Shalom,
Kita percaya bahwa Tuhan kita jauh lebih besar dan perkasa ketimbang masalah besar kita. Hendaknya kita menyanyi dan memuji keperkasaan Tuhan (Mzm. 21:14) untuk memastikan bahwa Ia tidak hadir hanya di dalam gereja tetapi Ia ada di mana-mana. Ia bersemayam di atas puji-pujian (Mzm. 22:4) dan suka mendengar kita memuliakan-Nya.
Bila kuasa Tuhan lebih besar dari kuasa apa pun dan mana pun, apakah kita memuji dan memuliakan Dia tanpa penghayatan jiwa? Bukankah kita dipenuhi Roh Kudus untuk memuliakan Dia dengan sepenuh hati?
Bagaimana Daud memuji dan memuliakan TUHAN dalam tulisannya di Mazmur 21?
- Daud bersukacita mengalami kuasa kemenangan dari TUHAN dan permintaannya dikabulkan (ay. 2-8)
“TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari padaMu! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya dan permintaan bibirnya tidak Kautolak. Sela Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya. Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya. Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada-Mu; keagungan dan semarak telah kaukaruniakan kepadanya. Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu. Sebab raja percaya kepada TUHAN dan karena kasih setia Yang Mahatinggi ia tidak goyang.”
Yang dimaksud dengan raja di sini tentu bukan Raja Saul yang telah ditolak TUHAN karena tidak dengar- dengaran akan perintah-Nya (1 Sam. 15:22-23). Juga bukan Salomo; ini adalah Daud yang mengungkapkan kerinduan, kesaksian dan pengalamannya sebagai raja Israel. Dia bersukacita karena kuasa-Nya TUHAN. Jika Daud sebagai raja yang berkedudukan tinggi bersukacita memuji Tuhan, siapakah kita yang hanya rakjat jelata?
Tahukah keinginan Raja Daud yang masih dalam hati belum tercetus juga permintaan yang keluar dari bibirnya tidak ditolak oleh Tuhan?
Introspeksi: apa yang ada dalam hati dan keluar dari bibir kita? Hendaknya hati dan mulut kita disucikan agar keinginan dan permohonan kita dikabulkan oleh-Nya. Akankah Tuhan menerima dan menjawab omelan dan ketidakpuasan hati kita?
Tak terkatakan sukacita Raja Daud ketika dia disambut Tuhan dengan berkat melimpah. Bahkan dia dianugerahi mahkota dari emas tua juga umur panjang menyertainya ketika dia meminta hidup dari-Nya.
Pertanyaan: bagaimana kita memanfaatkan hidup yang berlangsung cuma sekali? Apakah benar filosofi yang mengatakan “hidup hanya satu kali dan setelah mati habis perkara”? Ingat, manusia mati satu kali tetapi setelah mati ada penghakiman atas semua perkataan, tingkah laku dan perbuatan kita selama hidup (2 Kor. 5:10; Ibr. 9:27).
Tuhan memberikan hidup yang diminta oleh Daud (bahkan umur panjang untuk selama-lamanya), buktinya beberapa kali dia selalu lolos dari ancaman kematian dari pengejaran Raja Saul, mertuanya, musuh-musuhnya juga Absalom, anaknya sendiri.
Allah berjanji akan memberikan hidup (kekal) kepada siapa pun yang percaya kepada Anak tunggal-Nya yang diutus ke dalam dunia untuk menyelamatkannya (Yoh. 3:16). Hendaknya kita meminta hidup dari-Nya bukan berharap kepada manusia siapa pun. Memang kita pergi berobat ke dokter ketika sakit dan dokter melakukan pengobatan semaksimal mungkin tetapi hidup atau mati tetap ditentukan oleh Tuhan.
Kemenangan yang diperoleh Raja Daud bukan sekadar kemenangan tetapi besar kemuliaannya. Bahkan Tuhan membuatnya menjadi berkat untuk seterusnya dan memenuhinya dengan sukacita.
Aplikasi: hendaknya kita yakin bahwa Tuhan sanggup membuat kita menjadi berkat walau saat ini kita masih menghadapi masalah pelik. Berdoalah dan serahkan masalah tersebut kepada Tuhan, pegang janji Firman-Nya untuk beroleh kemenangan atas masalah tersebut!
Harus diakui, manusia masih dipenuhi dengan kelemahan dan kekurangan termasuk Raja Daud yang pernah berbuat kesalahan fatal dengan berzina terhadap istri Uria. Kejahatannya tidak berhenti di situ, dia kemudian membunuh Uria dengan menyuruh Yoab menempatkan Uria di barisan depan dalam pertempuran (2 Sam. 11). Waspada, jangan bermain-main dengan dosa! Dosa satu akan merembet pada dosa lainnya. Untuk itu Yesus datang mau menyelamatkan juga mengampuni dosa kita dan kita tidak lagi berbuat dosa. Raja Daud benar- benar menyesali perbuatan jahatnya dan memohon agar hatinya ditahirkan dan Roh-Nya tidak diambil darinya (Mzm. 51).
Di era Perjanjian Lama, Roh Kudus mengurapi seorang raja dengan hinggap (bnd. Bil. 11:29; 2 Raja. 2:15) bukan berdiam di dalamnya. Itu sebabnya ketika Raja Saul ditolak oleh TUHAN, Roh TUHAN mundur darinya (1 Sam. 16:14). Berbeda dengan era Perjanjian Baru, Roh Kudus berdiam di dalam kita (1 Kor. 3:16); itu sebabnya kita tidak boleh mendukacitakan-Nya (Ef. 4:30).
