Shalom,
Kenyataannya, setiap orang dari berbagai kalangan mana pun – tua-muda, kaya-miskin, pelajar-pegawai, dst. pasti menghadapi masalah bahkan tidak ada satu pun bebas masalah sejak lahir. Semua tentu mempunyai masalah hidup dan tidak menutup kemungkinan mempunyai musuh pula.
Siapa musuh yang kita hadapi?
- Musuh yang datang dari luar.
Contoh: bangsa Israel menghadapi bangsa Filistin, orang-orang tidak bersunat, dengan tentaranya yang kuat. Di antara mereka ada pendekar bermulut besar, Goliat, yang menantang orang-orang Israel, barisan dari Allah yang hidup (1 Sam. 17). Raja Saul hingga seluruh rakyat Israel merasa cemas dan sangat ketakutan (ay. 11) melawan orang Filistin ini.
Apa jadinya apabila raja dan rakyat cemas, mental mereka jatuh menghadapi masalah besar ini. Berbeda dengan Daud remaja yang tidak rela Allahnya dihina. Walau tidak pernah terlatih dalam kemiliteran, Daud berani menghadapi musuh, Goliat, dengan Nama TUHAN semesta alam dan berhasil mengalahkannya. Satu batu yang diumban olehnya mengenai dahi Goliat membuatnya terjerumus mati (1 Sam. 17:49).
Introspeksi: apakah mental kita jatuh menghadapi musuh dari luar? Atau kita berani menghadapinya karena Tuhan beserta kita?
- Musuh dari dalam.
Saul yang melihat Daud mampu mengalahkan Goliat kemudian mengangkatnya menjadi kepala prajurit (1 Sam. 18:5). Daud selalu mengalami kemenangan sehingga dielu-elukan oleh rakyat Israel yang mengatakan Saul mengalahkan beribu-ribu namun Daud mengalahkan berlaksa-laksa (ay. 7). Hal ini membuat Raja Saul marah dan membencinya. Saul takut kedudukannya akan jatuh ke tangan Daud. Dua kali dia berusaha membunuh Daud dengan melemparkan tombak ketika Daud bermain kecapi untuknya tetapi Daud lolos dari kematian. Kemudian Saul mempunyai ide menjadikan Daud menantunya dengan mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin. Saul bermaksud membunuh Daud menggunakan tangan orang Filistin tetapi Daud menang karena Tuhan menyertainya. Dia kawin dengan Mikhal yang cinta kepadanya (ay. 25-26, 20).
Daud menghadapi musuh dari dalam itulah Raja Saul, mertuanya. Sebenarnya Daud mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul tetapi dia tidak melakukannya sebab dia takut kepada Tuhan dan taat pada perintah- Nya – tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan (! Sam. 26:23). Tidak hanya menghadapi mertuanya, Daud yang akhirnya menjadi raja juga menghadapi Absalom, anaknya sendiri, yang berambisi untuk menjadi raja (2 Sam. 15). Raja Daud tidak tega menggunakan kekerasan menghadapi anak dari darah dagingnya sendiri. Oleh sebab itu menghadapi musuh dari dalam – mertua dan anaknya – Daud memilih melarikan diri dari kejaran mereka.
Apa tindakan kita menghadapi musuh-musuh dari dalam seperti: anggota keluarga, istri/suami yang menjengkelkan juga sakit penyakit? Apakah kita menggunakan kekerasan untuk menumpas mereka?
Bagaimana sikap Daud menghadapi musuh-musuhnya? Dia berdoa kepada TUHAN meminta pertolongan terhadap musuh (Mzm. 35:1-3, 27-28). Daud tidak berbantah-bantah juga tidak mau berperang melawan atasan sekaligus mertuanya (Saul) tetapi menyerahkan masalah ini kepada Tuhan biar Ia sendiri yang berbantah-bantah menyampaikan Firman-Nya untuk menyatakan kesalahan dan teguran. Sebenarnya Raja Saul sudah diberi banyak kesempatan tetapi dia tidak mau memanfaatkan (bertobat) dan tetap mengejar Daud hingga akhirnya dia mati dalam peperangan. Demikian pula dengan nasib Absalom yang mati dengan kepala tersangkut pada jalinan dahan- dahan pohon tarbantin membuatnya tergantung antara langit dan bumi (2 Sam. 18:9).
Aplikasi: saat menghadapi musuh, hendaknya kita kembali kepada Firman Allah. Jangan mudah dan cepat menggunakan kekerasan! Berdoalah dan biarkan Ia bertindak berhadapan dengan musuh-musuh kita. Contoh: saat bangsa Israel diperbudak oleh Firaun selama 400 tahun di Mesir, mereka berseru kepada Tuhan dan Ia mendengar seruan mereka dengan menurunkan 10 tulah karena Firaun keras hati lalu membebaskan umat kepunyaan-Nya sehingga mereka dapat beribadah kepada-Nya.
Apa nasihat Firman Tuhan yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius muda? 2 Timotius 2:23-26 menuliskan, “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”
Dalam menghadapi musuh (dalam maupun luar), kita diajar Firman Tuhan tidak hanya berdoa tetapi juga memberikan nasihat Firman dengan sabar dan lemah lembut supaya mereka sadar akan kesalahannya. Kalau mereka mengeraskan hati dan memilih jalannya sendiri, ini bukan urusan kita lagi tetapi Tuhan sendiri yang akan bertindak. Tuhan menyuruh kita untuk mengasihi musuh dan pembalasan itu bukan hak kita tetapi haknya Tuhan (Ibr. 10:30).
