Sudahkah Kita Mengenal Allah?

Pdm. Yusuf Wibisono, Minggu, Johor, 11 Maret 2018

Shalom,

Mayoritas penduduk Indonesia pasti mengetahui Presiden Indonesia, Bpk. Joko Widodo, melalui media elektronik dan media cetak namun banyak dari mereka tidak mengetahui apa kebiasaan dan kesukaannya karena tidak mengenal beliau secara pribadi. Sudahkah kita mengenal pribadi Kristus? Bagaimana kita dapat mengenal Dia dengan baik dan benar? Tentu melalui Firman Tuhan.

Ada seorang kaya raya yang diberkati Allah luar biasa, Ayub namanya. Seizin Allah, Ayub mengalami ujian hebat yang menghantam keluarga, harta dan kesehatannya. Ternyata Ayub mengaku bahwa dia mendengar Allah hanya dari kata orang namun begitu dia mengenal dan melihat pibadi Allah sendiri, hidupnya dipulihkan total (Ay. 42:5-16).

Bagaimana kita mengenal Allah dengan benar?

  • Mengenal secara pribadi bukan kata orang sehingga terjalin komunikasi yang baik. Bila kita mengenal Dia dengan baik, kita akan mengetahui apa yang dikehendaki-Nya dan apa yang dibenci-Nya untuk tidak dilakukan.
  • Dewasa rohani. Dialog akan berlangsung dengan lancar dan baik kalau ‘bahasanya nyambung’. Contoh: orang-orang Yahudi tidak mengerti penjelasan Yesus tentang ke-turunan Abraham sehingga Ia mengatakan, “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”

Usia tidak menjadi patokan seseorang menjadi dewasa rohani, buktinya ada jemaat sudah puluhan tahun beribadah tetapi rohaninya tidak bertumbuh alias masih kanak-kanak. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bertumbuh dewasa rohani dengan membuang karakter dusta dan membunuh/membenci (1 Yoh. 3:15) seperti dilakukan oleh Iblis, bapa pendusta dan pembunuh sejak semula.

Untuk dapat mengenal Tuhan Yesus dengan benar dan mengerti kemuliaan-Nya, kita perlu Roh hikmat dan wahyu (Ef. 1:15-17,22-23) untuk mengerti arti kematian dan kebangkitan sebagai dasar tercapainya kemuliaan.

Introspeksi: bagaimana latar belakang kita, baik atau bobrok? Sudahkah kita mengalami keubahan hidup oleh karena kasih karunia-Nya? Sebagai ucapan syukur, apa yang telah kita lakukan bagi-Nya? Ingat, pengalaman kematian-kebangkitan-kemuliaan terjadi di dalam Kristus yang memberikan kekuatan (Flp. 4:13). Di dalam Dia, saat mengalami kematian kita beroleh kekuatan untuk mampu menanggung dan berkemenangan; di dalam Dia saat mengalami kebangkitan kita dapat mengucap syukur; di dalam Dia kita melihat kemuliaan Tuhan sehingga dapat memuji dan memuliakan-Nya.

Jauh berbeda jika seseorang berada di luar Tuhan, saat mengalami ‘kematian’ dia tidak kuat menanggung lalu timbullah omelan karena merasa pencobaan dan ujian yang dialaminya lebih berat dari yang lain juga iri hati melihat orang lain diberkati.

Dalam pola Tabernakel, Tempat Kudus dilindungi oleh 4 tenda dan di dalamnya ada:

Meja Roti Sajian → meja hati yang penuh dengan Firman Allah

Kandil Emas → menjadi saksi Tuhan

Mazbah Pembakaran Ukupan → kehidupan doa

Kita mendapat kekuatan dan perlindungan dari Tuhan bila kita mencintai Firman Tuhan, penuh Roh Kudus untuk dapat menjadi saksi-Nya dan suka menyembah Dia. Dengan demikian, kita mengalami kematian bersama Tuhan diikuti kebangkitan bersama-Nya sehingga kita mampu memikirkan perkara-perkara yang di atas bukan yang di bumi (Kol. 3:1-4). Fokus pikiran kita sekarang ialah berkat rohani di dalam Surga (Ef. 1:3).

