Shalom,
Kita semua pasti mempunyai tempat tinggal masing-masing tetapi Tuhan sudah menyediakan satu tempat tinggal jauh lebih indah dan bersifat kekal; untuk itu kita harus bersedia pindah dan mempersiapkan diri untuk adaptasi dengan kondisi baru. Contoh: dalam mempersiapkan anak untuk sekolah di luar negeri, orang tua mengajar dia bagaimana belajar hidup mandiri di negeri orang seperti: memasak dan mencuci pakaian sendiri, mempelajari bahasa yang dipakai di negeri tersebut, tidak lupa beribadah dll. Dengan demikian, si anak sudah siap beradaptasi saat pindah ke tempat baru dengan budaya dan peraturan yang tidak sama dengan kebiasaan di negeri sendiri.
Sesuai dengan tema “Yang Layak Diam di Rumah Tuhan”, siapa/apa yang dimaksud dengan rumah Tuhan?
- Kita adalah bait Allah dan Roh Kudus diam di dalam kita (1 Kor. 3:16).
Apa artinya kita menjadi bait Allah tetapi tidak ada penghuninya yaitu Roh Kudus yang adalah Allah? - Gereja juga tempat Allah hadir.
Yesus menjadi sangat marah lalu mengusir pedagang-pedagang dan penukar-penukar uang yang berjual beli di dalam Bait Suci serta membalikkan meja dan menghamburkan uang ke tanah sambil mengatakan, “Rumah-Ku akan disebut rumah doa tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Mat. 21:13)
Jangan gereja yang seharusnya menghadirkan Tuhan karena tempat berkumpulnya dua atau tiga orang dalam Nama-Nya (Mat. 18:20) menjadi ajang bisnis tetapi gereja hendaknya fokus berbicara dan berkegiatan menyangkut Tuhan Yesus.
- Yerusalem baru tempat Allah dan umat-Nya berdiam penuh sukacita tanpa batas waktu (Why. 21:2-4).
Namun sebelum tinggal di Yerusalem baru, bagaimana kondisi Bait Allah yang ada di bumi ini? Daud menulis dalam Mazmur 15:1-5, “Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya, dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.”
Perlu diketahui tidak ada seorang pun hidup abadi di dunia ini. Kita tidak dapat menunda atau menolak ketika kematian tiba tetapi harus siap setiap saat tanpa dapat dibatasi oleh usia (tua-muda) atau kesehatan prima. Itu sebabnya ketika kita membaca Firman Tuhan secara pribadi atau mendengarkannya saat berjemaah di bait/rumah Allah kemudian Firman Tuhan dan Roh Kudus mengingatkan ‘cela’ yang tidak sesuai dengan Firman-Nya, kita harus segera menyelesaikannya.
Kalau begitu cela apa yang dapat menghalangi kita untuk berada di Yerusalem baru?
- Berkaitan dengan keadilan.
Setiap negara di dunia membuat hukum untuk keadilan masyarakatnya. Pemerintah Indonesia juga memiliki undang-undang dan peraturan yang harus ditaati oleh warganya. Pemerintah berusaha menciptakan hukum seadil- adilnya supaya rakyatnya sejahtera. Namun masalahnya, walau hukumnya sudah bagus, apakah pelaksanaan hukum ini telah dijalankan dengan baik?
Di zaman hakim-hakim bahkan sampai saat ini masalah suap menyuap masih saja terjadi sehingga ketidakadilan merajalela di mana-mana. Apa jalan keluarnya? Mazmur 19:10-11 menuliskan, “Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.”
Aplikasi: dengan takut akan TUHAN yang suci dan hukum-Nya yang benar dan adil, kita akan hidup tidak bercela di mana pun oleh karena penyucian Firman-Nya. Firman-Nya adalah kebenaran dan mampu memerdekakan kita dari perbudakan dosa (Yoh. 8:32).
