Shalom,
Hendaknya kita merayakan tutup Tahun 2022 dan pembukaan Tahun Baru 2023 dengan mendahulukan Tuhan terlebih dahulu baru kemudian bersenang-senang dengan keluarga dan handai taulan. Ingat, Tuhan mahahadir, Ia yang berdiam jauh tak terjangkau (transenden) dari bumi sekaligus dekat dengan kita (imanen) dan Roh Kudus memampukan kita menyembah-Nya.
Heran, Raja Daud yang kaya raya pasti mempunyai aset banyak selain istananya yang megah tetapi dia mengaku, “TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam.” (ay. 8) Bagaimana mungkin Daud mengatakan bahwa dia cinta pada rumah kediaman TUHAN?
Memang Tuhan memelihara dan melindungi kita tetapi ini bukan menjadi tolok ukur kita mengikut Dia sebab sering terjadi kita “mengaku” mencintai rumah-Nya tetapi tidak mencintai Pemilik rumah tersebut. Ilustrasi: orang yang mencintai rumah kita tidak selalu menetap/tinggal di rumah kita kecuali dia adalah keluarga kita.
Di mana Yesus berdiam? Sebelum Ia berada di dalam rahim ibu-Nya, Maria, Ia berada di Surga. Kemudian Maria hamil oleh Roh Kudus dan kelahiran-Nya disambut oleh sorak sorai dari bala tentara Surga dan gembala-gembala yang diberitahu oleh malaikat tentang kelahiran Juru Selamat (Luk. 2:8-11). Orang-orang Majus juga mencari di mana raja orang Yahudi dilahirkan (Mat. 2:2). Ketika menemukan Yesus di rumah orang tua-Nya, mereka memberikan persembahan dan menyembah kepada Anak itu (ay. 11). Setelah kejadian tersebut dari tahun ke tahun kita merayakan Natal untuk mengingat peristiwa tentang kelahiran-Nya.
Introspeksi: benarkah kita mencintai Tuhan dan rumah kediaman-Nya? Kapan (manusia) Yesus mulai mengenal Bait Allah?
- Ketika berumur 40 hari, bayi Yesus dibawa ke Yerusalem ke Bait Suci untuk diserahkan kepada Tuhan menurut hukum Taurat Musa (ay. 22-27; Kel. 13:1-2).
Dari kecil Yesus telah mengenal Bait Allah dan sebagai Anak sulung Ia dipersembahkan menjadi milik Tuhan. Perhatikan, Bapa Surgawi memberikan berkat luar biasa kepada kita, atas kehendak-Nya sendiri kita dijadikan anak sulung di antara semua ciptaan-Nya (Yak. 1:16-18).
Introspeksi: sudahkah kita sebagai anak sulung menyerahkan hidup kita kepada Tuhan di rumah-Nya? Anak- anak kita perlu diserahkan kepada Tuhan sejak kecil/bayi. Terlebih lagi, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan hidup yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Jangan malah menjadi serupa dengan dunia ini (Rm. 12:1-2). Apakah kita cinta Tuhan, cinta rumah-Nya atau cinta kepada dunia? Rasul Yohanes mengingatkan agar kita tidak mencintai dunia yang sedang lenyap (1 Yoh. 2:15-17).
- Yesus bertumbuh menjadi besar dan kuat serta penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Luk. 2:40).
Sebagai manusia, (bayi) Yesus memerlukan air susu dari ibu-Nya, Maria, untuk pertumbuhan fisik-Nya. Itu sebabnya Ia selalu berada dekat ibu-Nya yang siap menyusui-Nya.
Kita yang telah ditebus oleh darah Anak Domba rindu akan “susu” murni dan rohani (1 Ptr. 2:2) yang diperoleh dengan mencintai Firman Tuhan. Orang tua harus mencintai Firman Tuhan agar anak-anak dapat mengonsumsi “susu murni” (Firman Tuhan) untuk pertumbuhan rohaninya. Selain itu, orang tua harus membawa anak-anak ke ibadah Sekolah Minggu dan ibadah Remaja-Kaum Muda agar mereka mengenal dan mencintai tempat kediaman Tuhan.
- Ketika menginjak dewasa (umur 12 tahun), Yesus ikut orang tua-Nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah (Luk. 2:42). Usai ibadah di Bait Allah, Yesus tetap tinggal di Yerusalem tanpa sepengetahuan orang tua-Nya yang menyangka Ia berada di antara orang-orang seperjalanan mereka.
Yesus tidak lagi diatur orang tua-Nya tetapi mengatur diri-Nya sendiri dalam beribadah. Betapa terkejut orang tua-Nya ketika mereka tidak menemukan Yesus pulang bersama mereka. Kembalilah mereka ke Yerusalem dan sesudah tiga hari perjalanan, mereka menemukan Yesus di Bait Allah sedang mendengarkan dan bertanya- tanya kepada alim ulama (ay. 46). Ketika ibu-Nya menegur Dia mengapa berbuat demikian yang mencemaskan orang tua-Nya, Yesus menjawab, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (ay. 49) Yesus tumbuh dewasa bukan untuk senang-senang di gereja tetapi berdiskusi tentang Alkitab.
Introspeksi: bagaimana kondisi rohani anak dan cucu kita yang menginjak remaja/dewasa? Apakah mereka tertarik lebih jauh tentang pengertian akan Firman Tuhan dan suka berdiam di dalam rumah Tuhan? Atau mereka terjebak dalam pergaulan bebas dengan teman-teman sebaya yang merusak pikiran dan moralnya?
Apa penyebab Yesus makin besar makin berhikmat? Sebab ada Allah di dalam hidup-Nya; dampaknya, Ia makin dikasihi Allah dan manusia.
