• BERSORAK-SORAILAH HAI UMAT TUHAN! (JOHOR)
  • Mazmur 33
  • Johor
  • 2023-02-19
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1317-bersorak-sorailah-hai-umat-tuhan

Shalom, 

Mazmur bukanlah sekadar suatu peristiwa atau sejarah tetapi Firman Allah yang berkaitan satu sama lain dan kita perlu mempelajari keseluruhan mazmur yang dapat berbentuk nyanyian, doa atau pengajaran.

Bagaimana pemazmur memuji Tuhan menurut tulisannya di Mazmur 33? “Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!” (ay. 1-3) 

Apakah kita ada kerinduan untuk memuji dan memuliakan Tuhan tidak hanya di dalam gereja tetapi di mana saja sebagai bentuk ucapan syukur kepada-Nya? 

Siapa yang layak bersorak-sorai dan memuji Tuhan? Orang-orang benar dan orang-orang jujur. Apakah kita termasuk orang benar dan jujur? Tentu tidak ada larangan untuk menyanyi memuji Tuhan, siapa pun boleh menyanyi namun Yesus pernah menegur orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang memuliakan Tuhan dengan bibirnya padahal hatinya jauh dari-Nya (Mat. 15:8).

Kata “bersorak-sorailah” merupakan kata perintah yang mana TUHAN (YHWH) mengharuskan kita untuk memuliakan Dia. Bukankah Firman Tuhan mengatakan tidak ada seorang pun benar di hadapan-Nya (Rm. 3:10)? Namun ternyata kepala pasukan (Roma) yang menyaksikan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib mengatakan, “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” (Luk. 23:47) Demikian pula dengan pembelaan Stefanus sebelum dilempari batu saat disidang di mahkamah agama, katanya, “Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang benar yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.” (Kis. 7:52). Yang dimaksud Orang benar yang dibunuh ialah Yesus yang dibangkitkan dan ditinggikan oleh Allah menjadi Juru Selamat (Kis. 5:30-31). 

Kita mengerti bahwa tidak ada seorang pun benar tetapi orang yang tidak benar dapat menjadi orang benar jika dia percaya kepada Yesus, Orang benar, yang tersalib itu. Oleh sebab itu sudah sepatutnya kita, orang-orang benar, bersorak-sorai memuji Tuhan sampai Ia datang kembali. 

Waspada, kita yang sudah dibenarkan jangan menolak Yesus (= murtad) sebab ini sama dengan menyalibkan-Nya untuk kedua kalinya dan berakhir dengan pembakaran (Ibr. 6:6-8). 

Apakah kita juga termasuk orang jujur? Faktanya, kita sering tidak jujur terhadap pasangan hidup, orang tua, atasan dst. padahal ketidakjujuran akan membawa kita dalam penghakiman (Why. 20:12; 22:15).

Siapa menjadi panutan/teladan kita untuk menjadi orang jujur? 1 Raja-Raja 8:39 menuliskan, “Maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya karena Engkau mengenal hatinya – sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia, –“ 

Kita boleh bersembunyi di hadapan manusia tetapi Allah mengenal isi hati kita. Awalnya Adam dan Hawa sangat bersukacita ketika berkomunikasi dengan Allah tetapi begitu melanggar Firman-Nya, mereka otomatis ketakutan bahkan hanya mendengar langkah-langkah-Nya saja mereka langsung bersembunyi. Siapa yang menyuruh mereka menyembunyikan diri? Hatinya. Ternyata hati menentukan kita beroleh jaminan keselamatan, bukan besar dan megahnya gedung gereja. Itu sebabnya kita perlu mengenal Allah yang mengenal setiap hati manusia. Ia mau supaya kita belajar menjadi orang yang jujur.

Adakah orang yang sepenuhnya jujur di dunia ini? Alkitab sendiri menulis Abram pernah berbohong kepada Firaun dengan tidak mengakui Sarai sebagai istrinya (Kej. 12:19); hal yang sama dilakukan oleh Ishak terhadap Abimelekh (Kej. 26:7-90; Yakub menipu ayahnya dengan mengaku sebagai Esau untuk mendapatkan berkat kesulungan (Kej. 27). Terbukti tidak ada seorang pun jujur di hadapan Allah! Namun Alkitab yang sama menuliskan ada satu Orang yang jujur dan ini diakui oleh orang-orang Farisi yang mau menjerat-Nya. Ia adalah Yesus yang mengajar jalan Allah dengan jujur dan tidak takut kepada siapapun sebab Ia tidak mencari muka (Mat. 22:15-16). 

Jerat apa yang dilontarkan oleh orang-orang Farisi terhadap Yesus? Mereka menjebak Yesus dengan pertanyaan apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak. Yesus yang mengetahui kejahatan hati mereka menjawab dengan jujur, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” 

Aplikasi: kejujuran harus seimbang dua arah – jujur kepada pemerintah juga jujur kepada yang di atas. Yesus menjadi teladan sempurna dalam kejujuran. Walau kita tidak bertemu Dia muka dengan muka, kita mengenal-Nya juga sifat-sifat-Nya melalui pembacaan Alkitab – Firman Allah. 