Kenyataannya, banyak manusia hidup tidak takut akan Tuhan walau sudah beragama, mengaku percaya kepada Tuhan dan rajin beribadah tetapi “pakaian” perilaku mereka di gereja beda dengan tingkah laku di luar gereja. Mereka mengenakan pakaian lama berbalut pakaian baru. Firman Tuhanlah yang membuat kehidupan kita benar.
Menghadapi keadilan di dunia ini, Lukas 12:4-5 mengingatkan, “Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi….Takutilah Dia yang setelah membunuh mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka..”
Ketika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar alias mati, Allah telah menyediakan tempat kediaman kekal di Surga bukan buatan manusia juga mengaruniakan Roh Kudus sebagai jaminannya (2 Kor. 5:1-5).
Selama kita (hidup) di dalam kemah ini, kita mengeluh beratnya tekanan karena kita mau mengenakan pakaian baru tanpa mau menanggalkan yang lama supaya yang fana ditelan oleh hidup.
Ilustrasi: pakaian yang dipakai beberapa hari akan mengeluarkan bau keringat yang tidak sedap. Kalau berganti pakaian baru tanpa melepaskan pakaian lama yang berbau menyengat itu maka orang-orang di sekitar tetap mencium aroma tidak sedap itu. Ini merupakan cela!
Apakah kita hanya bertingkah laku baik nan sopan saat beribadah tetapi begitu keluar dari gereja sifat asli yang kasar dan mulut kotor berlaku lagi? Ingat, kita akan menghadap takhta pengadilan Kristus untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah kita lakukan selama hidup – yang baik maupun yang jahat (2 Kor. 5:10).
Supaya kita tidak bercela, Kristus mati menanggung segala cela dan dosa kita di atas kayu salib (ay. 15). Kita tidak mempunyai alasan untuk menolak Dia karena Yesus, Putra Tunggal Allah yang dikasihi-Nya diserahkan untuk menanggung segala kejahatan dan kesalahan kita. Kalau kita tidak mau memanfaatkan pengurbanan-Nya, kita akan menghadapi pengadilan-Nya nanti.
- Berkaitan dengan perkataan → lidah/mulut
Memang lidah tampak kecil tetapi dapat mencelakakan seluruh tubuh (Yak. 3:6). Tidak seorang pun berkuasa menjinakkan lidah; dengan lidah kita memuji Tuhan (pakaian baru), dengan lidah pula kita mengutuk manusia (pakaian lama); dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna yang dapat mengendalikan seluruh tubuhnya (ay. 8-12).
Semua ini bersumber dari hati yang memancarkan air pahit → timbulnya segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, dll. (Mat. 15:19) tetapi juga memancarkan air tawar (fresh = segar) → menjadi tempat Roh Kudus berdiam. Singkatnya, hati yang tidak didiami oleh Pribadi Allah akan menjadi jahat bahkan mencelakakan seluruh hidup kita. Sebaliknya, jika hati didiami oleh pribadi Allah, kita akan makin disucikan oleh Roh Kudus hari demi hari karena Roh Kudus mengingatkan kita akan Firman Tuhan saat kita bersalah. Masalahnya, maukah kita menaati bisikan Roh Kudus agar semua cela dihapuskan oleh kurban Kristus dan satu kali kelak kemah tempat kediaman (tubuh) kita yang lama dibongkar untuk beralih pada Yerusalem baru di mana Allah berdiam bersama umat-Nya dan kita termasuk di dalamnya (Why. 21:1-4).
Jelas yang dimaksud “gunung-Mu yang kudus” (Mzm. 15:1) adalah Yerusalem baru yang turun dari Surga (Why. 21:10) tidak dibuat oleh manusia. Di sana kita bersukacita bersama-Nya dan siang malam beribadah untuk selama- lamanya sementara yang bercela tinggal di luar tidak diizinkan masuk (Why. 22:14-16).
- Meminjamkan uang dengan makan riba.