Apa ciri-ciri manusia tidak dewasa rohani dalam Kristus?

v Tidak suka makanan (Firman Tuhan) yang keras tetapi mengonsumsi ‘susu’ (1 Kor. 3:1-2).

v Iri hati yang menyebabkan perselisihan (ay. 3).

v Suka blok-blokan (ay. 4) sehingga terjadi perpecahan.

Bagaimana melatih diri untuk tumbuh dewasa rohani?

Ø Mendengar Firman Tuhan dan melakukannya (Ams. 4:1).

Telinga sangat menentukan bagaimana kita mendengarkan Firman Tuhan untuk ber-oleh pengertian. Selain itu juga perhatian. Kadang kita mendengar Firman Tuhan yang diberitakan di gereja tetapi tidak memerhatikannya karena asyik bermain dengan gadget.

Ø Menyimpan Firman Tuhan pada tanah hati yang baik bukan pada hati berbatu atau hati bersemak duri (Mat. 13:19-23; Luk. 8:15).

Ø Mengetahui bahwa segala yang baik datangnya dari atas diturunkan dari Bapa segala terang (Yak. 1:17).

Dari atas (Firman Tuhan) dimulai sesuatu yang baik membuat hati menjadi baik. Hati yang baik adalah hati yang lemah lembut tidak keras. Ini merupakan karunia Tuhan sehingga kita tidak perlu bermegah tetapi dapat menghargai Firman-Nya.

Ø Membuang kejahatan dan segala yang kotor serta menerima Firman Tuhan dengan hati yang lemah lembut (Yak. 1:21).

Bukti kita membuang segala yang jahat dan kotor untuk mengenakan ‘pakaian baru’ terlihat dari perubahan perkataan/bahasanya yang mana tidak lagi umpatan yang keluar dari mulut tetapi pujian dan perkataan yang menghargai satu sama lain.

Ø Menyambut Firman Tuhan yang didengarnya pada tanah hati yang baik untuk menghasilkan buah (Mrk. 4:20). Contoh: Zakheus menyambut Yesus ke rumahnya berdampak hidupnya diubahkan dan dia diselamatkan bahkan menjadi anak Abraham (Luk. 19:5-9).

Dari mengenal, mengerti dan menyambut Firman Tuhan dalam hidup kita terbitlah buah-buah antara lain setia beribadah dan dalam pelayanan. Bagaimana dapat mengasihi Tuhan kalau kita tidak tekun dan setia?

Ø Hidup di dalam Kristus Yesus (Ef. 2:10).

Mari hidup di dalam Dia dimulai dari mengerti ‘bahasanya’ karena dewasa rohani yang cepat mendengar tetapi lambat marah (Yak. 1:19) dan pancaindra dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat (Ibr. 5:14).

Sekarang banyak orang mengaku Hamba Tuhan tetapi pola hidupnya tidak sesuai dengan kebenaran Firman. Bila kita tidak mengerti Firman Tuhan, kita gampang tertipu karena melihat mukjizat. Itu sebabnya Yesus menasihati Tomas yang ingin melihat tanda bekas paku pada tangan-Nya, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” (Yoh. 20:29b)

Waspada, mata jasmani sering dipakai iblis untuk melihat mukjizat-mukjizat. Itu sebabnya jangan mengasihi dunia yang penuh dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16-17). Bila hidup kita dibarui, mata rohani kita akan dicelikkan untuk dapat melihat Yesus duduk di sebelah kanan Bapa dalam kemuliaan seperti pengalaman Stefanus menjelang ajalnya (Kis. 7:56). Saat itu Saulus berdiri di sana menyaksikan Stefanus dilempari batu juga mendengar doa permohonan pengampunan. Ternyata doa Stefanus didengar Tuhan, Saulus ‘bertemu’ Tuhan dalam perjalanan ke Damsyik, membuatnya buta (mata daging) untuk kemudian dicelikkan dan menjadi alat pilihan-Nya memberitakan Nama-Nya kepada bangsa kafir (Kis. 9:8, 18,15).

Jelas sekarang, kita dapat mengenal Tuhan dengan baik bila kita dewasa rohani dan meninggalkan sifat-sifat kanak-kanak yang hanya menimbulkan perselisihan dan perpecah-an. Cintailah Firman Allah dan praktikkan dalam keseharian hidup maka Allah diam di dalam kita (1 Yoh. 3:24) dan memberi kekuatan saat kita mengalami ujian untuk ber-kemenangan. Amin.