Shalom,
Sesuai dengan tema “Aman Dalam Perlindungan Tuhan”, kriteria apa yang dimaksud “aman” dalam perlindungan- Nya? Apakah kalau semua berjalan lancar dan “OK” menurut kita?
LAI memberikan judul “Aman dalam tangan TUHAN” pada Mazmur 31 namun apa yang tertulis dalam ayat 10-14? “Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku dan tulang-tulangku menjadi lemah. Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga-tetanggaku dan menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalanku; mereka yang melihat aku di jalan lari dari padaku. Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang pecah. Sebab aku mendengar banyak orang berbisik-bisik, – ada kegentaran dari segala pihak! – mereka bersama- sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku.” Apakah ini yang dimaksud aman dalam perlindungan-Nya? Tentu pola pikir kita akan mengatakan apanya yang aman?
Bila kita mempelajari Kitab Mazmur, Daud terbanyak menulis mazmur (± 73 bab) selain ada penulis: Musa, Asaf, Salomo, bani Korah, Etan, dll. Bangsa Israel menyenangi mazmur-mazmur Daud (2 Sam. 23:1) yang ditulis berdasarkan pengalaman hidupnya. Contoh: Mazmur 3 mengisahkan pengalaman Daud ketika lari dari kejaran Absalom, anaknya; Mazmur 34 menuliskan Daud berpura-pura tidak waras di hadapan Abimelekh; Mazmur 52 menuliskan tentang Doeg yang memberitahu Raja Saul bahwa Daud berada di rumah Abimelekh dst.
Daud adalah seorang musikus dan pemazmur dengan postur tubuh kecil tetapi petarung tangguh oleh sebab Roh Tuhan berkuasa atasnya. Dia mampu mengalahkan Goliat dan ke mana saja dia perang atas perintah Saul, dia selalu menang sehingga dia diangkat menjadi kepala pasukan oleh Raja Saul (1 Sam. 18:5).
Masalah mulai terjadi ketika Raja Saul yang berada di barisan paling belakang medan perang memantau jalannya peperangan pulang disambut oleh rakyatnya dengan nyanyian dan tarian penuh sukacita. Daud yang berperang tetapi Saul yang disambut karena dia rajanya. Namun apa yang terjadi dalam penyambutan itu? Perempuan- perempuan menari dan menyanyi berbalasan mengatakan, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh tetapi Daud berlaksa-laksa.” (1 Sam. 18:7) Karena Roh Tuhan sudah undur dari Saul, timbullah kedengkian karena Saul takut jabatan raja akan jatuh kepada Daud (ay. 8-9).
Introspeksi: apa reaksi kita ketika di tengah-tengah menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan, tiba-tiba lewat orang yang tidak kita sukai? Apakah otomatis raut muka dan hati kita berubah menjadi jengkel tetapi tetap pura-pura serius menyanyikan lagu tersebut? Kondisi seperti inilah yang dirasakan oleh Saul oleh sebab Roh Tuhan sudah undur darinya. Waspada, walau Roh Kudus ada di hati tetapi tindakan kita dapat mendukacitakan Roh Kudus bahkan memadamkan-Nya.
Apa tindakan Raja Saul selanjutnya? Daud yang biasa dipanggil Saul bermain kecapi untuk menenangkan hatinya dilempar tombak sebanyak dua kali oleh Saul justru di kala Daud sedang main kecapi (1 Sam. 18:10-11; 19:9-10). Mengapa Saul melakukan itu? Karena Roh Tuhan sudah undur daripadanya. Perhatikan, bila kita terus menerus memadamkan peringatan-peringatan Roh Kudus dalam hati, yang keluar adalah tindakan kejahatan.
Tidak hanya melempar tombak untuk membunuh Daud, Saul memakai strategi lain dengan cara menempatkan Daud di barisan terdepan perang agar mati terbunuh. Saul juga mengorbankan anak perempuannya menjadi istri jika Daud mampu memberikan emas kawin 100 kulit khatan orang-orang Filistin. Ternyata Daud berhasil membawa 200 kulit khatan orang Filistin dan menikah dengan Mikhal. Lalu mengertilah Saul bahwa TUHAN menyertai Daud (1 Sam. 18:25-28) padahal Raja Saul berharap Daud mati terbunuh bukan dengan tangannya sendiri tetapi memakai orang Filistin.
Introspeksi: bukankah sering dalam pelayanan kita mengatakan untuk Tuhan tetapi kita coba cuci tangan dengan memakai tangan orang lain? Atau kita berhadapan dengan orang yang tidak tahu persis permasalahan yang terjadi namun dia dipakai untuk menyakiti kita? Sifat Saul dengan menggunakan tangan orang lain untuk menghancurkan lawan merupakan strategi lama yang dipakai dalam bangsa Israel. Kalau siasat seperti ini digunakan dalam pelayanan untuk menyakiti sesama dengan cara cuci tangan menggunakan orang lain, ini adalah bentuk kejahatan.
