Shalom,
Bukankah begitu menghadapi suatu pergumulan, kita segera berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan? Hal sama dilakukan oleh Si Pembicara yang harus berkhotbah pagi ini tetapi beliau tidak begitu sehat sejak Kamis lalu karena kelelahan. Bahkan hingga Minggu subuh (02:00) beliau masih sempoyongan dan ketika berdoa, beliau diingatkan Tuhan bahwa doa permohonannya merupakan bagian dari khotbah yang akan disampaikannya hari ini. Ternyata jawaban doa yang menghasilkan kemenangan tidaklah selalu spektakuler; tidak melulu harus terjadi suatu keajaiban.
Lalu bagaimana doa yang menghasilkan kemenangan menurut Mazmur 35?
- Doa yang melibatkan Tuhan bukan memanfaatkan-Nya.
Mazmur 35 dibuka dengan Nama TUHAN/YHWH (ay. 1, 6-7, 9-10, 27) baru selanjutnya menggunakan istilah Tuhan secara umum.
Sejak zaman nenek moyang kita, doa telah dijadikan Allah menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan-Nya. Sesungguhnya berdoa tidak melulu dilakukan apabila kita menghadapi persoalan. Kalaupun kita dalam pergumulan menghadapi masalah ringan atau berat dan hendak berdoa, pertama-tama yang kita lakukan ialah melibatkan Tuhan di dalamnya bukan melibatkan kekuatiran apalagi melibatkan kuasa lain seperti dukun, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan yang malah membuat masalah tambah rumit.
Yang perlu diketahui, sejauh mana kita melibatkan Tuhan dalam doa kita?
- Melibatkan Tuhan sebagai konselor yang memberi nasihat untuk menyelesaikan masalah tersebut,
- Melibatkan Tuhan untuk memberikan kita kekuatan menghadapi persoalan tersebut,
- Melibatkan Tuhan untuk memberikan kita hikmat dalam menyelesaikan persoalan tersebut,
- Melibatkan Tuhan untuk mengambil alih permasalahan tersebut karena kita merasa sudah tidak mampu,
- Memanfaatkan Dalam keadaan sangat terdesak, kita berdoa memanfaatkan Tuhan supaya masalah cepat selesai atau dendam segera terbalaskan atau amarah kita terlampiaskan melalui tangan orang lain dst.
Kita harus dapat membedakan bagaimana melibatkan Tuhan atau memanfaatkan Dia dalam doa menghadapi persoalan. Kitab Mazmur merupakan kitab sastra/syair mengandung kaidah seni tinggi yang tidak dapat dibaca begitu-begitu saja. Mazmur 35 ini ditulis dengan jujur dan apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi mengungkapkan keadaan umum yang dialami oleh siapa pun termasuk pengikut Tuhan.
Dalam kitab puisi semacam Mazmur ini biasanya kita melihat urutannya seperti ini:
- dari umum ke khusus atau dari khusus ke umum,
- dari keadaan negatif ke positif atau sebaliknya,
- dari keadaan tidak ideal ke yang ideal atau sebaliknya,
- dari keadaan natural diikuti dengan yang supranatural atau sebaliknya.
Dalam doanya tampak Daud memanfaatkan TUHAN dan terpancing untuk mendikte. Apa katanya? “Peganglah perisai dan utar-utar (buckler = a large shield = perisai besar), bangunlah menolong aku, cabutlah tombak dan kapak menghadapi orang-orang yang mengejar aku; katakanlah kepada jiwaku: "Akulah keselamatanmu!" (ay. 2-3)
Daud mendikte Tuhan agar menolongnya bahkan caranya pun diajari, bukankah ini merepotkan Tuhan?
Jujur, kita juga sering tergoda untuk mendikte Tuhan ketika kita berdoa meminta pertolongan-Nya bahkan memberikan cara kerjanya dalam menolong kita seakan-akan Ia tidak paham menangani masalah kita. Bukankah sikap kita mendikte Tuhan membuat-Nya tidak mandiri dan kreatif serta menjadikan-Nya “pembantu” untuk melakukan solusi yang sudah kita buat sendiri? Perhatikan, menyelesaikan masalah yang sama belum tentu harus dengan cara yang sama; problem yang berat pun belum tentu dapat diselesaikan dengan cara lama.
