Shalom,
Kita tahu bahwa Tuhan siap melimpahkan damai sejahtera kepada setiap orang yang mau membuka hati untuk mengalami suasana Surga berada di dalam Kerajaan-Nya yang kukuh dan kuat. Terlebih lagi kita menghadapi tahun depan (± 55 hari) memasuki tahun 2023 yang mana Presiden Joko Widodo telah mengumumkan dunia secara global sedang menurun grafiknya. Banyak negara dilanda krisis dan resesi sehingga kelaparan, kejahatan dll. makin meningkat. Marilah di dalam ketidakpastian ini kita memohon kepada Tuhan agar kasih-Nya dilimpahkan kepada kita sebab tanpa kasih-Nya kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Ada baiknya di kala sakit atau mengalami tekanan berat, kita suka menyanyikan lagu-lagu rohani dan mengimaninya sehingga aliran segar Surgawi membasahi kehidupan kita. Terbukti ada kuasa di dalam lagu-lagu seperti telah dilakukan oleh Daud sejak muda. Buktinya saat Raja Saul membutuhkan hiburan ketika dia dikuasai roh jahat yang membuatnya tidak tenang, Daud datang memainkan kecapinya maka segala kuasa jahat hilang dan Saul pun terhibur (1 Sam. 16:14-16,21-23). Sejak saat itu pula Daud menjadi hambanya Raja Saul di kerajaannya; sebelumnya Daud ini menjadi hamba di rumah orang tuanya. Dia taat melakukan perintah ayahnya dan bertanggung jawab atas tugasnya dalam menjaga kambing domba. Daud mengalami progres/peningkatan dari pelayanan di rumah meluas ke istana. Semua dilakukan tanpa omelan.
Aplikasi: hendaknya kaum muda menghormati orang tua dan tidak mengomel ketika orang tua meminta tolong mengerjakan sesuatu. Pelayanan di rumah yang dilakukan dengan setia dan senang hati akan meningkat menjadi pelayanan di luar rumah bahkan pelayanan di gereja seperti: pelayanan musik, doa, multimedia dll.
Apa isi nyanyian Daud dalam karangan lagunya di Mazmur 18?
“Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyampaikan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari tangan Saul.” (ay. 1)
Ayat ini menuliskan Daud sebagai hamba TUHAN. Perhatikan, seorang hamba taat kepada atasan. Daud adalah hamba Tuhan yang taat pada perintah-Nya. Sebelum menjadi hamba Tuhan, dia menempatkan diri sebagai hamba yang taat kepada perintah orang tuanya. Kemudian sebagai hambanya Saul, Daud tidak langsung menghadap Goliat yang menghina Allah Israel. Dia dipanggil Raja Saul yang mendengar dia akan melawan Goliat dan menanyakan apakah dia sanggup melawan orang Filistin itu (1 Sam. 17:31-32). Daud menjawab bahwa dia menyamakan Goliat seperti singa atau beruang yang hendak memangsa kambing domba ayahnya. Jika TUHAN telah melepaskan dia dari cakar singa dan beruang, Ia juga akan melepaskannya dari Goliat. Raja Saul merestui dia melawan Goliat (ay. 34-37).
Tampak Daud mengalami peningkatan pelayanan dari hamba orang tuanya di rumah menjadi hamba Raja Saul kemudian menjadi hamba Tuhan.
Aplikasi: seorang anak hendaknya hormat dan tahu berterima kasih terhadap orang tua yang telah membesarkan dan mendidik mereka. Jangan melakukan sesuatu dengan kekuatan sendiri tanpa mendapat restu dari orang tua. Bahkan saat pernikahan untuk menempuh hidup baru bersama pasangan hidupnya, tetaplah hormat dan berterima kasih serta memohon restu dalam menjalani hidup baru bersama suami/istrinya.
Kita juga diajar untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena karunia keselamatan-Nya yang besar dalam kondisi apa pun – saat diberkati maupun dalam keadaan terjepit, terbelit menghadapi maut seperti telah dialami oleh Paulus dan Silas. Demi pemberitaan Injil untuk melakukan kebenaran Firman Tuhan, mereka dijebloskan ke penjara. Namun apa yang dikerjakan oleh mereka saat terbelenggu kakinya dalam pasungan yang kuat? Mereka berdoa dan memuji Allah di tengah malam berakhir dengan bertobatnya kepala penjara (Kis. 16:25-34).
Perhatikan, jangan kita bangga sudah rajin beribadah dan berbuat baik kemudian mengomel tidak menerima ketika masalah datang mengusik kenyamanan kita. Sebaliknya, tetaplah bersyukur dalam setiap keadaan!
