyata tulisan Raja Daud merupakan nubuatan yang digenapi di Perjanjian Baru ditulis oleh Rasul Paulus. Siapa Paulus ini? Awalnya Paulus, orang Farisi, sangat ketat menaati hukum Taurat tetapi setelah bertemu Yesus dia bertobat dan memberitakan Injil yang diterimanya bukan dari manusia tetapi oleh penyataan Yesus Kristus (Gal. 1:11-12).
Daud tidak pernah mempunyai gulungan kitab dan tidak mengetahui siapa yang datang untuk melakukan kehendak Allah. Ternyata nubuatnya digenapi dalam diri Yesus dan tulisannya dikutip dalam Ibrani 10:1-7, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki – tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku –. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" – meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat –.
Jelas di zaman Raja Daud, Taurat tidak mungkin menyempurnakan orang yang minta ampun waktu itu sebab kurban sembelihan tidak dapat menghapuskan dosa. Justru dengan mempersembahkan kurban sembelihan tiap tahun malah mengingatkan orang Israel akan dosa mereka yang tidak terhapuskan.
Introspeksi: yakinkah kita sudah beroleh pengampunan dari Tuhan dan dibebaskan dari belenggu dosa? Jangan merayakan Paskah hanya sekadar seremonial seperti dilakukan orang Kristen di era Perjanjian Lama karena kondisi semacam ini membuat kita tetap terbelenggu oleh dosa dan tidak pernah terhapus dosanya.
Daud diurapi menjadi raja dan menulis Mazmur atas ilham Roh Allah. Saat melakukan kesalahan fatal, Daud meminta ampun kepada Allah dan memohon agar Roh-Nya yang kudus tidak diambil dari padanya (Mzm. 51:13).
Aplikasi: kita harus yakin bahwa semua tulisan dalam Alkitab (Kejadian – Wahyu) ditulis atas ilham Roh Allah. Jangan pernah meragukannya (walau belum mengerti) lalu mencoba mencari jawaban di luar Alkitab karena kita akan tersesat. Roh Kudus mendorong kita untuk suka membaca Alkitab seutuhnya.
Sebagai raja, Daud pasti membaca lima Kitab Musa (Ul. 17:18-19) namun waktu itu belum ada gulungan kitab berisikan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Daud tidak tahu kalau setelah mati ternyata keturunannya (melewati puluhan generasi) muncullah Yusuf, suami Maria yang melahirkan Yesus (Mat. 1:6-16).
Berbicara tentang persembahan kurban sembelihan, ada kemungkinan dapat menimbulkan sikap superioritas/keunggulan atau inferioritas/rendah diri karena adanya perbedaan kurban persembahan: orang kaya mempersembahkan lembu jantan; orang kelas menengah mempersembahkan kambing domba sementara orang miskin mempersembahkan burung tekukur atau burung merpati.
Bagaimana sikap Daud terhadap Tuhan? Dia sangat menanti-nantikan Tuhan dan yakin Ia mendengar teriakannya minta tolong. Jelas, Daud mengandalkan Tuhan bukan manusia dalam memberikan pertolongan dan menyelesaikan persoalan. Terbukti Tuhan mendengar teriakannya minta tolong, mengangkatnya dari lubang kebinasaan, dari lumpur rawa dan menempatkan kakinya di atas bukit batu.
Pernahkah Anda terjebak di dalam lumpur rawa? Makin Anda bergerak, makin Anda tertarik ke bawah dan makin tenggelam. Jika Anda mencoba dengan kekuatan sendiri keluar dari dosa kejahatan, makin Anda mencobanya, makin Anda jatuh dalam dosa. Jangan main-main dengan dosa karena tidak ada seorang pun dapat menghapusnya dengan kekuatan dan kemampuan sendiri. Dosa akan mengejar kita kapan pun dan di mana pun; hanya Yesus yang dapat menolak dan menghancurkan dosa. Itu sebabnya Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa-Nya.
Tuhan juga memberikan nyanyian baru dalam mulut Daud. Bagi kita sekarang, nyanyian baru ini bukan lirik atau melodi atau jenis baru tetapi Roh Kudus memenuhi kehidupan kita sehingga kita dapat berkata-kata satu sama lain dalam mazmur, kidung pujian (Ef. 5:19) yang merdu didengar oleh orang-orang di sekitar untuk memuliakan Tuhan bukan mengeluarkan kata-kata yang panas didengar telinga.
Lebih lanjut Daud mengatakan, “Banyak orang akan melihatnya (nyanyian baru – Red.) dan menjadi takut lalu percaya kepada TUHAN.” Bagaimana mungkin sebuah nyanyian dapat dilihat orang? Juga mana mungkin orang mendengar lagu rohani lalu menjadi takut? Namun berakhir menjadi percaya kepada TUHAN! Jelas ini bukan sembarang nyanyian tetapi “nyanyian” yang memicu iman untuk lebih diberkati. Jadi, lagu-lagu rohani yang dinyanyikan hendaknya menggunakan Firman Tuhan yang menguatkan iman dan membuat kita takut serta hormat kepada Tuhan.
