Bersyukurlah Senantiasa - Efesus 1:15-16

Pdm. Kasieli Zebua, Minggu, Johor, 4 Maret 2018

Shalom,

Ketika menyanyikan lagu pengagungan bagi Tuhan, hendaknya pujian yang keluar dari mulut benar-benar keluar dari hati karena kita merasakan betapa besar anugerah-Nya. Kita harus bersyukur karena kita ada hingga detik ini, itu karena kasih dan anugerah Tuhan.

Ucapan syukur apa yang kita panjatkan hari ini? Hal-hal apakah yang membuat kita bersyukur kepada Tuhan? Mampukah kita bersyukur kepada-Nya kala hati gelisah dan tidak ada damai? Selain Tuhan, hanya kita sendiri yang mengetahui apakah kita sungguh-sungguh mengucap syukur atau sekadar lip service.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika (juga kita), “Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tes. 5:18)

Hendaklah kita belajar mengucap syukur dalam segala hal walau kondisi sulit dan tidak kondusif. Efesus 1:15-16 menuliskan, “Karena itu setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku,”

Mari kita belajar dari Firman Tuhan mengenai ucapan syukur. Kita belajar dari kehidupan Rasul Paulus yang senantiasa bersyukur di tengah kesulitan dan penderitaan. Apa yang membuat Rasul Paulus (juga kita) mampu bersyukur kepada Tuhan?

A. Bersyukur atas karya Allah Tritunggal (ay. 15a mengacu pada ayat 3-14).

“Karena itu setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus…”

“Karena itu” menunjuk pada hasil dari alasan ayat-ayat sebelumnya (ay. 1-14). Ternyata Rasul Paulus mengucap syukur kepada Tuhan karena karya Allah Tritunggal: bagaimana Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan (ay. 4); bagaimana Kristus menebus kita oleh darah-Nya (ay. 7); bagaimana Roh Kudus memeteraikan kita dan menjadi jaminan bagi kita (ay. 13-14).

Meskipun dibatasi kebebasannya serta dalam kondisi sulit dan terjepit sebagai seorang tahanan (Ef. 3:1), Rasul Paulus masih dapat bersyukur atas kemurahan dan perbuatan Tuhan yang besar (Ef. 1:3:14). Dia melihat bahwa pekerjaan Tuhan dari awal sampai akhir tidak pernah berubah dan membawa jemaat kepada kekudusan dan kesempurnaan. Dia tidak mengasihani diri sendiri dan fokus pada masalah yang dihadapinya, dia juga tidak menyesal atau menyalahkan Tuhan yang dilayaninya.

Jujur, kita sering fokus pada diri sendiri, akibatnya kalau ada masalah dalam pelayanan kita marah kepada Tuhan lalu mogok tidak mau pelayanan lagi. Marilah kita belajar bertindak seperti yang diperbuat Rasul Paulus.

Kita patut bersyukur bila Tuhan berkarya mengubahkan hidup kita. Yesus sudah berkurban menebus kita menjadi anak-anak Allah dan Roh Kudus memimpin kita untuk hidup dalam kekudusan dan jaminan kita untuk menjadi milik Allah. Jangan kita lupa bersyukur atas kebesaran dan karya Allah yang besar sekalipun di tengah kondisi yang sulit. Fokuslah pada Tuhan dan bukan pada diri sendiri sehingga yang keluar dari hati kita ialah ucapan syukur bukan persungutan dan menyalahkan Tuhan!

B. Bersyukur atas pertumbuhan rohani orang lain (ay. 15b).

“…setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,”

Rasul Paulus bersyukur karena mendengar jemaat Efesus tetap hidup dalam iman yang makin bertumbuh di dalam Kristus dan kasih terhadap orang percaya/kudus lainnya. Dia hanya mendengar tidak dapat menyaksikan kasatmata karena berada jauh di Roma.

Bukankah pada umumnya orang yang dipenjara berharap dikunjungi oleh keluarga atau sahabat? Namun Paulus tidak berpikiran seperti itu melainkan mencari informasi bagaimana kondisi jemaat Efesus. Ini menunjukkan hamba Tuhan yang peduli dengan iman dan kasih yang dimiliki jemaatnya.

Introspeksi: apakah hamba Tuhan hanya fokus melayani Tuhan tetapi tidak peduli dengan jiwa-jiwa yang dilayaninya? Yang penting disenangi jemaat karena berpenampilan baik? Ini sama dengan tindakan ayah-ibu yang bekerja membanting tulang agar anak-anak mereka dapat bersekolah dengan baik tetapi tidak memedulikan pertumbuhan rohani anak-anak mereka. Sudahkah hamba Tuhan memantau pertumbuhan iman dan kasih jemaat? Apakah mereka tetap berpegang pada Tuhan atau tidak? Sungguhkah kasih dalam hidup sehari-hari nyata di dalam keluarga Allah? Jemaat Efesus benar-benar bertumbuh tidak hanya dalam iman tetapi juga dalam kasih.

