Shalom,
Hari-hari ini dunia sedang sibuk fokus pada ajang piala dunia; masing-masing kita mempunyai tim jagoannya. Semua yang berhubungan dengan tim favoritnya pasti diikuti dan percakapan di warung kopi, café dan medsos tidak sedikit ngobrol tentang piala dunia. Ketika tim kesayangannya menang, terjadilah sorak-sorai luar biasa baik yang menonton di depan layar apalagi yang langsung menonton di stadion. Mereka sangat mengharapkan timnya menang. Namun ketika ajang piala dunia berakhir, kita kembali ke aktivitas biasa dan ajang itu pun terlupakan. Tidak lagi ada dampak sorak-sorai kemenangan yang menggema dalam kehidupan kita; semua hanya sebatas itu saja.
Bagaimana Raja Daud merespons kemenangan dan keperkasaan Tuhan?
- Menyanyikan keperkasaan Tuhan sebab semua adalah anugerah-Nya (ay. 2-7).
“TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu (and in your salvation, how greatly shall he rejoice = dan di dalam keselamatan-Mu raja sangat bersukacita)! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya dan permintaan bibirnya tidak Kautolak. Sela Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya. Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya. Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada-Mu; keagungan dan semarak telah Kaukaruniakan kepadanya. Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.”
Raja Daud mengalami banyak perbuatan baik yang Tuhan berikan kepadanya dan sukacita sejati datangnya dari Tuhan. Tentu kita boleh pergi traveling untuk refreshing atau healing tetapi sukacita sejati dan kegirangan datangnya hanya dari Tuhan. Patokannya adalah bagaimana Tuhan nyata di dalam diri kita, mau di mana saja kalau kita merasakan anugerah Tuhan, sukacita pasti terjadi dalam hidup kita.
Perhatikan, hanya Tuhan yang mampu memenuhi hasrat/kerinduan hati manusia bukan karena kita mempunyai ini dan itu, dapat pergi ke sana ke sini. Walau hati ini diisi dengan seluruh isi duniawi, kita tidak akan pernah merasa puas.
Demikian pula hidup umur panjang berasal dari Tuhan bahkan hidup kekal datangnya dari Dia. Dunia mencoba untuk membuat kondisi dunia begitu semarak dan agung tetapi semuanya terbatas; keagungan dan kesemarakan dari Tuhan diberikan kepada raja.
Tahukah hidup yang memberkati adalah pemberian dari Tuhan, bukan karena kita kaya sejak lahir atau harta kekayaan dari orang tua dst.? Kita dapat memberikan kebaikan dan menjadi berkat karena Tuhan yang menjadikan kita berkat sebab pada dasarnya sejak manusia jatuh ke dalam dosa semua tercemar dan segala sesuatu ditujukan hanya untuk diri sendiri. Sebaliknya, ketika kita menerima anugerah Tuhan, paradigma atau pola pikir kita disucikan.
Pemazmur mengaku dengan jujur bahwa semua yang dipakai dan dimilikinya adalah pemberian Tuhan. Kita dapat berdalih memiliki semua karena hasil kerja keras kita tetapi ingat bukankah kekuatan dan kecerdasan berasal dari-Nya? Apa yang mau kita banggakan? Digigit nyamuk (demam berdarah) kecil saja sudah terkapar tidak berdaya di rumah sakit!
Marilah kita belajar dari Ayub yang mengaku dengan telanjang dia dilahirkan dan dengan telanjang pula akan kembali kepada-Nya. Tuhan yang memberi, Dia pula yang mengambil (Ay. 1:21). Artinya, manusia tanpa Tuhan adalah nothing (tidak ada artinya) tetapi bersama-Nya manusia menjadi something yang dapat memberkati orang lain.
Terbukti keselamatan juga dikaruniakan Tuhan kepada raja. Tuhan selalu memberi kemenangan kepada Daud ke mana pun dia pergi berperang (2 Sam. 8:14). Daud pasti bersukacita karena diluputkan/diselamatkan dari musuh.
Introspeksi: apakah kita bersukacita oleh sebab keselamatan yang kita peroleh dari Tuhan? Jangan menyia- nyiakan keselamatan dari-Nya tetapi bersyukurlah karena ada Orang yang rela mengurbankan nyawa-Nya sehingga kita yang sedang berjalan menuju kebinasaan berputar balik menuju pada kehidupan yang kekal. Masihkah kita menunda bahkan menolak keselamatan dari-Nya?
