Shalom,
Sungguh bila Tuhan beserta dan hadir di dalam hidup kita maka kuatlah roh dan jiwa kita; bahkan Roh Kudus tinggal bersama kita selama-lamanya hingga Ia datang kembali. Namun benarkah kita merasakan kehadiran-Nya ketika datang beribadah di gereja sebagai rumah Tuhan?
Menurut Daud siapa yang boleh datang ke rumah TUHAN? Dia menulis, “TUHAN, siapa yang boleh menumpang (abide = berdiam) dalam kemah-Mu (Your tabernakel)? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina (despised = membenci) orang yang tersingkir (a vile person = orang keji) tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap, melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama- lamanya.” (Mzm. 15:1-5)
Apakah Daud yakin diperbolehkan berada di dalam kemah/tabernakel Allah bertempat di daerah pegunungan? Saat itu Musa sudah mati dan Tabernakel tidak lagi seperti Tabernakel (bongkar-pasang) yang didirikan oleh Musa atas perintah Allah di bawah Gunung Sinai.
Berbeda dengan gereja di mana kita beribadah sekarang yang dibangun secara permanen, layakkah kita berada di rumah Tuhan? Apa kriteria seseorang boleh datang atau layak diam di rumah Tuhan menurut tolok ukur Tuhan bukan peraturan dari sinode gereja? Daud dalam urapan Roh Kudus menulis siapa yang layak berada di dalam Tabernakel Allah dan berdiam di gunung kudus milik-Nya, yakni:
- Berperilaku/tabiat hidup tidak bercela,
- Lidah tidak menyebarkan fitnah,
- Mata memandang hina (membenci) orang berhati busuk/keji tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN,
- Persoalan uang: tidak meminjamkan uang dengan makan riba juga tidak menerima suap.
Ilustrasi: masing-masing dari kita mempunyai rumah dengan status kepemilikan beda-beda tetapi pemilik rumah berhak mengizinkan siapa yang boleh masuk ke rumahnya. Makin penting suatu bangunan seperti istana kepresidenan, Gedung putih, kerajaan Inggris dll. makin ketat penjagaan dan keamanannya terlebih lagi Kerajaan Surga. Di era Musa, Allah menyuruh Musa mendirikan Tabernakel karena Ia mau diam di tengah-tengah umat-Nya (Kel. 25:8).
Hendaknya kita rindu tinggal di Tabernakel Tuhan yang tidak tertandingi oleh gereja besar nan hebat mana pun di dunia ini dan bertemu dengan Pemiliknya itulah TUHAN, Sang Pencipta alam semesta.
Apa yang terdapat di gunung-Nya yang kudus? “Sebab Tuhan telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya (has desired it for His dwelling place = merindukan, berhasrat menjadikannya tempat tinggal- Nya).” (Mzm. 132:13) Terbukti TUHAN berhasrat menjadikan Gunung Sion sebagai tempat kediaman-Nya.
Introspeksi: apakah kita memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Tuhan sehingga kita dianggap layak berada di dalam tabernakel, tempat kediaman-Nya? Jika melihat kriteria di atas yang menjadi tolok ukur Tuhan, tidak ada seorang pun layak tinggal di dalam kemah/tabernakel-Nya. Bahkan banyak orang tidak mau masuk ke rumah Tuhan/gereja bertemu dengan-Nya karena menganggap peraturannya terlalu banyak dan ketat.
Sesungguhnya kita tidak perlu takut datang ke rumah Tuhan sebab Yesus pernah mengatakan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:31-32) Mendengar perkataan Yesus, orang Yahudi marah dan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Lebih lanjut Yesus menjawab, “..setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” (ay. 34-36) Siapakah Anak ini? Itulah Yesus.
Memang kita dahulu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kita bukan lagi orang asing melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-angota keluarga Allah (Ef. 4:12-13,19).
Bicara mengenai perilaku tidak bercela, tidak ada seorang pun hidup tanpa cela. Buktinya, saat Yesus mengajar di Bait Allah, tiba-tiba ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka meminta pendapat Yesus (untuk mencobai-Nya) apa yang harus dilakukan karena menurut hukum Taurat, perempuan berzina ini harus dilempari batu. Sebenarnya dalam kasus perzinaan, baik pelaku laki-laki maupun perempuan harus dihukum mati (Ul. 22:22). Yesus yang ditantang dan dipojokkan menjawab dengan tenang, “Barangsiapa di antara kamu tidak dosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yoh. 8:7) Mendengar perkataan Yesus, pergilah mereka seorang demi seorang mulai dari yang tertua meninggalkan Bait Allah hingga tinggal Yesus seorang diri dengan perempuan itu tetap di tempatnya (ay. 9). Tidak ada lagi yang tinggal di rumah Tuhan kecuali perempuan berzina yang seharusnya mati menurut hukum Taurat tetapi Yesus menyelamatkan dan menyuruhnya tidak berbuat dosa lagi (ay.11).