Iman dan kasih merupakan satu paket yang menjadi perhatian dari Rasul Paulus sehingga Yakobus menasihati kedua belas suku Israel yang beriman kepada Kristus supaya iman itu dibuktikan melalui kasih atau perbuatan. Kasih sebagai bukti dari perbuatan iman karena iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak. 2:17,26). Jangan kita tampil melayani dengan luar biasa sebagai salah satu bagian dari iman tetapi setelah keluar dari gereja kita sibuk dengan urusan sendiri dan tidak menunjukkan kasih sebagai praktik iman kepada sesama!

Iman dan kasih harus seimbang dan tidak terjadi hanya di gedung gereja tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus memiliki hati peduli terhadap pertumbuhan rohani orang-orang di sekitar kita. Jangan ada dalam satu tim pelayanan tetapi masing-masing tidak peduli satu sama lain! Rasul Paulus tidak mendengar perkembangan/kesuksesan jasmani jemaat Efesus tetapi tentang iman dan kasih mereka. Pemimpin-pemimpin bidang pelayan-an, sudahkah peduli terhadap iman dan kasih mereka yang dilayaninya lalu mengucap syukur untuk hal itu?

Rasul Paulus memberi contoh bagaimana hidupnya setelah diubahkan Tuhan yang tidak lagi hidup untuk diri sendiri sehingga dia dapat bersyukur menghadapi situasi apa pun (Gal. 2:20). Dia mampu melihat hal yang baik di tengah ketidakbaikan dan melihat secercah harapan di tengah kekacauan. Jangan kita hanya fokus melihat besarnya masalah yang kita hadapi, misal: menghadapi anak-anak yang begitu nakal atau jemaat yang tidak tertib hidupnya, tetapi kita harus melihat dalam paradigma yang baru sehingga kita dapat men-doakan mereka karena yang dapat mengubah hati manusia ialah Tuhan.

Rasul Paulus mengatakan bahwa dia tidak berhenti mengucap syukur dan selalu mengingat jemaat Efesus dalam doanya; berarti dia tidak hanya mengingat Tuhan atas berkat-Nya tetapi juga bersyukur atas keadaan jemaat itu. Ucapan syukur terus mengalir dari dalam hati karena melihat pertumbuhan anak-anak, kaum muda dan jemaat di dalam iman dan kasih.

Bila Rasul Paulus selalu mengingat jemaat Efesus dalam doanya, apakah jemaat Efesus mengingat Paulus yang sedang berada di dalam penjara? Belum tentu. Hendaknya kita belajar mengingat seseorang karena perkembangan iman dan kasihnya bukan mengingat hal-hal tidak menyenangkan yang telah diperbuatnya.

Rasul Paulus perlu mendoakan jemaat Efesus agar iman dan kasih mereka kepada Tuhan tidak goyah. Apakah kita harus ‘sempurna’ lebih dahulu baru mendoakan jemat dan teman-teman pelayanan? Kita perlu berdoa dan mendoakan karena kita masih ditandai kelemahan-kelemahan. Ketika melihat kekurangan teman/saudara/suami-istri, nasihati dan doakan me-reka, jangan malah bersungut-sungut dan berakhir dengan pertengkaran!

Perhatikan, bukan kita yang mampu mengubah karakter manusia tetapi Tuhan melalui Firman-Nya. Yakinlah bahwa Firman Tuhan mampu mengubah hati dan pikiran orang dalam menjalani hidup ini.

Rasul Paulus bukan pelayan cengeng yang minta diperhatikan atau dikasihani karena dipenjara. Dia berdoa bukan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk jemaat Efesus. Berkat doa Paulus, jemaat makin mengenal Tuhan dengan baik; dampaknya, mereka makin giat dalam iman dan kasih kepada Kristus Yesus. Memang dia minta didoakan tetapi untuk memiliki keberanian dalam memberitakan rahasia Injil (Ef. 6:19). Mulailah berdoa untuk orang-orang kudus – saudara-saudara kita yang berada dalam kekurangan/kelemahan. Jangan meng-hakimi lalu mengambil keputusan salah tanpa pernah mendoakan orang itu. Bukankah doa Rasul Paulus membuahkan hasil? Jemaat Efesus bertumbuh iman dan kasihnya kepada Kristus.

Kita harus mengubah doa kita, jangan berdoa hanya untuk diri sendiri tetapi berdoalah buat orang lain – suami/istri, keluarga, teman sepelayanan bahkan orang yang telah menyakiti kita supaya mereka bertumbuh dalam iman kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Bila kita merasa terjepit, susah dalam keluarga dan pelayanan, jangan cepat berputus asa tetapi berserahlah kepada Tuhan yang mampu melakukan perbuatan ajaib.

Bagaimana kehidupan kita sebagai pengikut Kristus dan pelayan Tuhan? Maukah kita meng-ambil langkah seperti Paulus yang tetap bersyukur dalam kondisi apa pun dan jemaat Efesus yang tetap hidup dalam iman dan kasih? Tuhan mau kita mengambil langkah iman yaitu peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Marilah kita saling mendoakan dan menguatkan iman serta kasih kepada Tuhan. Mengucaplah syukur senantiasa apa pun kondisi kita dan yakinlah Ia selalu memberikan solusi yang tepat pada waktu-Nya. Amin.