Roh Kudus Adalah Jaminan Untuk Menjadikan Kita Milik Allah

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Johor, 25 Februari , 2018

Shalom,

Ada seorang pendeta yang selalu menyertakan kata “shalom” saat diminta untuk mem-bubuhkan tanda tangan. Beliau sangat memahami makna dari “shalom” yang berkaitan erat dengan keharmonisan kita dengan Allah, kita dengan sesama dan kita dengan ciptaan lainnya. Bumi ini diciptakan agar ada keharmonisan antara satu dengan lainnya. Bagaimana mungkin kita dengan mudahnya mengatakan “shalom” tetapi kita tidak ada keharmonisan dengan diri sendiri – tidak menjaga diri dengan baik alias hidup sembrono? Ini sama dengan kita menyia-nyiakan “shalom” yang Tuhan sediakan. Marilah kita terlebih dahulu menjaga shalom/keharmonisan kita dengan Allah Tritunggal namun kali ini kita fokus pada Roh Kudus. Efesus 1:13-14 menuliskan, “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah untuk memuji kemuliaan-Nya.”

Apa kaitan Roh Kudus dengan Bapa Surgawi juga dengan Yesus Kristus? Allah Bapa memilih kita sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4) dan menjadikan kita anak-anak-Nya melalui Putra tunggal-Nya, Yesus Kristus (ay. 5) dengan pengurbanan darah-Nya untuk menebus kita dari dosa (ay. 6). Bagaimana dengan Roh Kudus? Mereka erat berkaitan dan saling bergantung satu sama lain (interdependent) hingga Yesus berkata, “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.” (Mat. 12:31-32)

Kalau begitu, seberapa penting peran Roh Kudus dalam mewujudkan mahakarya Allah Tri-tunggal? Roh Kudus adalah jaminan bagi kita untuk beroleh berkat rohani di dalam Surga seluruhnya yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah.

Apa yang dimaksud dengan jaminan? Jaminan adalah tanggungan atas pinjaman yang diterima, agunan, garansi. Ilustrasi: ketika kita parkir mobil di Mal, kita mendapatkan secarik kertas (karcis) sebagai jaminan untuk mobil kita. Seusai berbelanja kita kembali ke tempat parkir mobil untuk keluar dari Mal tersebut. Tiba di loket pembayaran, kita cukup mengeluarkan karcis (jaminan) dan mobil kita boleh keluar. Masalah akan timbul jika karcis kita hilang karena penjaga karcis tidak akan percaya apakah mobil itu milik kita, dia akan meminta STNK dll. untuk membuktikan kepemilikan mobil tetapi kita tetap kena denda.

Roh Kudus merupakan jaminan keselamatan yang tidak dapat dipermainkan atau diatur apalagi disogok untuk menurut kemauan kita. Dia rela menjadi jaminan agar kita beroleh keselamatan hidup seluruhnya. Sekarang kita masih mendapatkan sebagian, jika kita hidup sembrono tanpa pimpinan Roh Kudus, keselamatan sepenuhnya yang Tuhan janjikan bisa hilang. Contoh: Roh Kudus pergi dari Raja Saul karena dia tidak melaksanakan perintah Tuhan secara utuh (1 Sam. 15:19; 16:14). Daud hampir kehilangan Roh Kudus karena berzina dan membunuh tetapi dia sangat mengerti peran Roh Kudus sehingga dia memohon agar Roh Kudus tidak diambil darinya (Mzm. 51:13). Memang di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus dapat pergi meninggalkan kehi-dupan seseorang tetapi zaman Perjanjian Baru, Roh Kudus tinggal dalam kehidupan seseorang selamanya.

Kita mempelajari lebih jauh Efesus 1:13-14 menurut pola Tabernakel, antara lain:

  • “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengarfirman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu →Pintu Gerbang

Kita percaya lalu timbul iman setelah mendengar Firman Kristus (Rm. 10:17) yang disam-paikan oleh para hamba-Nya. Orang yang percaya Firman Allah akan melakukan perintah-Nya; jika mengaku percaya Firman Tuhan tetapi kelakuannya tidak beres, ini berarti dia belum/tidak percaya.

Yesus sendiri mengatakan, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk. 16:16).

Introspeksi: khotbah apa yang disampaikan di mimbar? Bagaimana jemaat dapat percaya dan beriman jika khotbah yang disampaikan lebih banyak berisi guyonan, dongeng, filosofi dunia dll. ketimbang pengungkapan Firman Allah?