Alkitab menulis Saul menjadi musuh Daud seumur hidupnya (1 Sam. 18:29b). Saul dengan kekuasaan tertinggi, kekayaan banyak membuat seluruh negeri tunduk kepadanya dan tidak ada seorang pun berani menentang Saul ketika memakai cara-cara seperti itu. Bahkan orang-orang terdekat dan pasukan-pasukannya terpengaruh membenci Daud sehingga Daud melarikan diri.
Ke mana Daud melarikan diri? Dia lari bersembunyi di gunung-gunung, di celah-celah bukit dan gua-gua yang dianggap sebagai pertahanannya. Itu sebabnya dalam mazmurnya Daud mengakui TUHAN adalah gunung batunya, bukit pertahanannya dll.
Daud pernah bertanya kepada sahabat karibnya, Yonatan, anak dari Saul, “Apakah kesalahanku dan apakah dosaku terhadap ayahmu sehingga ia ingin mencabut nyawaku?..................... hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut.” (1 Sam. 20:1,3) Dapat dibayangkan Daud dalam kondisi sehat tetapi kematian ada di depan matanya seperti ditulis di Mazmur 31:14b, “… mereka bersama-sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku.”
Pengalaman lain yang Daud hadapi dalam pelarian? Seperti tulisannya yang mengatakan “menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalanku” benar-benar terjadi ketika Daud tiba di Nob bertemu dengan Imam Ahimelekh yang gemetaran/afraid (= takut) walau akhirnya memberikan roti sajian yang diminta oleh Daud (1 Sam. 21:1-6).
Kembali pada topik “aman dalam tangan Tuhan”, ternyata pengagungan Daud kepada TUHAN oleh sebab pertolongan-Nya tertulis pada ayat 1 – 9 dan ayat 15 – 24. Daud menjelaskan “aman dalam perlindungan Tuhan’ berlaku bagi:
- Orang-orang yang setiawan (ay. 24).
“Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung.”
Apa kriteria orang yang setiawan? Apakah rajin ke gereja mengikuti setiap ibadah juga sibuk dengan pelbagai pelayanan? Sebenarnya kerajinan beribadah juga dalam pelayanan merupakan dampak dari rasa syukur kita kepada Tuhan.
Bagaimana Salomo menghargai pola hidup Daud, ayahnya? 1 Raja-raja 3:6 menuliskan, “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; ”
Ternyata Tuhan terlebih dahulu menunjukkan kasih setia-Nya baru kemudian Daud (juga kita) dapat hidup setia yang lengket dengan kebenaran dan kejujuran. Setiawan ialah orang yang menjalani kehidupannya sebagai pengikut Kristus dengan menghargai penebusan Yesus oleh darah-Nya yang mahal atau orang yang senantiasa sadar dirinya sudah ditunangkan oleh Tuhan Yesus Kristus dan siap menjadi mempelai-Nya.
Aplikasi: orang setiawan ditandai dengan perubahan hidup yang mengandung kebenaran dan kejujuran.
Bagaimana mungkin Daud dianggap setiawan, bukankah dia melakukan dosa fatal dengan merebut Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria, menggunakan tangan orang lain (2 Sam. 11)? Namun ketika Nabi Natan menegur kesalahannya, Daud menyesal. Apa konsekuensinya? Selain anak hasil hubungan dengan Batsyeba mati, Absalom meniduri istri-istri Daud di atas sotoh di depan mata seluruh Israel (2 Sam. 16:22). Daud benar- benar dipermalukan di muka umum! Waspada, jangan main-main dengan TUHAN, Allah Pencipta, sekali Ia menetapkan suatu keputusan atau hukuman, tidak akan pernah Ia mencabutnya. Kita boleh menutupi dosa di hadapan manusia dengan berbuat banyak kebaikan tetapi tidak berlaku di hadapan Tuhan. Satu kali kelak kita akan pulang menghadap Tuhan dan harus mempertanggungjawabkan apa yang kita ucapkan, lakukan dan pikirkan. Untuk itu perubahan hidup mutlak diperlukan dan selagi masih bernapas walau terbaring sakit parah pun, pertobatan tetap berlaku. Kalau roh sudah keluar dari tubuh ini, hanya dua tempat kita pergi, ke alam siksa atau ke Firdaus (bnd. Luk. 16:22-23). Perhatikan, pertobatan ditandai dengan keubahan pikiran/akal budi, kehendak dan perasaan/emosi.
Dosa Saul sama dengan dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa yaitu ketidaktaatan. Saul tidak pernah mau berubah/bertobat sedangkan Daud memang jatuh dalam dosa perzinaan tetapi dia bertobat dan menerima konsekuensinya.