Tak dapat disangkal, kejujuran mempunyai risiko untuk ditolak. Contoh: karena takut dimarahi ketika berbuat kesalahan, anak-anak tidak jujur dan takut mengaku kepada orang tua. Ingat, sekali tidak jujur akan diikuti dengan ketidakjujuran berikutnya untuk menutupi kebohongan awal. 

Oleh Firman Tuhan, kita dibenarkan dan dikuduskan untuk memuji Tuhan Yesus dengan takut dan gentar (ay. 4- 9). Yesus – Firman menjadi daging – mengerjakan segala sesuatu dengan kesetiaan. Sekali Ia berfirman atau memberi perintah, semua menjadi ada. 

Memang kita harus siap menanggung konsekuensi ketika berkata jujur namun sesungguhnya di dalam kejujuran ada kemenangan. Kemenangan apa yang kita peroleh? Pembelaan, perlindungan, pemeliharaan dan penyertaan- Nya (Mzm. 33:10-22). Perhatikan, ketidakjujuran pasti akan diungkapkan pada akhirnya. Oleh sebab itu lebih baik sekarang kita mengaku kalau ada ketidakjujuran dan segera minta ampun kepada Tuhan.

Pemazmur menuliskan, “TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya…” (ay. 10-11) 

Kita mengiyakan bahwa rancangan Tuhan itu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan (Yer. 29:11) tetapi yang terjadi kita malah mengajukan rancangan kita sendiri (rohani atau tidak) untuk disetujui oleh-Nya hingga Tuhan menegaskan kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Seharusnya kita meminta izin kepada-Nya dahulu sebelum bertindak (Yak. 4:14). Ingat, jalan Tuhan selalu indah; sebaliknya, jalan manusia sering terjebak dalam kepentingan-kepentingan sesaat, kepentingan gereja, kepentingan pribadi, kepentingan kedudukan dll. yang mana Tuhan mampu menggagalkan semua rencana manusia yang tidak sempurna ini. Contoh: dalam berkurban, Ananias dan Safira tidak sepenuh hati memberikan persembahan. Mungkin manusia tidak tahu tetapi mereka telah mendustai Roh Kudus berakibat hukuman mati (Kis. 5:1-11). 

Rancangan manusia dapat berubah tetapi rancangan Tuhan tetap selamanya. Dari Surga Ia melihat semua anak manusia dan dari tempat kediaman-Nya (= Tabernakel) Ia menilik semua penduduk bumi. Ia membentuk hati manusia agar dapat mengenal-Nya dan memerhatikan pekerjaan mereka (Mzm. 33:13-15). Allah tentu tidak pernah mencelakakan manusia tetapi sayang manusia mencelakai diri sendiri oleh karena mengikuti keinginan hati. Untuk itu Firman Tuhan mengingatkan agar kita menjaga hati dengan segala kewaspadaan (Ams. 4:23) sebab dari hati timbul segala pikiran jahat (Mat. 15:19). 

Untuk apa Tuhan memeriksa hati? Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia untuk melepaskan jiwa mereka dari maut sebab manusia tidak dapat diselamatkan oleh kuasa, kekuatan, ketangkasan (Mzm. 33:16-19). 

Introspeksi: kepada siapa kita perlu takut? Manusia atau Tuhan? Ia sanggup memelihara kita di masa kelaparan (jasmani) tetapi juga melepaskan jiwa kita dari maut untuk beroleh hidup kekal.

Apa kata pemazmur di akhir tulisannya? “Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.” (ay. 20-22)

Jiwa kita menantikan Tuhan dengan tekun berdoa kepada Bapa Surgawi. Kita layak berbahagia karena dipilih menjadi milik-Nya. Kita bukan lagi orang asing (kafir) tetapi oleh salib Kristus kita dipersatukan dengan orang Yahudi menjadi keluarga Allah (Ef. 2:13-19). Pastikan kita menjadi anak-anak Allah bukan anak-anak Iblis! 

Perlu diketahui, untuk menjadi warga negara di negara asing tidaklah mudah. Misal: kita warga Indonesia kemudian menikah dan pindah ke Amerika. Untuk menjadi warga negara Amerika kita harus mengurus surat-surat dan mengeluarkan biaya banyak. Sama seperti kepala pasukan yang membeli kewarganegaraan Rum dengan harga mahal sementara Paulus mempunyai hak karena kelahirannya (Kis. 22:26-28). 

Apakah kita mau menjadi warga kerajaan Surga? Berapa harga yang harus dibayar, apakah dengan kekuatan, kepandaian, kemampuan kita? Semua tidak berlaku kecuali percaya kepada-Nya kita dibenarkan oleh kurban-Nya. Kita menjadi milik-Nya dan sudah sepatutnya kita bersorak-sorai memuji Tuhan melantunkan nyanyian baru berkaitan dengan pengurbanan-Nya. Dengan demikian, Tuhan berkenan atas pujian kita. Amin.