• BERSORAK-SORAILAH HAI UMAT TUHAN!
  • Mazmur 32
  • Lemah Putro
  • 2023-02-19
  • Pdm. Jusuf Wibisono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1318-bersorak-sorailah-hai-umat-tuhan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Hanya karena anugerah kasih karunia-Nya kita dapat beribadah untuk memuji-muji Nama Tuhan dengan rasa takut dan hormat kepada-Nya. Biarlah kita membuka hati selebar-lebarnya menjadi tempat Ia bertakhta. Dengan demikian, kita menjadi umat-Nya yang diperkenan, diberkati dan dilindungi oleh-Nya. 

Marilah kita memanfaatkan waktu dan kesempatan yang masih Tuhan berikan sebab waktu kedatangan-Nya sudah semakin dekat. Kita tidak dapat membayangkan keadaan di Turki yang dalam sekejab bangunan-bangunan ambruk rata dengan tanah dilanda gempa dan ± 40.000 korban meninggal tanpa ada lagi kesempatan untuk beribadah. Oleh sebab itu marilah kita menggunakan kesempatan beribadah dengan mengarahkan hati dan pikiran kepada- Nya.

Bagaimana pemazmur mengajak kita beribadah kepada Tuhan dalam tulisannya di Mazmur 33?

Bersorak- sorailah, hai orang-orang benar dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur.

….Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru, petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai…bumi penuh dengan kasih setia TUHAN….Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik- Nya sendiri!....Ya, karena Dia hati kita bersukacita sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya…..” 

Karena Tuhan, hati kita bersukacita dan kita beribadah memuji Dia dengan sorak-sorai yang tentu disuarakan dengan nyaring dan lantang bukan pelan-pelan. Tahukah nanti ketika kedatangan Tuhan tiba, malaikat-malaikat akan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya (Mat. 24:31)? Suara nafiri (Firman Tuhan) terus menggema sampai hari pernikahan Anak Domba tiba (Why. 19:6-7) dan kita menjadi jemaat yang sadar telah ditunangkan oleh-Nya siap menjadi Mempelai perempuan-Nya. 

Tentu kita memiliki alasan mengapa kita patut bersorak-sorai memuji Dia; oleh sebab kita beroleh kebahagiaan sejati karena Yesus turun ke dunia menyelamatkan kita, manusia berdosa, jika kita mau mengakui segala dosa kita untuk diampuni oleh-Nya. Ingat, orang berdosa yang tidak beroleh pengampunan berada di bawah ancaman hukuman maut (Rm. 6:23). Sadarkah kita sudah dibeli dengan darah yang sangat mahal untuk menjadi milik-Nya? Kita bagaikan kain kotor (Yes. 64:6) yang dicuci bersih oleh darah-Nya kemudian diberi pakaian indah, diurapi untuk siap menyongsong mempelai pria Surga. Dan berbahagialah orang (milik-Nya) yang diampuni pelanggarannya sebab Ia menjauhkannya sejauh timur dari barat (Mzm. 103:12). Jelas orang yang berbahagia ialah mereka yang benar, jujur dan percaya kepada-Nya (Mzm. 32:10-11; 33:21).

Apa yang harus kita perbuat setelah diampuni oleh Tuhan? Mazmur 100:1-3 menuliskan, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak- sorai! Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.”

Kita yang telah dipilih menjadi umat gembalaan-Nya patut bersyukur dan bersorak-sorai menggemakan suara-Nya sampai pada hari H yang diperkenan oleh-Nya. Kalau kita dapat beribadah ini bukan karena kemampuan kita tetapi karena Tuhan bertakhta menjadi raja atas hidup kita dan berdiam di tengah-tengah kita. 

Bagaimana kita harus bersikap untuk menjadi umat dan kawanan domba gembalaan-Nya? Seperti Musa yang dipilih menjadi pemimpin bangsa Israel mengaku tidak pandai bicara (Kel. 4:10); demikian pula kita di hadapan Tuhan tidak ada artinya sama sekali. Lebih baik kita merendahkan diri dari kecil/nol untuk nanti ditingkatkan oleh Tuhan; sebaliknya, siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan (Mat. 23:12). Waspada, barangsiapa merasa besar, dia menjadi mangsa ekor naga sehingga jatuhlah sepertiga bintang-bintang di langit. Bertindaklah seperti Yesaya yang mengaku bermulut najis untuk dikuduskan dan diutus oleh-Nya (Yes. 6:5-9); Simon Petrus, seorang nelayan, yang dipakai menjadi penjala manusia (Luk. 5:10); Matius, pemungut cukai yang dianggap orang berdosa dipanggil mengikut Yesus (Mat. 9:9-11); Zakheus, pemungut cukai, yang bertobat lalu memberikan setengah hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada mereka yang telah diperas (Luk. 19:8). Juga satu (dari 10 orang) penderita kusta yang tahir lalu kembali kepada Yesus sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring dan tersungkur mengucap syukur kepada-Nya (Luk. 17:11-16). Awalnya dia berteriak (dari kejauhan) minta dikasihani tetapi berakhir dengan suara nyaring penuh ucapan syukur memuliakan Allah. Siapa dia? Orang Samaria (kafir). 

