Shalom,
Kita bersyukur kepada Tuhan kalau kita masih dapat beribadah memuji dan mengakui Dia adalah segalanya bagi kita yang senantiasa menopang hidup kita sebab hidup tanpa Dia kita tidak ada apa-apanya seperti pengakuan Daud, “…ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut (I was troubled = aku bermasalah).” (Mzm. 30:8c)
Jujur, tanpa Tuhan sesungguhnya kita tidak mampu berjalan sendiri seperti diakui Musa ketika diperintahkan Tuhan memimpin bangsa Israel menuju ke Tanah Perjanjian tetapi Ia tidak berjalan di tengah-tengah mereka sebab mereka telah berdosa dengan menyembah anak lembu emas (Kel. 33:1-3). Apa kata Musa? “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” (ay. 15) Musa sangat mengerti arti kehadiran Tuhan. Bukankah selama 400 tahun bangsa Israel hidup tanpa Tuhan, mereka diperbudak di Mesir?
Apa yang terjadi ketika bangsa Israel lama sekali tanpa Allah? Terjadi kekacauan, penderitaan, peperangan dan masalah besar sebab mereka hidup tanpa ajaran dari imam dan tanpa hukum (2 Taw. 15:3). Namun di zaman Raja Asa, dia mencari Tuhan dan terjadilah pemulihan sebab Tuhan hadir bersama mereka. Daud juga menyaksikan Raja Saul yang dikuasai oleh roh jahat ketika Roh Tuhan meninggalkannya sehingga kacaulah hidup Saul (1 Sam. 16:14). Yesus sendiri mengatakan, “..di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh. 15:5b)
Tentu Tuhan mempunyai alasan mengapa Ia menyembunyikan wajah-Nya dari manusia, yakni karena dosa berakibat manusia hidup dalam kekacauan, keluarga menjadi berantakan dan masalah demi masalah bergulir tanpa ada jalan keluarnya.
Bagaimana Daud mengakui TUHAN dalam perjalanan hidupnya seperti tertulis dalam Mazmur 30?
- Dia menyanyikan pujian kepada TUHAN yang menyelamatkan (ay. 1-4).
“…Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh- musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong dan Engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.”
Mazmur yang ditulis Daud ini dinyanyikan saat penahbisan Bait Suci walau pada waktu itu Bait Suci belum didirikan bahkan Daud sudah mati ketika Bait Suci didirikan oleh anaknya, Salomo. Nyanyian ini merupakan persiapan karena Daud tahu Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya di Bait Suci.
Raja Daud membangun istana dan mengukuhkan kerajaannya tetapi TUHAN melalui Nabi Natan memberitahu dia bahwa Salomo yang akan mendirikan rumah bagi-Nya untuk didiami. TUHAN sangat mengenal hati Daud yang rindu membangun tempat untuk Tabut Perjanjian karena Tabut Perjanjian identik dengan kehadiran Allah di tengah- tengah umat-Nya. Walau Tuhan telah mengangkat dia dari penggembala domba hingga menjadi raja Israel tetapi Salomo, anaknya, yang akan membangun Bait Suci dan Ia akan mengukuhkan takhtanya untuk selama-lamanya (1 Taw. 17).
Memang Salomo membangun Bait Suci tetapi sekarang bangunan ini sudah tidak ada. Apakah ini berarti suatu kegagalan? Tidak. Ternyata janji itu digenapi di dalam Kristus, keturunan Daud, yang membangun Bait Suci bukan dari bahan-bahan batu, kayu aras dll. tetapi hidup kita adalah Bait-Nya dan Ia diam di dalam kita (1 Kor. 3:16).
Daud yang mengalami pertolongan, kekuatan dan kasih Tuhan merespons dengan menyanyikan pujian kepada- Nya.
Introspeksi: sudahkah kita memuji dan bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan-Nya? Atau kita merasa berhasil karena kerja keras dan kepandaian kita sendiri? Ingat, Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian menghadapi kondisi apa pun tetapi memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya. Marilah kita belajar dari pemazmur yang memuji Tuhan karena tanpa pertolongan-Nya, kita tidak ada artinya – hidup keluarga dan nikah akan berantakan bahkan menuju pada kebinasaan.
- Daud mengajak memuji TUHAN sebab Ia murah hati (ay. 5-6).
“Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.”
Sadarkah kita sudah mengalami kasih Tuhan melalui kematian-Nya di Golgota? Di sana Yesus ditinggal sendirian oleh Bapa-Nya (Mat. 27:46) karena harus menanggung dosa kita. Dia mengambil alih posisi kita yang seharusnya dihukum mati oleh sebab dosa dan pelanggaran kita. Penderitaan Yesus yang terberat bukan karena hinaan, tangan dan kaki-Nya dipaku, dimahkotai duri, lambung-Nya ditusuk dll. tetapi karena Bapa meninggalkan-Nya.