Kenyataannya, tidak ada seorang pun berbuat baik (Mzm. 53:2; Rm. 3:12). Jelas, kita diselamatkan oleh kasih karunia bukan hasil perbuatan kita (Ef. 2:5,8-9). Kalau kita telah hidup sembrono dan melakukan banyak perbuatan dosa, bertobat dan akui semua pelanggaran kita untuk minta pengampunan dari Tuhan; setelah itu kita tidak lagi mengulangi perbuatan dosa yang sama. Dengan demikian, kita direkrut masuk ke dalam keluarga Allah, dibangun menjadi bait-Nya di mana Roh Kudus tinggal di dalam kita (1 Kor. 3:16).
Introspeksi: kita boleh memenuhi gereja tetapi kalau hati kita tidak ada Yesus apa artinya? Setelah ibadah on line lebih dari dua tahun, apakah kita bergairah kembali untuk beribadah ke rumah Tuhan? Atau kita sudah merasa nyaman mengikuti ibadah on line tanpa perlu diburu waktu untuk bangun pagi dan ganti pakaian?
Saulus yang awalnya begitu bengis mengalami keubahan hidup total setelah bertemu Yesus dan layak diam di tabernakel Allah Surgawi karena memenuhi kriteria yang disebut oleh Daud. Berbanding terbalik dengan pemuda kaya yang datang kepada Yesus ingin memperoleh hidup kekal dan mengaku sudah melakukan perintah Allah seperti: tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tidak berdusta tetapi Yesus mengingatkan satu hal yang kurang kemudian menyuruh dia menjual segala miliknya, memberikannya kepada orang miskin dan mengikut Yesus. Apa reaksinya? Dia pergi meninggalkan Yesus; terbukti dia lebih memilih harta kekayaannya ketimbang Yesus, Pemilik Kerajaan Surga. Waspada, jangan berkat Tuhan yang melimpah malah membuat kita kehilangan Dia. Tidak seorang pun dapat melakukan 10 hukum Taurat dengan sempurna, melanggar satu bagian darinya sama dengan bersalah terhadap seluruhnya (Yak. 2:10). Itu sebabnya Allah berinkarnasi menjadi manusia Yesus untuk menyelamatkan kita supaya kita dilayakkan masuk ke dalam tempat kediaman-Nya.
Jangan pula bertindak seperti orang Farisi yang datang ke Bait Allah lalu berdoa menyombongkan diri telah berbuat baik seperti: tidak merampok, tidak lalim, tidak berzina, puasa dua kali seminggu, memberikan persepuluhan sementara pemungut cukai yang berdiri jauh menyesali perbuatannya dan mengaku sebagai orang berdosa (Luk. 18:11-13). Alhasil, Yesus membenarkan perilaku pemungut cukai yang rendah hati (ay. 14).
Bagaimana kita dapat datang ke gunung Sion Surgawi? Ibrani 12:18-20 menuliskan tentang penampakan TUHAN di gunung Sinai (tiga bulan setelah bangsa Israel keluar dari Mesir) dalam awan tebal dan angin badai serta bunyi sangkakala yang sangat keras, membuat bangsa Israel ketakutan mendengar suara-Nya dan memohon supaya tidak lagi berbicara kepada mereka sebab mereka tidak tahan mendengarnya (Kel. 19:16) bahkan Musa pun ketakutan dan gemetar. Di Gunung Sinai, Allah berbicara tentang sepuluh hukum kepada Musa dan peraturan- peraturan (Kel. 20 – 23) juga memerintahkan pembuatan Tabernakel (bongkar pasang) menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadanya (Kel. 25:8-9).
Jauh berbeda ketika datang ke Bukit Sion (Surgawi), ke kota Allah yang hidup, Yerusalem Surgawi di mana ada kumpulan beribu-ribu malaikat dan jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di Surga serta Allah menghakimi semua orang. Juga ada Yesus, Pengantara perjanjian baru. Jangan kita menolak Dia yang berfirman!
Memang saat ini kita masih hidup di dunia tetapi hati dan pikiran kita menuju ke Sion Surgawi sebab kita akan menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan. Ia akan menggoncangkan bumi dan langit sekali lagi supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan (Ibr. 12:22-27).
Aplikasi: hendaknya kita tidak menolak Yesus, Sang Firman, dan Firman yang diberitakan oleh hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya kita adalah tabernakel/rumah Tuhan yang dimiliki oleh-Nya di mana Allah, Sang Pencipta, berdiam di dalam kita.
Kita yang sudah diselamatkan di dalam Yesus Kristus dilayakkan untuk tinggal di tabernakel kediaman Allah juga di Gunung Sion yang dimiliki-Nya. Marilah kita dalam keluarga – suami, istri, anak dst. – membangun tabernakel rohani di rumah, di pekerjaan dll. di mana Allah, Sang Pencipta alam semesta, hadir juga Roh Kudus berdiam di dalam kita hingga satu kali kelak kita tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selama-lamanya. Amin.