Aplikasi: hendaknya kita minta ampun kalau telah salah dalam berdoa. Doa yang benar ialah kita mengutarakan persoalan yang dihadapi dan menyerahkan penyelesaiannya kepada Dia sepenuhnya.
Selain godaan untuk mendikte Tuhan, kita juga sering berdoa dengan bertele-tele. Bila kita perhatikan Mazmur 35 ini, ada pengulangan kata “biarlah” sebanyak 9 kali – 7 kali bernada sinis untuk kehancuran orang lain (ay. 4-8, 26) dan 2 kali bernada harapan kemenangan (ay. 27). Mazmur 35 diawali dengan kondisi tidak ideal berakhir dengan ideal (ay. 28).
Waspada bagi hamba Tuhan saat berdoa, jangan sembarangan mengeluarkan kata-kata bersifat mengutuk seseorang mungkin karena dia tidak terlalu paham dan meniru apa yang tertulis di Mazmur ini.
Apa yang dimaksud dengan doa bertele-tele sehingga Yesus mengajarkan kita, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele (vain repetitions = pengulangan yang sia-sia) seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat. 6:7-8)
Jadi, jangan berdoa berulang-ulang untuk mengingatkan Tuhan seolah-olah Ia tidak tahu cara menghukum orang yang harus dihukum juga perlu diberitahu bagaimana cara menolong orang yang perlu ditolong seperti dilakukan oleh Daud. Ingat, Tuhan sudah mengetahui persoalan kita sebelum kita meminta pertolongan-Nya. Kita tidak perlu mendikte atau mengingatkan Tuhan dengan maksud ingin membantu meringankan pekerjaan- Nya.
Apakah doa yang mendikte atau mengingatkan Tuhan dapat menyelesaikan persoalan? Abram pernah ingin “membantu” Allah untuk menggenapi apa yang sudah dijanjikan-Nya. Awalnya Abram percaya akan janji TUHAN bahwa anak kandungnya akan menjadi ahli warisnya (Kej. 15:4,6). Namun Sarai, istrinya, yang merasa sok tahu mengatakan Tuhan tidak memberi dia melahirkan anak kemudian menawarkan hambanya kepada Abram supaya dihampiri untuk beroleh anak. Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai (Kej. 16:2). Alhasil, keturunan Ismael dan keturunan Ishak tidak pernah berdamai sampai sekarang.
Selain doa tidak perlu berulang-ulang untuk mengingatkan Tuhan, doa juga tidak perlu diungkapkan sedetail- detailnya. Misal: ada “hamba Tuhan” mengatakan kalau menginginkan sesuatu, berdoalah dan sebutkan hingga detail apa yang diinginkan. Ini doa permohonan atau doa pemaksaan kehendak? Apakah ini iman atau sugesti? Doa semacam ini sangat berbahaya. Seorang nabi, Habakuk, pernah kebingungan memahami arti sebuah doa. Di kalangan dunia teologi, Habakuk disebut sebagai nabi yang kebingungan. Buktinya, dia bingung bagaimana mungkin teriakan orang benar tidak didengar oleh-Nya sementara orang-orang fasik merajalela dengan kejahatan dan kelalimannya (Hab. 1:2-3). Tuhan kemudian memberikan pengertian yang benar tentang doa sehingga akhirnya pada pasal terakhir dia menggubah sebuah syair yang sering kita nyanyikan, "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, pohon zaitun mengecewakan namun aku akan bersorak-sorak dalam TUHAN." (Hab. 3:17-18). Perhatikan, jawaban dari doa kita tidak harus selalu sesuai dengan apa yang kita mau. Justru di dalam doa itu kita ingin mencari kehendak Tuhan sebab Ia pasti memberikan solusi yang terbaik.
Kalau begitu bagaimana kita mengetahui apakah doa kita sudah benar atau doa memanfaatkan Tuhan? Indikatornya ialah: kasih. Bila kita mengasihi Tuhan, apa yang kita minta kepada orang yang kita cintai, ini bukanlah asas manfaat. Namun jika kita banyak meminta bahkan menuntut Tuhan sementara hati kita jauh dari-Nya, kita sedang memperalat Dia.