Apa janji Tuhan terhadap bangsa Israel setelah mereka menerima 10 hukum melalui Musa? Keluaran 23:22-23 menuliskan, “Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya (= malaikat yang diutus – Red.) dan melakukan segala yang Kufirmankan maka Aku akan memusuhi musuhmu dan melawan lawanmu. Sebab malaikat-Ku akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka.”
Aplikasi: mendengarkan (nasihat) Firman Tuhan menimbulkan iman (Rm. 10:17) harus berlanjut pada perbuatan (Yak. 2:17) maka Tuhan menjamin musuh kita menjadi musuh-Nya. Siapa tahan menjadi musuh Tuhan? Bila orang Amori, Het, Feris, Kanaan, Hewi dan Yebus menjadi musuh-musuh bangsa Israel dalam perjalanan menuju negeri perjanjian, kita sebagai orang beriman yang untuk sementara waktu hidup di dunia ini menuju Yerusalem baru juga menghadapi masalah, tantangan dan musuh dari dalam maupun dari luar tiap hari. Namun Tuhan berjanji kalau kita mengasihi Dia, suka berdoa/berkomunikasi dengan-Nya, menaati perintah-Nya maka Tuhan berperang melawan semua musuh kita (juga musuh-Nya) dan kita menjadi lebih dari pemenang. Perhatikan, janji Tuhan – Sang Firman – tidak pernah ditiadakan tetapi digenapi (Mat. 5:18). Daud menjadi tenang saat dekat dengan Allah yang menjadi keselamatannya (Mzm. 62); demikian pula dengan kita bila kita dekat dengan-Nya, kita akan berkemenangan.
Siapa sebenarnya musuh kita itu? Yakobus 4:1-4 mengatakan, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu tetapi kamu tidak memperolehnya lalu kamu membunuh; kamu iri hati tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga tetapi kamu tidak menerima apa-apa karena kamu salah berdoa sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”
Perhatikan, dalam menghadapi musuh-musuh, Daud tidak membenci atau dendam tetapi membiarkan Tuhan bertindak terhadap mereka yang licik dan membuat jebakan untuk mencabut nyawanya (Mzm. 35:4-8). Bukankah Daud dijebak oleh Raja Saul dengan tawaran memberikan anaknya, Mikhal, menjadi istrinya jika Daud berhasil memberikan mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin (1 Sam. 18:20,25)? Saul mengira Daud akan mati di tangan orang Filistin tetapi Tuhan menggerakkan Mikhal yang mencintai Daud menolong suaminya dari rencana pembunuhan yang dilakukan oleh ayahnya (1 Sam. 19:11-17).
Daud yang mengasihi Tuhan ditolong oleh-Nya dari kejaran musuh-musuhnya yang lebih kuat; sepanjang perjalanan malaikat-malaikat mengawal dan melindunginya. Itu sebabnya dia bersorak memuji Tuhan yang telah meloloskannya (Mzm. 35:9-10).
Apa tindakan Daud ketika doanya belum dijawab oleh Tuhan? Daud sadar musuh-musuhnya membalas kebaikannya dengan kejahatan padahal dia sangat bersedih ketika mereka sakit. Sebaliknya, ketika dia tersandung jatuh mereka malah bersukacita. Mereka berkerumun melawan dia, menista dan mengolok-olok tanpa henti (Mm. 35:11-16, 19-23). Memang doanya belum dijawab (ay. 17) dan imannya sedang diuji tetapi dia tetap menyanyikan syukur dan memuji-muji Tuhan (ay. 18).
Aplikasi: ketika kita menghadapi banyak masalah dan tantangan dan doa kita belum dijawab oleh Tuhan, hendaknya kita tetap taat pada Firman-Nya dan yakin janji-Nya pasti digenapi walau kita serasa sendirian menjalaninya. Ingat, walau kekuatan kita tidak seberapa, Tuhan akan membela orang-orang yang takut kepada- Nya. Ia mengingatkan agar kita berusaha hidup berdamai dengan semua orang dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; sebaliknya kalahkan kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:17-21).
Selain tetap beriman dan taat akan Firman Tuhan walau doanya belum dijawab, Daud meminta Tuhan menghakiminya karena mungkin ada Firman yang belum dilakukannya (Mzm. 35:24-26).
Marilah kita memohon Firman Tuhan dan Roh Kudus mengingatkan kesalahan yang kita perbuat tanpa sadar dan cepat minta pengampunan kepada-Nya sementara kita masih diberi perpanjangan umur sebelum pintu kemurahan Tuhan ditutup saat Dia datang kembali.
Daud yang menyadari kesalahannya mengatakan, “Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: ”Tuhan itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba- Nya!” Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-muji Engkau sepanjang hari.” (ay. 27-28)
Hendaknya kita senantiasa memuji-muji Tuhan akan Firman yang kita dengar dan Ia tidak mengecewakan karena Ia adalah Firman yang berdiam di tengah-tengah kita (Yoh. 1:14). Ia adalah Allah yang hidup, Pencipta alam semesta dan segala isinya termasuk kita.
Kita patut bersukacita walau menghadapi masalah apapun (dari luar maupun dari dalam) dan menyelesaikannya dengan doa sebab kita percaya Tuhan yang sudah mati untuk menebus dosa kita pasti menyelesaikan masalah kita sesuai dengan janji-Nya dan kita akan berkemenangan. Amin.