Jujur kita masih dapat berbuat dosa baik sengaja maupun tidak sengaja tetapi kita tidak boleh menjadikan kelemahan manusia sebagai alasan kita untuk senang dengan kelemahan tersebut. Kita harus meraih kemenangan untuk menjadi berkat bagi sesama.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus bukan sekadar ada tanda bahasa lidah tetapi harus menghasilkan buah pertobatan (Luk. 3:8). Rasul Paulus mengakui dari antara orang berdosa, dialah yang paling besar dosanya (1 Tim. 1:15). Karena Raja Daud jujur dan berani mengakui kesalahannya, Roh Kudus mau tetap tinggal bersamanya.
TUHAN memenuhi Raja Daud dengan sukacita di hadapan-Nya sebab dia percaya kepada-Nya. Kita dapat bersikap munafik di hadapan manusia dengan pura-pura bersukacita tetapi Ia ingin kita bersukacita dan memuliakan Dia bukan manusia hebat mana pun.
Introspeksi: sungguhkah kita percaya kepada Tuhan? Seriuskah kita beribadah kepada-Nya? Oleh karena kasih setia-Nya, kita tidak akan goyah. Satu kali kelak kita juga akan menjadi raja bersama Tuhan di dalam kerajaan seribu tahun. Untuk itu kita bersedia mengalami keubahan dan kebangkitan; hidup lama berakhir dan yang baru muncul.
- Daud mengingatkan Tuhan akan memusnahkan musuh yang membenci-Nya (ay. 9-13)
“Tangan-Mu akan menjangkau semua musuh-Mu; tangan kanan-Mu akan menjangkau orang-orang yang membenci Engkau. Engkau akan membuat mereka seperti perapian yang menyala-nyala, pada waktu Engkau menampakkan Diri, ya TUHAN. Murka TUHAN akan menelan mereka, dan api akan memakan mereka. Keturunan mereka akan Kaubinasakan dari muka bumi, dan anak cucu mereka dari antara anak-anak manusia. Apabila mereka hendak mendatangkan malapetaka atasmu, merancangkan tipu muslihat, mereka tidak berdaya. Ya, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dengan tali busur-Mu Engkau membidik muka mereka.”
Bila Raja Daud mengalami berkat Tuhan luar biasa penuh dengan damai sejahtera, Tuhan menuntut supaya berkat yang diterima tidak disia-siakan sebab berkat itu akan melengket dalam hidup kita baik secara jasmani hingga dalam kekekalan.
Kali ini Tuhan tampak marah bagaikan api yang menghanguskan musuh. Mengapa? Apakah Ia begitu kejam? Kita umumnya memuji-muji Tuhan karena pemberian berkat-berkat jasmani yang kita butuhkan padahal berkat jasmani juga dicurahkan kepada orang yang tidak mengenal Tuhan karena dia rajin dan bekerja keras.
Bangsa Israel waktu itu menghadapi banyak musuh (fisik) dalam mempertahankan Yerusalem dan tanah Kanaan bahkan sampai hari ini mereka masih berperang meghadapi musuh. Namun musuh besar kita ialah dunia, Iblis dan diri sendiri (1 Yoh. 2:16). Tahukah siapa bersahabat dengan dunia, dia adalah musuhnya Allah (Yak. 4:4)? Kita harus waspada terhadap Iblis yang berkeliling seperti singa kelaparan yang siap menelan mangsa (1 Ptr. 5:8).
Aplikasi: kita harus beribadah kepada Allah dengan cara yang berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12:28-29; Ul. 4:24). Ia adalah api yang menyucikan kita supaya kita layak masuk dalam Kerajaan seribu tahun. Kita juga harus waspada terhadap pengejek-pengejek yang tidak memercayai janji kedatangan-Nya padahal langit dan bumi akan dimusnahkan oleh api pada hari penghakiman (2 Ptr. 3:3-7).
- Daud tetap menyanyi dan memazmurkan keperkasaan Tuhan (ay. 14).
Kita juga bertanggung jawab atas keselamatan keluarga, famili bahkan bangsa kita yang belum mengenal Tuhan kita. Kita menyampaikan keperkasaan Tuhan dan keselamatan hanya ada di dalam Nama Yesus (Kis. 4:12). Kejahatan dan kerusakan moral yang mengglobal tidak dapat diatasi kecuali oleh darah Yesus. Hanya Tuhan yang mampu mengubahkan hati sekeras apa pun karena Ia mengendalikan hati. Ia mengeraskan hati Firaun tetapi mengubah hati keras bangsa Israel menjadi hati daging yang taat (Yeh. 11:19).
Tidak ada jalan lain kecuali kita mengalami kebangkitan dan didudukkan bersama Yesus untuk memerintah bersama-Nya di dalam seribu tahun Kerajaan Damai (Why. 20). Setelah Kerajaan seribu tahun, terjadi pergolakan luar biasa, Iblis dilepaskan dari penjara dan menyesatkan bangsa-bangsa dari empat penjuru. Akhirnya Iblis yang menyesatkan mereka dilempar ke dalam lautan api dan belerang tempat binatang dan nabi palsu berada untuk disiksa siang malam selama-lamanya. Kemudian muncullah penghakiman terakhir, nama- nama yang tidak tercantum di dalam Buku Kehidupan Anak Domba akan dimasukkan di dalam lautan api. Inilah kematian kedua. Hanya kita yang bangkit dan diubahkan boleh masuk ke dalam kota Yerusalem baru.
Amin.