Dikatakan pula, “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” (ay. 6)
Pertanyaan: selama mengikut Tuhan hingga saat ini, pernahkah kita menghitung perbuatan Tuhan yang ajaib terhadap hidup kita mulai dari kita berada dalam kandungan hingga sekarang? Adakah pengakuan dari kita bahwa terlalu banyak dan tak terhitung perbuatan yang telah dilakukan-Nya bagi kita? Daud mengakui hal ini dan menegaskan tidak ada orang (pendeta paling hebat pun) atau sesuatu (filosofi) atau perbuatan terbaik pun dapat disejajarkan dengan Tuhan. Ia adalah Allah, Pencipta alam semesta yang tidak tertandingkan dan tidak ada duanya. Daud bahkan mengatakan perbuatan Tuhan yang ajaib – menenun dia dalam kandungan ibunya (Mzm. 139:13-14).
Heran, dalam penderitaan berat Daud masih tetap memuji Tuhan akan perbuatan-Nya yang hebat. Bagaimana dengan kita? Mampukah kita memuliakan Tuhan di tengah sengsara yang sedang kita alami? Atau kita lebih banyak mengeluh kepada Tuhan dan menuntut Ia segera menolong kita?
Namun mengapa kemudian Daud mengatakan, “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian?” Dalam Perjanjian Lama, orang yang mau berterima kasih kepada Allah akan mempersembahkan lembu, kambing domba atau burung tekukur melalui imam besar dan imam-imam. Persembahan kurban ini berkaitan dengan Paskah yang mana malam itu seluruh bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (Kel. 12). Kemudian mereka merayakan Paskah setahun sekali pada tanggal 14 bulan 1 sesuai ketentuan Allah (Im. 23:5).
Awal mereka keluar dari Mesir, paling sedikit 600.000 ekor domba disembelih (bnd. Bil. 1:46). Mereka berada di padang gurun selama 40 tahun berarti mereka menyembelih ± 40 x 600.000 ekor domba. Musa meninggal digantikan oleh Yosua yang memimpin orang Israel menuju Kanaan. Setelah menyeberang Sungai Yordan, mereka tiba di Gilgal dan merayakan Paskah (Yos. 5:10). Namun sayang setelah itu mereka tidak lagi mengingat Paskah dan baru merayakannya kembali di era Raja Hizkia (2 Taw. 30:1) dan Raja Yosia (2 Raja 23:21-23).
Introspeksi: apakah kita juga merayakan Paskah satu tahun sekali karena kebiasaan dan setelah itu melupakannya? Atau kita merayakannya dengan semangat bagaikan keluar dari Mesir (dosa) yang telah memperbudak kita begiu lama?
Bagaimana dengan perayaan Paskah di era Perjanjian Baru? Yesus merayakan Paskah di Yerusalem bersama orang tua-Nya saat berumur 12 tahun (Luk. 2:41-42). Ketika mulai masuk dalam pelayanan berumur 30 tahun, Yesus masuk Bait Allah di Yerusalem pada hari Paskah dan mengobrak-abrik tempat itu karena telah dijadikan tempat jual beli bukan tempat doa (Yoh. 2:13-16). Yesus merayakan Paskah dengan sungguh-sungguh; beda dengan bangsa Yahudi yang menghadirkan Paskah sekadar upacara saja.
Yesus dibunuh pada waktu Paskah untuk: penjahat yang disalib di sebelah-Nya sehingga dia masuk Firdaus (Luk. 23:42-43); ibu-Nya, Maria, diterima oleh Yohanes menjadi keluarganya (Yoh. 19:27); pengampunan bagi mereka yang telah menyalibkan-Nya (Luk. 23:34). Yesus benar-benar mengalami penderitaan luar biasa sebelum meregang nyawa. Namun di atas salib, Ia malah memohonkan pengampunan kepada Bapa-Nya. Jauh sebelum kita hadir ke dunia ini, Yesus telah meminta Bapa Surgawi untuk mengampuni kita sebab Ia tahu kalau Ia mati, semuanya akan beres.
Introspeksi: masihkah kita mencari Tuhan untuk menambah kekayaan dan ketenaran? Yohanes menerima Maria, ibu Yesus, menjadi anggota keluarganya cukup lama sebab Yohanes meninggal di usia ± 96 tahun. Pengampunan menumbuhkan keakraban antarsesama dan kita dapat mengampuni mereka yang menyakiti kita.
Kita bersyukur beroleh anugerah keselamatan dari Yesus yang telah dinubuatkan ribuan tahun lalu oleh Daud. Ternyata kurban sembelihan dan kurban sajian di era Perjanjian Lama tidak diperkenan Allah sebab tidak dapat menghapus dosa. Namun Allah yang penuh rahmat dan kasih mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus, mati demi menebus dosa kita. Kita yang seharusnya dihukum mati akibat dosa oleh iman beroleh kasih karunia keselamatan di dalam Yesus Kristus (Ef. 2:3-10). Sungguh kita patut bersukacita oleh karena anugerah-Nya yang menyelamatkan! Amin.