Orang tua harus mengawasi pertumbuhan anak-anaknya. Jangan terlalu permisif/serba membolehkan sampai kebablasan sehingga anak susah diatur mau berbuat seenak dan sebebasnya! Kita harus kembali kepada Firman Allah dan mendidik anak-anak takut kepada Tuhan serta mendorong mereka suka beribadah supaya mereka tahu membedakan mana yang baik dan yang menyesatkan.
- Yesus (umur 30 tahun) terjun dalam pelayanan selama 3½ Apa yang dilakukan-Nya terhadap Bait Allah? Ia tahu bahwa Bait Allah adalah rumah Bapa-Nya tetapi telah beralih fungsi untuk tempat berjualan (Yoh. 2:13- 14,16).
Ketika berumur 12 tahun, Ia masuk ke Bait Allah dan tidak mau pulang sebab Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya. 18 tahun kemudian kecintaan-Nya terhadap Bait Allah masih melekat. Ketika melihat orang-orang berjual beli di Bait Allah, Ia bertekad untuk merestorasi/memulihkan fungsi dari Bait Allah di mana tidak boleh ada orang mencari untung dan merugikan orang lain.
Aplikasi: gereja bukan milik pendeta atau jemaat tetapi milik Tuhan dan amat disayangkan pertumbuhan jasmani (fisik) tidak selalu diiringi dengan pertumbuhan rohani. Buktinya banyak anak muda malas bergereja terlebih lagi dengan terjadinya pandemi. Bagaimana mungkin mereka kuat menghadapi masalah kalau mereka tidak mau mendengarkan Firman Tuhan? Juga pendeta, penatua, majelis dan jemaat harus disucikan berkaitan dengan masalah keuangan di dalam rumah Allah.
Di dalam Bait Allah terjadi pula pujian “Hosana bagi Anak Daud” dari mulut anak-anak ketika melihat mukjizat kesembuhan yang dilakukan Yesus. Namun hal ini membuat imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat jengkel (Mat. 21:14-15). Yesus memberikan jawaban tepat kepada mereka (ay. 16). Terbukti di dalam Rumah Allah dapat terjadi sukacita sekaligus kegeraman bila tidak sesuai/cocok dengan hatinya.
Apa solusinya saat kita menghadapi masalah? Jawaban yang tepat ada di dalam Alkitab/Firman Allah bukan jawaban dari manusia yang dapat berbeda satu sama lain.
Yesus mau Bait Allah penuh dengan pujian dan sukacita (dari Roh Kudus) bukan ikut-ikutan model dunia. Roh Kudus yang penuh sukacita tidak hanya membuat kita menangis tetapi juga membuat kita bertobat. Reaksi dari pertobatan ialah kita bersukacita dan memuji Tuhan.
Apa lagi yang terjadi di dalam Bait Allah? Yesus mengajar di sana (Mat. 21:23) alias ada pengajaran di dalam rumah Allah.
Yesus menegaskan bahwa Bait Allah haruslah menjadi Rumah Doa (Mat. 21:12-13; Yes. 56:7; Luk. 19:45- 46).
Jadi, kalau ada masalah apa saja yang membuat kita bingung, khawatir dan susah, berdoalah kepada Tuhan. Yesus sendiri mengatakan supaya kita tidak khawatir akan hidup kita (Mat. 6:25) tetapi menaikkan doa permohonan dengan ucapkan syukur maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita (Flp. 4:6-7).
Bagaimana seharusnya kondisi rumah Tuhan bila dikaitkan dengan pola Tabernakel?
♦ Bait Allah harus penuh pujian → Kandil Emas
♦ Bait Allah adalah rumah doa → Mazbah Pembakaran Ukupan
♦ Bait Allah ada pengajaran → Meja Roti Sajian
Siapakah Bait Allah itu? Tubuh kita adalah Bait Allah dan Roh Kudus berdiam di dalamnya (1 Kor. 3:16) dan Pemiliknya ialah Allah yang telah membeli kita (1 Kor. 6:19-20; Ef. 2:22). Jangan membiarkan Yesus keluar dari hidup kita juga mendukacitakan Roh Kudus yang memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
Apa yang terjadi bila Yesus keluar dari Bait Allah? Tidak satu batu dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan (Mat. 24:1-2).
Siapa Yesus itu? Ia adalah Firman dan Allah (Yoh. 1:1). Walau murid-murid-Nya mengagumi kemegahan dan kekokohan Bait Allah (Mrk. 13:1-2) serta hiasan dari batu-batu indah dan pelbagai barang persembahan (Luk. 21:5-6), Yesus tidak mudah tergoyahkan dengan bangunan fisik yang kukuh nan indah. Ia tetap pada pendirian-Nya dan mengatakan apa adanya demi kebaikan kita. Dan benar Bait Allah dihancurkan di tahun 70 M oleh jenderal Titus yang kelak menjadi kaisar Romawi.
Waspada, bila Yesus keluar dari Bait Allah, gereja akan hancur. Jangan biarkan Yesus keluar dari hidup kita atau hidup kita akan hancur sebab Ia siap menolong kita setiap waktu dan Roh Kudus bagaikan napas yang memberikan kita kehidupan (Roma 8:11)!
Memang bangunan fisik rumah Tuhan (gereja) harus dijaga dan dipelihara tetapi Tuhan melihat hati kita. Sudahkah hidup kita menjadi Bait Allah di mana Roh Kudus berdiam di dalam kita dan Firman Tuhan memenuhi kita sehingga dari mulut kita keluar puji-pujian memuliakan Dia juga kita cinta berada di dalam rumah kediaman-Nya? Amin.