- Doa yang jawabannya tergantung pada waktunya Tuhan.
“Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa-singa muda!…..Engkau telah melihatnya, TUHAN, janganlah berdiam diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! (ay. 17, 22)
Ternyata manusia sudah di-setting atau diprogram sejak dalam rahim ibu dengan “mode” nyaman karena air ketuban cukup menghangatkan, asupan gizi bagus dll. Jika ada sedikit masalah, janin dalam kandungan menjadi gelisah. Mode nyaman ini terbawa terus sampai dewasa. Buktinya, begitu sedikit merasa panas, kita tidak mencari Tuhan tetapi langsung mencari remote control untuk menghidupkan AC karena kita tidak terbiasa kepanasan. Demikian pula menghadapi masalah, kita tidak terbiasa berlama-lama dalam keadaan tidak nyaman. Kita ingin persoalan segera dan cepat terselesaikan. Ini wajar tetapi menjadi tidak wajar jika kita menyalahkan Tuhan (telah melihat tetapi berdiam diri). Jujur, ketika menghadapi suatu masalah, kita ingin doa kita cepat didengar oleh Tuhan bahkan mengatur waktu kapan Ia menjawab doa kita. Siapa yang menjadi bos di sini?
Mengapa Tuhan “membiarkan” kita dalam kondisi tidak nyaman untuk beberapa lama saat kita membutuhkan pertolongan-Nya? Karena kesengsaraan menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (Rm. 5:3-4). Tuhan ingin kita menjadi anak-Nya yang tangguh dan berpengharapan. Jauh berbeda jika doa kita segera dan selalu dijawab oleh-Nya. Ilustrasi: sebagai orang tua, kita tidak tega melihat anak kita yang masih bayi harus divaksinasi. Namun demi mengurangi risiko cacat dan kematian, kita rela membiarkan dia menangis kesakitan waktu disuntik. Kita tidak dapat mengambil “salib” orang lain untuk kita tanggung. Allah tidak akan mengambil salib yang kita pikul sebab justru ketika kita memikul salib, di sanalah terletak kekuatan dari salib itu. Tentu Bapa Surgawi sedih melihat kita ada masalah tetapi Ia mengizinkan semua terjadi sebab Ia mau menjadikan kita pemenang bermental tangguh dan berpengharapan. Namun sayang, sering terjadi orang-orang Kristen tidak tahan menghadapi pergumulan hidup lalu meninggalkan Tuhan sebab mentalnya sudah dikotori oleh oknum-oknum pengkotbah yang mengatakan bahwa mengikut Tuhan tidak ada penderitaan.
Tak jarang kita menuduh Tuhan tidak kunjung menjawab doa kita karena jawaban doa-Nya tidak sesuai dengan kehendak (kenyamanan) kita. Tahukah bahwa sesungguhnya Allah sudah menjawab doa-doa kita yang jarang kita sadari? Contoh:
- Ketika kita berdoa minta kasih dari-Nya, Tuhan izinkan orang-orang yang membenci kita ada di sekitar kita.
- Ketika kita berdoa minta berkat kesetiaan dalam kehidupan nikah, Tuhan izinkan ujian dan godaan ketidaksetiaan menghadang langkah kita.
- Ketika kita berdoa supaya usaha kita diberkati, Tuhan izinkan kita merugi agar kita mengevaluasi managemen dan kinerja dst.
Terbukti doa kita sering dijawab Tuhan – Dialah Penjawab doa yang sejati. Kalaupun Tuhan memberikan durasi (rentang waktu) untuk menjawab doa kita, Ia bertujuan:
- Memberi kesempatan kita untuk memperbaiki motivasi kita.
- Menolong kita memperbaiki gambar diri kita serta pengenalan kita akan Allah.
Sekarang kita mengerti doa yang menghasilkan kemenangan terjadi bila kita melibatkan Tuhan menyelesaikan masalah kita dan menyerahkan waktu jawaban doa di dalam kehendak-Nya. Tuhan izinkan kita tidak segera beroleh jawaban doa sebab Ia ingin menjadikan kita pemenang yang tangguh dan berpengharapan. Amin.