Kesetiawanan Daud terbukti tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga terhadap musuhnya, Saul. Sebenarnya Daud mendapat dua kali kesempatan membunuh Saul tetapi dia tidak melakukannya sebab dia tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN (1 Sam. 24; 26). Daud mengutamakan Tuhan bukan Saul. Dengan demikian Daud mempraktikkan hukum mengasihi musuh. Bahkan ketika dia mendengar berita kematian Saul dari prajurit yang diminta Saul membunuhnya sebab Saul tidak segera mati waktu bunuh diri, Daud tidak bergembira tetapi meratapi kematian Saul dan menyuruh anak buahnya membunuh prajurit itu (2 Sam. 1:1-15).
Setelah Saul mati, Isyboset, anak Saul menjadi raja Israel. Isyboset memiliki dua orang kepala gerombolan yaitu Baana dan Rekhab dari suku Benyamin. Suatu hari saat Isyboset sedang berbaring, dua kepala gerombolan ini memenggal Isyboset kemudian mereka berdua datang kepada Daud membawa kepala Isyboset dan menyerahkannya kepada Daud. Apa yang dilakukan Daud? Dia menyuruh anak buahnya membunuh dua orang itu, tangan dan kaki mereka dipotong, mayatnya digantung di tepi telaga di Hebron, namun kepala Isyboset dikuburkan di dalam kubur Abner di Hebron (2 Sam. 4).
Jelas Daud sangat menghargai Saul, musuhnya, juga keluarganya. Dia bertanya apakah masih ada orang yang tinggal dari keluarga Saul (2 Sam. 9:1) karena peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut- larut (2 Sam. 3:1). Ternyata Mefiboset, anak Yonatan, masih hidup tetapi cacat, kedua kakinya timpang. Daud menyuruhnya tinggal di Yerusalem, selalu makan sehidangan dengannya dan mengembalikan semua milik Saul dan keluarganya kepada Mefiboset karena ingat janjinya kepada Yonatan (2 Sam. 9).
Introspeksi: mampukah kita mengasihi bukan hanya kepada teman baik (seperti Daud kepada Yonatan) tetapi juga kepada musuh kita? Kita mampu melakukannya bila kita dikuasai Roh Tuhan, kita peka kepada nasihat Roh Kudus, tidak mendukakan (Ef.4:30) ataupun memadamkan Roh Kudus (1 Tes.5:19).
- Orang yang takut akan Tuhan (ay. 20).
“Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!”
Apa kriteria orang yang takut akan Tuhan? Dia membenci kejahatan, kesombongan, tingkah laku jahat dan mulut yang penuh tipu muslihat (Ams. 8:13)
Saul memiliki sifat jahat, buktinya ketika dia mendengar dari Doeg kalau imam Ahimelekh memberi Daud roti sajian, Saul sangat marah kemudian menyuruh Doeg membunuh para imam (85 orang). Tidak berhenti di sini, semua penduduk di Nob – laki-laki, perempuan, anak-anak, bayi yang sedang menyusu, lembu, keledai, domba dibunuh dengan mata pedang (1 Sam. 22:6-19).
Saul juga memiliki mulut penuh tipu muslihat. Daud yang dibencinya telah merendahkan diri dan memosisikan diri sebagai anjing mati atau seekor kutu yang tidak layak dibunuh sebab tidak melakukan kesalahan kepadanya, dengan menangis Raja Saul mengakui Daud lebih benar darinya sebab Daud melakukan yang baik sementara dia melakukan yang jahat kepadanya (1 Sam. 24:1-24). Apakah Saul bertobat? Tidak. Dia mengejar Daud yang bersembunyi di bukit Hakhita di padang gurun Zif (1 Sam. 26).
- Orang yang masa hidup dan nyawanya ada dalam tangan Tuhan (ay. 16, 6).
“Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku! …..Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia.”
Ingat, masa hidup dan nyawa kita ada dalam tangan Tuhan. Bukankah Yesus di atas kayu salib menyerahkan nyawa kepada Bapa-Nya saat meregang nyawa (Luk. 23:46)?
Mazmur 31 ini ditulis oleh Daud jauh sebelum Yesus lahir tetapi ayat 6 terus menggaung hingga terucap oleh Yesus – Allah yang berinkarnasi menjadi manusia.
Aplikasi: bila Yesus, Juru Selamat dunia, menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa, marilah kita mengutamakan Tuhan dan menyerahkan nyawa kita dan masa hidup kita hanya kepada-Nya.
Aman dalam perlindungan Tuhan bukan berarti kita tidak menghadapi tantangan dan godaan tetapi Ia beserta kita asalkan kita setia kepada-Nya, takut akan Dia serta memercayakan masa hidup dan nyawa kita ini dalam tangan- Nya. Amin.