Daud juga selalu memuji serta memuliakan Nama Tuhan dan tidak menyamakan dirinya dengan kondisi di sekelilingnya tetapi menyatukan hati dengan pribadi Tuhan. Bahkan dalam kesesakan, Daud bernyanyi, “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN , kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku. Tali-tali maut telah meliliti aku dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga- Nya. Lalu goyang dan goncanglah bumi dan dasar-dasar gunung gemetar dan goyang oleh karena menyala-nyala murka-Nya.” (ay. 2-8)
Dalam memuji Tuhan, Daud berteriak minta pertolongan dan Tuhan turun tangan. Jujur, tidaklah mudah saat kita menghadapi kondisi terjepit untuk bersyukur dan memuji Tuhan. Namun percayalah pertolongan Tuhan datang tepat waktu dan tidak setengah-setengah. Bukankah Tuhan juga turun tangan lewat Musa membelah Laut Teberau dengan tongkat sehingga orang-orang Israel yang dikejar oleh tentara orang Mesir dapat berjalan dari tengah- tengah laut di tempat kering (Kel. 14:16,23)? Jelas bagi Allah tidak ada perkara yang mustahil. Memang secara manusiawi, pengalaman bangsa Israel, Daud, Paulus dan Silas dll. sangat mencekam dan menakutkan tetapi Tuhan menyertai dan melindungi umat pilihan-Nya.
Introspeksi: adakah ucapan syukur dari hati ketika kita menghadapi ujian berat sehingga ada pengakuan “Tuhan hidup, gunung batuku dan Allah Penyelamatku”?
Kenyataannya, manusia menghadapi kebutuhan menyangkut: sandang, pangan, papan, kesehatan, kebebasan (Mat. 25:35-36). Bangsa Israel diuji dalam hal kelaparan di padang gurun sehingga diberi Manna dari Surga (Ul. 8:3; Mat. 4:4) untuk membuktikan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.
Tuhan mengizinkan adanya pencobaan untuk ditingkatkan menjadi ujian dari iman – pengharapan/kesucian – kasih bahkan dikasihi Tuhan. Contoh: Daud dipanggil dari ladang penggembalaan lalu dipilih Tuhan dan diurapi pada saat itu dan Roh Kudus berkuasa atasnya. Demikian pula dengan kita yang sudah diselamatkan, kita harus meningkatkan dengan mengerjakan keselamatan ini dengan rasa takut dan hormat.
Daud hidup benar dan imannya meningkat, dia disucikan dan tetap mengikuti jalan Tuhan (Mzm. 18:21-27). Dia tidak menuruti nasihat orang fasik sebab orang fasik seperti sekam (kosong) yang tidak tahan terhadap penghakiman juga terhadap perkumpulan orang benar (Mzm. 1:4-5).
Apa yang patut kita banggakan? Kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan semata! Gelar banyak dan titel tinggi tidak menjamin kita pasti mengerti Firman Tuhan. Bahkan Yesus mengatakan bahwa Bapa, Tuhan langit dan bumi, menyembunyikannya bagi orang bijak dan pandai tetapi menyatakannya kepada orang kecil (Mat. 11:25) yang mau dididik dalam kebenaran dan kesucian hingga hidup tidak bercela di hadapan Tuhan, Mempelai Pria Surga (Ef. 5:27). Hidup tidak bercacat cela merupakan peningkatan/progres hidup dikuasai Roh Kudus. Perlu diketahui Roh Kudus memiliki sembilan rasa: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22). Tampak ada peningkatan hingga ada penguasaan diri. Jelas diperlukan kesetiaan dimulai dari perkara kecil di rumah masing-masing untuk berkembang/meningkat menjadi pelayanan di luar dengan tanggung jawab lebih besar dan tetap mengikuti hukum-Nya seperti dilakukan oleh Raja Daud agar dia tidak sombong (Ul. 17:19).
Masalahnya, kita sering melupakan Tuhan dalam perencanaan dan memutuskan menurut keinginan diri sendiri padahal kemegahan adalah salah – kita tahu harus berbuat baik tetapi tidak melakukannya, kita berdosa (Yak. 4:13-17).
Di dalam ujian, kita memang menderita untuk dilengkapi, diteguhkan, dikukuhkan tetapi hanya seketika lamanya (1 Ptr. 5:10) bagaikan emas diuji kemurniannya di dalam api (1 Ptr. 1:7).
Daud mengakui bahwa janji TUHAN adalah murni, Ia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya (Mzm. 18:31-36). Firman Tuhan adalah murni maka kita harus dimurnikan.
Daud memohon pengertian akan Firman Tuhan untuk dapat merenungkan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dan hidup menurut perintah-Nya serta mata terbuka untuk memandang keajaiban Taurat-Nya (Mzm. 119:27, 34- 35, 18). Jangan malah bersikap seperti dua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus yang tidak mengenal Yesus karena ada sesuatu yang menghalangi mata mereka dan hati mereka lamban tidak percaya pada apa yang telah dikatakan oleh para nabi (Luk. 24:16, 25, 29-31).
Marilah kita mengucap syukur atas karunia keselamatan dari Tuhan dan mengerjakan keselamatan dengan rasa takut dan hormat untuk lebih mengenal Pribadi Tuhan lebih dekat. Kita berpegang teguh pada Firman Tuhan dan terus meningkat hingga hidup sempurna dan tak bercacat cela di hadapan Tuhan, Mempelai Pria Surga kita. Amin.