Pembelajaran: jangan pernah menjauhkan diri dari Tuhan sebab penderitaan demi penderitaan akan menerpa tanpa ada jalan keluarnya. Sebaliknya, mengucaplah syukur selalu karena Ia tidak pernah meninggalkan kita bahkan Roh Kudus-Nya berdiam dalam kita dan pegang teguh Nama-Nya yang berkuasa menyelamatkan. Kalau hati kita dipenuhi oleh kasih Tuhan, kondisi apa pun tidak akan menggoyahkan kita untuk tetap memuji Tuhan.
Tentu Tuhan memiliki alasan untuk murka walau hanya sesaat yakni karena dosa namun untuk seumur hidup Ia murah hati. Kita belajar dari perjalanan hidup Daud yang tidak bebas hambatan maupun penderitaan tetapi dia beroleh kekuatan dari Tuhan dalam menghadapi semuanya. Itu sebabnya dia selalu mengucap syukur kepada-Nya. Demikian pula Tuhan murka terhadap bangsa Israel karena mereka tidak mengakui Dia dalam kehidupan mereka padahal Ia hadir di tengah-tengah mereka. Perhatikan, kita diizinkan mengalami pencobaan-pencobaan (biasa) yang tidak melebihi kekuatan kita dan Ia akan memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13).
Memang ada “tangisan sepanjang malam tetapi menjelang pagi terdengar sorak-sorai”. Jujur, banyak orang tua menangisi tingkah laku anak-anaknya, istri menangis karena kelakuan suaminya, pendeta menangis karena kelakuan jemaatnya dst. tetapi kalau Tuhan beserta kita, Ia memberikan kita kekuatan dan menggantikannya dengan sorak sorai sebab tidak selama-lamanya dibiarkan orang-orang yang dikasihi-Nya mengalami tangisan dan dukacita.
- Hanya TUHAN yang patut diandalkan (ay. 7-11).
“Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!" TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh; ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut (troubled = bermasalah). Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon: "Apakah untungnya kalau darahku tertumpah kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu? Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!"
Daud telah mengalami kesenangan, ketenteraman dan pertolongan Tuhan tetapi dia tidak pernah lupa bahwa semua yang dicapai dan nikmati berasal dari Tuhan. Dia menyadari bahwa dia tetap membutuhkan Tuhan walau dia sudah berada di puncak karir, kepemimpinan dan kesuksesan. Bahkan dia menegaskan tidak akan goyah sedikitpun.
Aplikasi: hendaknya kita tidak melupakan Tuhan dan pertolongan-Nya saat kita jaya dan sukses oleh karena merasa diri kuat dan hebat. Sebaliknya, dalam keadaan apa pun – susah maupun senang – kita tetap mengandalkan Tuhan dan selalu ingat bahwa tanpa Tuhan kita tidak berarti sama sekali.
Daud tidak pernah mengandalkan kekuatannya sendiri; beda dengan Raja Saul yang tidak mengandalkan Tuhan dan berubah setia kepada-Nya saat berada di puncak kesuksesan (1 Sam. 15:22-23). Akibatnya Roh TUHAN meninggalkan dia (1 Sam. 16:14).
Aplikasi: sungguh di zaman ini kita tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri tanpa mengandalkan Tuhan. Siapa dapat mengendalikan anak-anak sehingga harus menikah dini akibat hamil lebih dahulu karena kecanduan video porno di HP; siapa istri yang dapat mengawasi suami dari perbuatan perselingkuhan dan tindak kejahatan, apakah memakai GPS, CCTV yang dipasang di jalan, kampus, di perkantoran dll.? Tanpa Tuhan semua tidak dapat terkendali; oleh sebab itu jadikan Tuhan Penolong kita. Anak-anak tidak hanya dijejali dengan ilmu pengetahuan supaya pintar tetapi mereka harus dididik takut akan Tuhan sejak dini agar mereka tidak tersesat dalam dunia maya dan pergaulan buruk.
- Kesimpulan (ay. 12-13).
“Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.”
Di zaman Israel, kain kabung dipakai bila seseorang sedang meratap atau dalam masalah, kadang menebarkan debu di atas kepalanya. Daud mengakui hanya Tuhan yang dapat mengubah ratapan menjadi tarian. TUHAN telah membuka kain kabungnya dan mengganti dengan kain sukacita yang diikat di pinggang sehingga jiwanya dapat menyanyikan mazmur bagi-Nya.
Aplikasi: jangan berdiam diri kalau sudah mengalami pertolongan Tuhan tetapi bermazmur memuji Tuhan tidak hanya di mulut tetapi keluar dari jiwa yang benar-benar sadar mengalami pertolongan Tuhan sebab ada orang memuji dengan mulut tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Jiwa yang dibarui oleh Firman Tuhan dan disegarkan oleh Roh Kudus tidak akan pernah berdiam diri tetapi senantiasa menyanyikan syukur bagi-Nya.
Sadarkah kita bahwa “Nothing without Him”? Sudahkah kita memuji dan bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah ditolong oleh-Nya? Hendaknya mulut dan hati kita senantiasa penuh dengan ucapan syukur dan memuji Tuhan untuk selama-lamanya hingga di Yerusalem Baru sebab Ia memberikan nyanyian baru bagi kita yang sudah mengalami kasih- Nya. Amin.