• BERDOA DALAM KEBENARAN (JOHOR)
  • Mazmur 17
  • Johor
  • 2022-10-30
  • Pdm. Besar Hartono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1248-berdoa-dalam-kebenaran

Shalom,

Setiap anak Tuhan pasti mempunyai kesaksian pengalaman bersama Tuhan yang telah mengerjakan perbuatan- perbuatan ajaib di dalam hidupnya seperti dialami oleh Pembicara. Di masa kanak-kanak, Beliau merasa tidak mempunyai masa depan cerah melihat kehidupan ekonomi orang tuanya. Kemudian Beliau memutuskan satu- satunya yang menjadi pengharapan ialah Tuhan yang sudah memilihnya. Beliau dibaptis ketika duduk di bangku SMP pada tahun 1977 dan berjanji pada diri sendiri untuk hidup tertib dalam ibadah dan pelayanan serta hidup dalam kekudusan. Alhasil, janji pemeliharaan Tuhan terhadap anak-anak-Nya ditepati, sekarang Beliau diberkati dengan keluarga dan rumah sendiri. Tentu harus terjalin kerja sama antara Tuhan yang empunya kuasa dan kemuliaan dengan kita ciptaan-Nya; tidak mungkin Tuhan memberkati orang yang malas dan meremehkan ibadah.

Bagaimana relasi Daud dengan TUHAN dalam kehidupannya seperti tertulis dalam doanya di Mazmur 17?

Kita tahu bahwa doa adalah napas hidup orang percaya; tanpa doa, kehidupan rohani kita akan kering dan mati. Doa merupakan komunikasi intensif dan relasi akrab antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya. Tentu hubungan yang erat dan intim tidak serta merta terjadi tetapi membutuhkan suatu proses.

Daud memiliki kepribadian yang memegang komitmen tinggi. Memang Daud bukan orang sempurna, dia bahkan layak dihukum mati karena telah mengambil dan menghamili istri tentaranya sekaligus melakukan pembunuhan berencana. Bila diberlakukan hukum Taurat, tidak ada ampun bagi Daud sebab gigi ganti gigi, mata ganti mata, nyawa ganti nyawa (Kel. 21:14,24). Namun TUHAN masih berkemurahan terhadapnya, ketika ditegur oleh Nabi Natan, Daud mengakui kesalahannya dan dia mendapat amnesti dari-Nya. Sejak itu dia mempunyai standar hidup yang berkenan kepada Tuhan.

Apa isi doa Daud kepada TUHAN?
“Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku dari bibir yang tidak menipu.” (Mzm. 17:1)

Logikanya, mana mungkin Daud berani meminta TUHAN mendengarkan perkaranya yang benar kalau dia sendiri tidak dengar-dengaran terhadap perintah Firman-Nya? Perhatikan, orang yang menghampiri Tuhan harus meninggalkan kejahatan, hidupnya mau dipimpin oleh Tuhan dan bersedia hidup benar di hadapan-Nya sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang mengasihi-Nya.

Daud menggunakan indra telinga untuk mendengarkan permohonan, pikiran untuk memerhatikan seruan, bibir untuk mengucapkan doa yang tidak menipu sebab Roh di dalam jiwa raga kita peka dalam merespons. Ia tahu kebutuhan-kebutuhan kita – sandang, pangan dan papan. Yang diperlukan ialah dengar-dengaran akan Firman Tuhan secara pribadi sebab bukan orang tua atau pendeta yang dapat memastikan kita memiliki masa depan penuh harapan tetapi relasi kita dengan Tuhan.

Perjalanan hidup ini selalu menjalani proses ujian sama seperti seorang anak dididik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan disekolahkan dari SD-SMP-SMA-Universitas hingga memperoleh gelar S1, S2 dst. Sayangnya, banyak orang mengundurkan diri karena tidak mau diproses. Contoh: banyak murid Yesus mengundurkan diri karena tidak tahan mendengar perkataan Yesus yang dianggapnya keras (Yoh. 6:60,66). Tahukah Tuhan tidak akan pernah kehilangan kuasa dan kemuliaan-Nya apabila kita mundur dari-Nya?

“Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam dan menyelidiki aku maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur.” (ay. 3)

Terbukti Tuhan bekerja tidak hanya saat kita beribadah atau sibuk bekerja tetapi waktu malam saat kita menikmati istirahat. Oleh sebab itu hiduplah dengan rasa takut dan gentar juga jangan suka membanggakan kepintaran dan kekuatan sendiri sebab Roh Allah bekerja di malam hari saat kita tidur. Hati-hati menggunakan mulut untuk tidak mengeluarkan komentar negatif dan suka gosip!