Bukankah kita, orang kafir, dahulu tanpa Kristus, tidak memiliki janji Tuhan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah, (Ef. 2:12-14) dan dosa asal yang melekat akibat kejatuhan manusia pertama? Sebagai manusia berdosa, kita fokus hanya pada kebutuhan jasmani (uang, kesehatan, kedudukan dll.) seperti dialami oleh orang kusta. Namun apa respons kita setelah ditolong dan diampuni oleh-Nya? Kita kembali kepada Tuhan, tersungkur dengan suara nyaring memuliakan Dia diiringi nyanyian baru oleh sebab sudah diperbarui menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (2 Kor. 5:17). Tuhan datang memungut kita kemudian membentuk kita di dalam tangan-Nya dengan tujuan dipakai sebagai alat untuk memuliakan Bapa di Surga dan berbuah banyak (Yoh. 15:8). 

Hendaknya mata rohani kita terbuka untuk dapat melihat Pribadi-Nya dan telinga rohani mendengar Firman Tuhan untuk mengalami pembaruan hidup. Juga dengan makin canggihnya gadget, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan bukan malah menjauhkan kita dari-Nya. Bila kita memiliki telinga dan mata terbuka juga tangan dapat meraba Firman hidup, sukacita kita akan sempurna (1 Yoh. 1:1-4) yang dapat kita ekspresikan melalui nyanyian baru untuk memuliakan Tuhan. 

Bila ada persekutuan Bapa (kasih), Putra (Firman) dan Roh Kudus maka sukacita kita penuh bukan dibuat-buat atau memenuhi syarat agama tetapi keluar dari hati yang meluap sampai di mulut untuk memuliakan Nama Tuhan. Hanya hati baru yang mampu menampung Pribadi Tuhan Yesus (bnd. Kel. 25:8); hati menjadi Bait Allah di mana Roh Allah berdiam (1 Kor. 3:16). 

Kenyataannya, kita adalah manusia yang ditandai dengan dosa. Buktinya, hati kita ingin berbuat baik tetapi apa yang dikerjakan justru yang jahat sebab adanya dosa di dalam kita (Rm. 7:17-19). Bila sampai hari ini kita belum dapat melihat kemuliaan-Nya, berserulah dengan suara nyaring meminta pertolongan-Nya, akui segala dosa kita maka Ia akan mendengar teriakan kita untuk mengampuni, menguduskan dan menjadikan hati tempat Ia bertakhta. 

Sebagai ucapan syukur kepada-Nya, kita harus hidup berdamai dengan Tuhan juga dengan sesama. Itu sebabnya Firman Tuhan mengingatkan kita untuk berdamai dahulu dengan saudara kita sebelum memberikan persembahan (Mat. 5:24). Tidak mungkin kita ”mengaku” mengasihi Tuhan tetapi kita tidak mengasihi saudara kita yang kelihatan. Ini sama dengan kita menipu diri sendiri (1 Yoh. 1:6-8). Kelak kita tinggal di Yerusalem baru, kota damai; kalau di dunia saja kita tidak mau berdamai, mana mungkin kita bisa tinggal di kota damai? Oleh sebab itu manfaatkan kurban pendamaian dari Tuhan. 

Oleh karena Tuhan, kita bersukacita dan Ia hendak mengajar serta menunjukkan kepada kita jalan yang harus ditempuh (Mzm. 32:8). Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang mau menerima teguran, ajaran bahkan penunjukan jalan-Nya. Kasih-Nya begitu besar hingga Ia yang tidak mengenal dosa dibuat-Nya menjadi dosa supaya kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor. 5:21). 

Karena kasih-Nya, kita yang berdosa beroleh pengampunan oleh darah Yesus untuk berdamai dengan Allah juga dengan sesama. Sebagai ucapan syukur kepada-Nya, kita layak bersorak-sorai memuji serta memuliakan Nama- Nya sebab hanya Dialah yang berkuasa memberikan kita kelepasan dari belenggu dosa dan kebahagiaan sejati. Amin.