Perhatikan, semua pemberian yang diterima raja tidak satu pun dapat dibuat oleh manusia. Siapa dapat membuat umur panjang, memberikan sukacita sejati? Uang dapat membeli sesuatu yang membuat kita sukacita tetapi uang tidak dapat memberikan kebahagiaan dan keselamatan. Ingat, hati manusia pada dasarnya tidak dapat dipuaskan dengan seiisi dunia pun kecuali Tuhan bertakhta dalam hati.
Memang kita bukan raja/pemimpin yang dipercaya untuk memimpin dan membimbing rakyat tetapi status kita sebagai ayah dalam keluarga, kita juga berkewajiban memimpin anak-anak. Ketika kita dipercaya menjadi pemimpin/pembimbing, ingatlah semua ini karena anugerah Tuhan. Contoh: Daud mengucap syukur kepada Tuhan yang memberkati keluarganya (2 Sam. 7:29).
- Menyanyikan keperkasaan Tuhan oleh sebab percaya akan kasih setia-Nya (ay. 8-13).
“Sebab raja percaya kepada TUHAN dan karena kasih setia Yang Mahatinggi ia tidak goyang. Tangan-Mu akan menjangkau semua musuh-Mu; tangan kanan-Mu akan menjangkau orang-orang yang membenci Engkau. Engkau akan membuat mereka seperti perapian yang menyala-nyala, pada waktu Engkau menampakkan Diri, ya TUHAN. Murka TUHAN akan menelan mereka dan api akan memakan mereka. Keturunan mereka akan Kaubinasakan dari muka bumi dan anak cucu mereka dari antara anak-anak manusia. Apabila mereka hendak mendatangkan malapetaka atasmu, merancangkan tipu muslihat, mereka tidak berdaya. Ya, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dengan tali busur-Mu Engkau membidik muka mereka.”
Pemazmur mengakui dan percaya bahwa tangan Tuhanlah yang menjangkau para musuhnya dan murka-Nya jatuh atas mereka. Dia juga percaya bahwa Tuhan berjaya atas segala musuhnya. Percaya pada (janji) kasih setia Tuhan membuatnya mampu menghadapi tantangan dan mengangkat kepala menghadapi musuh-musuh di depannya juga orang-orang yang mau menangkapnya.
Jujur kita sering menjadi ciut hati menghadapi tantangan sebab kita lupa kepada siapa kita percaya. Kita berpikir menghadapinya sendirian sehingga nyali kita hilang. Namun hendaknya kita sekarang memercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang setia dan penuh belas kasihan. Bersama-Nya kita dapat melewatinya untuk beroleh kemenangan. Kemenangan pasti terjadi bagi setiap orang yang ada di dalam Kristus. Masalahnya, apakah kita tetap menaruh percaya kepada Tuhan? Kapan kemenangan terjadi? Semua tergantung waktunya Tuhan! Raja Daud tidak sekadar percaya tetapi memercayakan diri dan menaruh hidup sepenuhnya di dalam tangan Tuhan.
Berkat belas kasihan Tuhan pula hidup kita tidak mudah digoyahkan. Kita mampu berjuang dan menjalani hidup ini oleh sebab kita menaruh pengharapan kepada Allah yang hidup, Juru Selamat manusia (1 Tim. 4:10). Satu kali kelak kemenangan Tuhan akan dinyatakan dalam kehidupan kita dan kita dapat menyanyikan keperkasaan-Nya karena kita menaruh hidup kita kepada Tuhan yang berbelas kasihan.
- Menyanyikan keperkasaan Tuhan sebab itu yang menjadi komitmen kita semua (ay. 14).
“Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu.” Mungkin hari-hari ini kita masih berjuang menghadapi hidup dan belum mengalami kemenangan yang dijanjikan bagaikan seorang nelayan yang sedang berjuang mendayung perahunya menuju tepi laut tetapi biarlah kita tetap berkomitmen menyanyikan keperkasaan Tuhan dalam keadaan apa pun.
Saat melalui masa yang sangat sulit, Ayub mengaku bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu (Ay. 42:2). Sungguh, rencana Tuhan itu indah dan berkemenangan. Kesulitan dan pergumulan boleh ada tetapi semua ini tidak dapat menggagalkan rencana Tuhan. Oleh sebab itu jangan pernah menyerah karena kita mempunyai Tuhan yang perkasa dan berkemenangan. Satu kali kelak dari mulut orang-orang yang percaya di dalam Kristus keluar pengagungan dan ucapan syukur akan kebesaran Tuhan yang mahakuasa (Why. 19:6).
Tuhan kita layak dipuji untuk selama-lamanya! Kita menyanyikan keperkasaan Tuhan oleh sebab anugerah dan kasih setia-Nya juga menjadi komitmen kita untuk menjalani hidup bersama-Nya. Amin.