Riba adalah bunga uang yang mencekik untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar. Misal: kalau kita mendepositokan uang di bank, kita beroleh bunga uang 5%; kalau pinjam uang di bank harus bayar bunga uang 7%. Namun kalau kita meminjam uang kepada lintah darah, kita harus mengembalikan uang dengan bunga 50%.
Berkaitan dengan riba, Firman Tuhan memperingatkan, “Padamu orang menerima suap untuk mencurahkan darah, engkau memungut bunga uang atau mengambil riba dan merugikan sesamamu dengan pemerasan tetapi Aku kaulupakan, demikianlah firman Tuhan Allah.” (Yeh. 22:12) Juga, “Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya melainkan engkau harus takut akan Allahmu supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.” (Im. 25:36)
Ternyata orang yang meminjamkan uang dengan makan riba tidak menolong mereka yang dalam kesusahan tetapi malah mencekik/memeras mereka sebab dia tidak takut akan Allah. Ini adalah cela! Waspada, mata Allah mengawasi rumah-Nya siang malam.
Kesaksian Pembicara: dua puluh lima tahun lalu istri beliau divonis mengidap kanker stadium akhir dan harus berobat di Jakarta dalam waktu berbulan-bulan sementara beliau tetap bekerja di Surabaya. Suatu kali ketika sedang menyantap makanan sendirian di suatu tempat sepulang dari kantor, tiba-tiba seseorang menyapa beliau dan ternyata teman sekuliah. Teman ini kaget ketika diberitahu tentang kondisi istri beliau yang menderita sakit cukup serius. Komunikasi antarmereka tetap berlanjut.
Ternyata Tuhan sedang memproses kehidupan beliau, tidak hanya istri dalam kondisi sakit, bisnis pekerjaannya di Jawa barat dan di Surabaya hancur habis-habisan dimakan oleh rekan sekerja dan dikorupsi oleh bawahannya. Namun di balik itu terjadi mukjizat kesembuhan total dari sang istri yang cukup membingungkan dokter yang sudah angkat tangan. Itulah saat Tuhan memanggil beliau untuk menyerah kepada-Nya dan diteguhkan oleh alm. Bpk. In Juwono yang meminta beliau datang ke Johor karena banyak pekerjaan di sana.
Kesaksian mukjizat kesembuhan sang istri membuat si teman (suami-istri) tertarik untuk beribadah di Lemah Putro. Suatu hari teman ini mengeluh kepada Beliau bahwa tempat tinggalnya sekaligus berfungsi sebagai toko segera disita bank dan mereka sekeluarga harus keluar dari rumah tersebut. Teman ini sangat membutuhkan uang dan mau pinjam dari Beliau. Mendengar berita yang menyedihkan ini, Beliau dan istri sepakat membantu mereka walau Beliau sendiri dalam pergumulan. Sambil menerima sejumlah uang, si teman mengatakan berapa persen bunga yang harus dibayarnya. Beliau mengatakan supaya uang itu dipakai dahulu kalau tidak mampu membayar tidak apa-apa. Dan benar rumahnya disita kemudian mereka pindah ke Jakarta dan beribadah di gereja Kabar Mempelai dengan sukacita.
Setelah lama tidak bertemu, mereka bertemu kembali melalui putra sulung Beliau yang mengenal kliennya yang ternyata putra dari teman lama Beliau. Si anak berterima kasih gara-gara menerima bantuan uang dia sembuh dari demam berdarah parah yang hampir merenggut nyawanya. Kondisi keuangan si teman dipulihkan dan Beliau ikut bersukacita dapat membantu mereka dengan tulus walau mereka sendiri membutuhkan uang saat itu.
Harus diakui selama masih hidup di dunia ini kemah kediaman kita (tubuh jasmani) masih ditandai oleh cela yang perlu terus menerus disucikan oleh Firman Tuhan untuk beroleh “pakaian baru” hingga suatu saat nanti kita diubahkan sepenuhnya dalam tubuh kemuliaan untuk layak tinggal di dalam Yerusalem baru bersama-Nya menikmati sukacita dan kebahagiaan selama-lamanya. Amin.