“Tentang perbuatan manusia sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang.” (ay. 4)

Daud menjaga diri dalam pergaulan. Dia tidak mau berjalan menurut nasihat orang fasik, berdiri di jalan orang berdosa dan duduk dalam kumpulan pencemooh. Namun kesukaannya ialah Taurat Tuhan sehingga apa saja yang diperbuatya berhasil (Mzm. 1:1-3).

Daud menjaga sikap dan keputusan hatinya terhadap orang-orang yang melakukan kekerasan fisik, kekerasan hati dan kekerasan sikap.

Introspeksi: apakah kita suka mendengarkan Firman Tuhan? Orang yang melekat pada Taurat Tuhan tidak ditandai dengan kegagalan. Kita harus dapat menjaga diri dengan suka bersekutu/berdoa dalam roh dan kebenaran. Juga menjaga mulut untuk tidak berkata hal-hal negatif dan hoaks.

“Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku. Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, mereka membual; mereka mengikuti langkah-langkahku, mereka sekarang mengerumuni aku, mata mereka diarahkan untuk menghempaskan aku ke bumi. Rupa mereka seperti singa yang bernafsu untuk menerkam seperti singa muda yang mengendap di tempat yang tersembunyi.” (ay. 7- 12)

‘Biji mata” berkaitan dengan masa depan. Kalau mata (hati) kita tidak tertuju pada kurban Kristus, sia-sialah seluruh perjalanan hidup kita.

Ancaman kesukaran memburu siapa saja dan ada di sekitar kita. Jujur tidaklah mudah mengatasi ancaman “singa yang mengaum-aum” kecuali bersembunyi dalam naungan Tuhan yang mahakuasa. Perhatikan, orang yang berhikmat dilindungi Tuhan dan dapat tetap memuji serta bersyukur kepada-Nya. Contoh: Yusuf di Mesir mendapat hikmat di masa kelimpahan dengan mengumpulkan gandum sehingga di masa resesi tidak berkekurangan.

“Bangunlah, TUHAN, hadapilah mereka, rebahkanlah mereka, luputkanlah aku dengan pedang-Mu dari pada orang fasik.” (ay. 13)

“Pedang-Mu” itulah Firman Allah yang diperlukan dalam menghadapi musuh-musuh. Daud tidak mau menghadapi musuh seorang diri tetapi Tuhan yang menghadapi mereka.

Aplikasi: dalam menghadapi peperangan hidup, yakinlah bahwa Tuhan melindungi orang yang menghargai Firman- Nya dari musuh-musuh.

“Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tangan-Mu dari orang-orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan sehingga anak-anak mereka menjadi puas dan sisanya mereka tinggalkan untuk bayi-bayi mereka.” (ay. 14)

Tidak dapat dipungkiri sistem dunia membelit hidup orang-orang yang percaya kepada Kristus seperti pernah dialami bangsa Israel di bawah perbudakan bangsa Mesir dan tangan kanan TUHAN menghancurkan musuh. Daud memegang kekuatan tangan Tuhan yang sama dan tidak mau menjauh dari hidupnya.

Juga jangan menjadi orang Kristen yang berharap kepada Kristus dengan tujuan untuk persoalan perut/berkat fisik. Ini salah besar. Memang berkat materi akan dicurahkan jika kita menjaga sikap hati dan memelihara hubungan intim dengan Tuhan maka kita hidup tidak berkekurangan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air dan terus berbuah.

“Tetapi aku dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.” (ay. 15)

Kalau kita hidup dalam kebenaran, satu kali kelak kita akan melepaskan tubuh kefanaan diganti dengan tubuh kemuliaan (1 Kor. 15:52) untuk bertemu Tuhan yang menjemput kita dan kita dapat memandang wajah-Nya.

Marilah kita memegang komitmen untuk hidup dalam kebenaran walau mengalami pergumulan hidup berat sebab doa orang benar didengar oleh Tuhan. Ia menyelamatkan kita dari musuh-musuh dengan tangan kanan-Nya yang kuat. Ia memelihara kita seperti biji mata-Nya dan menaungi kita dengan sayap-Nya hingga satu kali kelak kehidupan kita diubahkan untuk dapat memandang wajah-Nya dan menjadi puas bertemu serta tinggal bersama- Nya selamanya. Amin.