Kita juga harus hati-hati untuk tidak mudah percaya dengan berita maupun ‘khotbah’ yang di-broadcast dari media sosial (WA, YouTube dll.) yang dapat membuat kita gelisah bahkan ketakutan, misal: berita kedatangan Tuhan, gereja setan dll. Jangan cepat takut tetapi takutlah bila di dalam gereja tidak ada Firman Tuhan. Berpeganglah teguh pada 2 Tesa-lonika 2:1-5,9-12 (tentang kedatangan Tuhan kedua kalinya) untuk tidak disesatkan dengan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan oleh si pendurhaka, Iblis.

Jemaat harus belajar untuk suka membaca Alkitab – Firman Allah – dan bersedia mende-ngarkan Firman penyucian yang menyelamatkan juga berdoa agar para pembicara di mimbar menyampaikan Firman kebenaran bukan mempromosikan berkat-berkat jasmani untuk menarik banyak jiwa datang. Waspada, apa yang dikhotbahkan di mimbar harus diterapkan dalam keseharian hidup, jika tidak, pembicara tersebut berdusta dan jemaat terkena imbasnya menjadi hancur. Bukankah Adam dan Hawa termakan dusta ular, akibatnya seluruh keturunan mereka hancur? Itu sebabnya Rasul Paulus mohon didoakan agar diberi keberanian untuk menyampaikan rahasia Injil (Ef. 6:19). Kenyataannya, sekarang banyak pendeta senang disanjung sehingga gampang mempermainkan Firman untuk memuaskan telinga jemaat.

Kita tidak dapat berdiri netral, pilihan ada dua: jika kita tidak menyukai Firman kebenaran, kita pasti menyukai kejahatan termasuk dusta (bnd. 2 Tes. 2:12). Waspada, kita dapat menghafal seluruh Alkitab tetapi Roh Kudus tidak dapat ditipu.

  • “di dalam Dia kamu juga ketika kamu percayadimeteraikan dengan Roh Kudus→Pintu Kemah

Pintu Kemah menjadi pembatas antara Pelataran dan Tempat Kudus yang mana di dalamnya ada Meja Roti Sajian, Kandil Emas dan Mazbah Pembakaran Ukupan.

Roh Kudus turun pertama kali di hari Pentakosta saat semua orang percaya berkumpul di satu tempat dan mereka dipenuhi Roh Kudus lalu berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (Kis. 2:1-4). Untuk apa mereka berkata-kata dalam pelbagai bahasa yang tidak pernah dipelajari sebelumnya? Memberitakan tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis. 2:11) → Kandil Emas

Introspeksi: masihkah kita dipenuhi dan dijamin oleh Roh Kudus? Bagaimana dengan tutur kata kita? Apakah lebih banyak menyanjung seseorang (bahkan menyanjung diri sendiri dan menjelekkan orang lain) atau memuliakan perbuatan besar Allah yang membawa manusia berdosa dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib?

Suatu hari Petrus mendapat penglihatan tentang binatang-binatang haram dan Tuhan menyuruh dia untuk memakannya. Dengan tegas dia menolaknya karena dia tidak pernah makan sesuatu yang haram. Penglihatan ini terjadi sampai tiga kali. Petrus yang berpen-dirian teguh mulai berpikir apa makna dari penglihatan tersebut (pendeta juga harus suka berpikir tidak hanya memakai perasaan hati). Selagi dia bertanya-tanya dalam hati, datang-lah orang-orang suruhan Kornelius (bangsa kafir) yang dituntun Roh Kudus mencari dia. Petrus cepat tanggap, dia menghubungkan penglihatan yang dialaminya dengan orang-orang yang mencarinya kemudian menemukan kebenaran, dia harus ikut dengan mereka ke rumah perwira Kornelius. Akhirnya keluarga Kornelius dimenangkan dan dibaptis Roh Kudus (Kis. 10:9-27, 34-36, 44-48). Mulut bangsa kafir yang sebelumnya penuh dusta dan hujatan berubah menjadi memuji Tuhan. Apa yang terjadi selanjutnya dengan Petrus? Dia dikecam oleh orang Yahudi dan disidang di Yerusalem tetapi dia dapat mempertanggungjawabkan kejadian tersebut membuat mereka tenang dan memuliakan Allah (Kis. 11:1-18).

