• JAWABAN TUHAN DI TENGAH PENDERITAAN (JOHOR)
  • Mazmur 22
  • Johor
  • 2022-12-04
  • Pdm. Wahyu Widodo
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1275-jawaban-tuhan-di-tengah-penderitaan

Shalom, 

Harus diakui siapa pun dari kita tidak pernah lepas dari penderitaan. Dapatkah kita menolak penderitaan yang kita alami? Kenyataannya, kita mengalami sakit karena daya tahan tubuh lemah juga kelelahan dalam bekerja. Bukankah Alkitab telah menuliskan laki-laki bersusah payah mencari rezeki dan perempuan menderita saat persalinan (Kej. 3:16-19)? Benarkah Tuhan tidak peduli dengan penderitaan yang kita alami? Sebagai Pencipta manusia, Tuhan pasti tidak akan membiarkan kita menderita. Untuk itu Ia mengirim Putra Tunggal-Nya, Yesus, ke dunia ini menanggung penderitaan manusia akibat pelanggaran terhadap perintah-Nya. Ia mengampuni sehingga manusia kembali berdamai dengan Allah.

Apa yang dilakukan Raja Daud di tengah penderitaannya? Di Mazmur 22, Daud menulis, “Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.” (ay. 1) 

Pernahkah membayangkan rusa betina mengeluarkan suara di fajar hari? Suaranya melengking tinggi tidak ada putus-putusnya. Kalau alat musik, suaranya seperti clarinet atau sofar yang ditiup.

“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang tetapi Engkau tidak menjawab dan pada waktu malam tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Kepada- Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru- seru dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya dan mereka tidak mendapat malu.” (ay. 2-6) 

Bagaikan suara rusa melengking tinggi dan tajam mengumpulkan keluarganya untuk mencari makan, Daud berseru keras membutuhkan pertolongan tetapi TUHAN “menjauh” dan tidak menolongnya. Daud rindu mendapatkan apa yang diharapkan sebab dia tahu seruan nenek moyangnya dijawab dan mereka tidak dipermalukan. Siapa nenek moyang yang dimaksud oleh Daud? Abraham, Ishak, Yakub dst. (Mat. 1:1-6).

“Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?" Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.” (ay. 7-12) 

Daud yang mengalami penderitaan fisik maupun batin menyamakan dirinya seperti ulat yang menjadi celaan dan dihina orang banyak. Tulisan Daud merupakan nubuat mesianik tentang penderitaan Yesus. Daud merendahkan hati di hadapan nenek moyangnya dan memiliki satu andalan luar biasa yaitu Tuhan sendiri. Dia menyerah kepada Tuhan yang akan meluputkan dan melepaskannya. 

Aplikasi: ketika kita mengalami penderitaan dan penghinaan apa pun, percayalah Tuhan sanggup meluputkan kita karena kita berkenan kepada-Nya. Kita tidak pernah lepas dari perhatian dan kepedulian Allah dan ini menjadi pengharapan bagi kita. 

Apakah kelepasan atau pertolongan Allah dapat dibatasi oleh kematian? Tidak! Karena Allah itu kasih, Ia memberikan kekuatan dan pengharapan kepada kita tanpa dibatasi oleh kematian sebab ada kebangkitan dan kehidupan baru yang dipermuliakan. 

Yesus sendiri turun ke dunia untuk menanggung semua penderitaan manusia. Ia mengalami penderitaan fisik (dimahkotai duri, dipukul, diludahi, ditelanjangi) juga penderitaan batin (dihina, diolok-olok, direndahkan). Semua ini dilakukan-Nya oleh sebab ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya.

Sebenarnya Allah dan kedaulatan-Nya yang hebat serta apa yang dikerjakan-Nya di dalam Yesus Kristus tidak dapat ditulis satu persatu sebab dunia ini tidak muat menampung semua pekerjaan besar yang dilakukan-Nya (Yoh. 21:25).

“Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum.” (ay. 13-14) 

Daud menggambarkan musuh-musuh yang mengepung dia bagaikan binatang buas, ganas nan liar. Ini menubuatkan “Anak Daud” yang menderita itulah Yesus.

“Seperti air aku tercurah dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.” (ay. 15-16) 

Hati Daud sangat sakit ketika dia yang tidak bersalah dipersalahkan. Dia dikejar-kejar Raja Saul hendak dibunuh tetapi Yonatan, anak Saul sempat melindunginya. Berbeda dengan Yesus yang memang ditentukan untuk menderita sejak lahir. Bayi Yesus sudah berada dalam ancaman pembunuhan oleh Herodes (Mat. 2:13).

“Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.” (ay. 17-19) 

Yesus mengalami penderitaan: diejek, disiksa, kaki dan tangan dipaku, dipermalukan dengan pakaian-Nya dibagi- bagikan (Mat. 27:35). Semua itu dilakukan-Nya untuk menolong kita yang seharusnya dihukum mati karena menjadi musuh Allah.

“Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! Lepaskanlah aku dari pedang dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkanlah aku dari mulut singa dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!” (ay. 20-22) 

Daud berdoa memohon agar Tuhan segera menolongnya dan Ia menjawab doanya.

“Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah: kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel! Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.” (ay. 23-25) 

Terbukti Tuhan tidak memandang hina dan merasa jijik melihat kesengsaraan orang yang tertindas. Ia malah ingin menjangkau kita. Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya; berarti Ia peduli dan mendengarkan seruan kita. Perhatikan, walau kita diizinkan mengalami banyak penderitaan, semua tidak lepas dari perhatian dan ukuran Tuhan. Contoh: kita merasa kasihan melihat ada orang tidur di bawah jembatan juga orang tinggal di hutan bertahun-tahun sendirian tetapi mereka bersukacita. Ternyata Tuhan memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka. Semua yang kita alami sudah diukur oleh Tuhan sebab Ia tidak mengizinkan pencobaan melebihi kemampuan kita (1 Kor. 10:13). Itu sebabnya kita tidak perlu membanding-bandingkan atau berganti tempat dengan kondisi orang lain.

“Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!” (ay. 26-27) 

Daud bernazar ketika ditolong dari bencana besar, dia menyembelih banyak domba sebagai ucapan syukur atas pertolongan Tuhan.

“Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.” (ay. 28- 32) 

Daud sudah mendapat pertolongan Tuhan lalu dia menyembah dan mengagungkan Dia. Mungkin kita merasa kurang beroleh pertolongan Tuhan hingga hari ini tetapi percayalah napas hidup kita adalah anugerah Tuhan. Ada waktunya orang sombong yang merasa dapat hidup dengan kekuatan sendiri bertekuk lutut di hadapan Tuhan dan mengagungkan-Nya; ini berarti terjadi pemulihan. Mereka kemudian menceritakan tentang Tuhan kepada angkatan yang akan datang itulah kepada kita dan anak cucu kita sekarang sehingga keturunan kita memiliki pengharapan. Mereka lalu memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa-bangsa dan terjadilah estafet dalam memuliakan Tuhan. 

Jangan pernah putus asa berseru kepada Tuhan saat kondisi fisik maupun mental kita sangat terpuruk. Ia tidak pernah meninggalkan kita; sebaliknya, Ia peduli dan menolong kita sehingga keluarlah puji-pujian dari mulut kita untuk memuliakan nama-Nya. Amin.