Aplikasi: hendaknya kita yang sudah dipenuhi Roh Kudus tidak mengeraskan hati tetapi belajar menuruti pimpinan Roh Kudus yang kadang tidak selaras dengan pikiran kita. Jelas sekarang, tanda orang dipenuhi Roh Kudus bukanlah karena fasih berbahasa lidah tetapi menyatakan kebesaran Tuhan. Berhentilah berbicara kotor dan dusta supaya tidak menga-lami peristiwa tragis seperti telah dialami suami-istri, Ananias dan Safira, yang mendustai Roh Kudus (Kis. 5:1-10).

Jangan kita mendukacitakan Roh Kudus (Ef. 4:30) dengan sikap dan tindakan kita yang menentang bimbingan-Nya. Jika sikap tidak dengar-dengaran tetap dipertahankan, kita me-madamkan Roh Kudus (1 Tes. 5:19). Roh Kudus yang berdiam dalam kita tidak suka berbantah-bantah, Dia tidak lagi bersuara mengingatkan kita; akibatnya sangat fatal bagi kita.

Roh Kudus memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) dengan mencintai Firman kebenaran untuk memuliakan Bapa Surgawi.

Di era Tabernakel Musa, hanya imam-imam yang diperbolehkan makan roti di atas Meja Roti Sajian (Im. 24:9). Bagaimana dengan kita yang mengaku imam-imam melayani Tuhan? Apakah kita suka mengonsumsi Roti hidup – Firman Allah? Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin (Yer. 17:10). Tidak heran, sering pelayanan kita ‘naik-turun’ karena kita tidak mencintai Firman-Nya dengan sungguh-sungguh.

Jangan lupa, dua susun roti di Meja Roti Sajian tersebut dibubuhi kemenyan tulen di atasnya (Im. 24:7). Jika kita malas bahkan bosan membaca Alkitab, kita sebenarnya sedang mendukakan Roh Kudus.

Bagaimana dengan kehidupan doa kita → Mazbah Pembakaran Ukupan

Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita bagaimana sebenarnya harus berdoa, Dia berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26).

Introspeksi: apakah kita lebih memfokuskan isi doa yang bagus dan teratur untuk menye-nangkan orang yang mendengarnya? Atau kita berdoa dan ngotot agar keinginan kita segera dikabulkan oleh Tuhan? Mintalah Roh Kudus membimbing kita berdoa untuk men-cetuskan isi hati kita sesuai dengan kehendak Allah.

Rasul Paulus mengingatkan kita untuk berdoa setiap waktu di dalam Roh (Ef. 6:18) supaya kehidupan pribadi, nikah dan keluarga kita kuat menghadapi godaan dan tantangan hidup.

  • “sampai kita (= bangsa Yahudi dan bangsa non-yahudi) memperoleh seluruhnya yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah untuk memuji kemuliaan-Nya(Shekinah Glori) →Peti Perjanjian

Pintu Kemah menjadi patokan kita untuk mengenang apa yang sudah berlalu dan melangkah untuk menjaga harmonisasi hubungan kita dengan Roh Kudus agar kita dibawa masuk ke Tempat Kudus dan masuk ke dalam lagi ke Tempat Mahakudus di mana terdapat Tabut Perjanjian tanpa halangan tabir karena sudah terobek oleh kematian Yesus (Mat. 27:51).

Perlu diketahui bangsa Yahudi merupakan bangsa pilihan yang langsung terkait dengan Allah di Surga. Rasul Paulus, orang Yahudi, menulis surat kepada jemaat Efesus, bangsa kafir, untuk mengenang dan menyakinkan bahwa mereka (juga kita) juga telah dipilih oleh-Nya, dimeteraikan dengan Roh Kudus untuk dijadikan milik-Nya. Dengan kata lain, terjadi keharmonisan dan kesatuan antara bangsa Yahudi dan bangsa kafir.

Akan tiba saatnya kita memperoleh seluruh jaminan yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah dan bersatu dengan-Nya → Peti Perjanjian di dalam Tempat Mahakudus

Tak terlukiskan rasa syukur kita kepada Allah Tritunggal, oleh darah Yesus kita dijadikan anak-anak Allah, oleh Roh Kudus dan Firman-Nya kita dibimbing hidup dalam kekudusan untuk satu kali kelak kita menjadi milik-Nya dan bersatu dengan-Nya selamanya. Amin.