Kita Ditebus Menjadi Imam-imam Untuk Kemuliaan Bapa

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Lemah Putro, 18 Februari, 2018

Shalom,

Kita sangat menikmati ketika menyanyikan lagu yang menyatakan Yesus sungguh dahsyat dan Ia sanggup mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada. Sejauh mana dahsyat-Nya Tuhan bagi kita?
Untuk mengenang seorang pemimpin negara karena keberhasilannya, dibuatlah biografi yang menulis tentang latar belakang kehidupannya, pengalaman kehebatan-nya dalam memimpin dan mengelola negara yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan dll. maju dengan pesat. Apa bedanya kehebatan Yesus dengan kedahsyatan pemimpin-pemimpin dunia? Alkitab menuliskan biografi Yesus (tentang Pribadi juga perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat) dan diterjemahkan dalam ratusan bahasa, seberapa jauh kita mengenal kehebatan-Nya?
Apa kata Surat Efesus tentang kedahsyatan Yesus? Efesus 1:7, 11-12 menuliskan, “Sebab di dalam Dia (= Yesus Kristus; Red.) dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan yaitu pengampunan dosa menurut kekayaan kasih karunia-Nya,… Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya – supaya kami yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.”
Waspada, jika kita kurang/tidak suka membaca Alkitab, kita menemukan kedahsyatan Yesus hanya sepenggal-penggal. Ini yang membuat masalah kita tidak terselesaikan dengan tuntas karena kita hanya bertemu Yesus dalam kedahsyatan dan kasih yang tidak seutuhnya.  


Allah mengurapi hamba-hamba-Nya untuk menulis riwayat-Nya mulai dari Kitab Keja-dian diakhiri Kitab Wahyu oleh gerakan Roh Kudus bukan oleh gerakan emosi manusiawi penuh sentimen juga bukan oleh gerakan roh budaya.  
Jangan pernah melupakan bahwa Allah Tritunggal selalu bekerja sama (Ef. 1:3-14) meskipun kali ini kita fokus pada Pribadi Yesus agar Bapa di Surga tetap dimuliakan dan Roh Kudus tidak diabaikan.
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan (ay. 4). Berbicara mengenai pemi-lihan, pasti ada kriteria yang harus dipenuhi antara lain: inteligensi tinggi, moral baik, dst. Bahkan pecinta binatang yang ingin membeli binatang kesayangan (anjing, kucing, kuda, dll.) akan memeriksa dengan teliti apakah kondisi binatang tersebut sehat tidak sakit-sakitan; terlebih lagi manusia. Namun bagaimana kondisi kita saat Allah memilih kita? Justru dalam keadaan berdosa (Rm. 5:8), bobrok dan siap ‘dibuang’ dalam hukuman kekal. Bagaimana mungkin kita dipilih oleh-Nya? Melalui Putra tunggal-Nya, Yesus, yang mati disalib ganti kita. Oleh darah-Nya, kita beroleh penebusan yaitu pengampunan dosa (Ef. 1:7). Darah-Nya sangat mahal (1 Ptr. 1:19) dan tidak tergantikan oleh apa pun demi keselamatan jiwa kita. Apa gunanya kita memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawa/jiwa (Mat. 16:26)? Sesungguhnya kita tidak perlu mati-matian mengejar kekayaan dunia sebab Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi mereka yang dicintai-Nya (Mzm. 127:2).

Pilihan Allah sering tidak selaras dengan pikiran manusia bahkan hamba Tuhan dan nabi hebat pun dapat salah pikir dan salah pilih. Apa kriteria pemilihan Tuhan ter-hadap manusia?
·    Ia tidak melihat rupa tetapi melihat hati seseorang (1 Sam. 16:7).
Nabi Samuel disuruh Allah memilih orang pengganti Raja Saul yang ditolak Allah karena ketidaktaatan. Pilihan jatuh pada anak-anak Isai, ternyata Samuel yang penuh Firman Allah dan Roh Kudus tidak selalu mau ‘dipimpin’ oleh Roh Kudus. Pikirannya sendiri muncul melihat kegagahan Eliab, Abinadab, Syama (prajurit perang; 1 Sam. 17:13) tetapi diingatkan Allah untuk tidak melihat penampilan luar (1 Sam. 16:6-7). Tujuh anak Isai tidak terpilih semuanya, akhirnya pilihan jatuh pada anak bungsu, Daud, pemuda sederhana tidak berpendidikan tinggi yang ha-nya menggembalakan kambing domba (ay. 10-12).
Pembelajaran: hamba Tuhan sehebat apa pun harus taat pada pimpinan Roh Kudus, jangan mudah menuruti ‘bisikan Roh Kudus’ atau ‘Roh Kudus berbicara kepada saya’ yang malah bisa salah karena tidak sesuai kehendak Tuhan. Bagi jemaat, jangan menilai pendeta dari kepiawaian berkhotbah, hebatnya mukjizat-mukjizat spektakuler yang dilakukannya tetapi bagaimana keseharian hidupnya dalam mempraktikkan Firman Tuhan.
·    Ia menepati janji kepada Abraham yang taat kepada-Nya (Ul. 7:7-8)
Allah memilih bangsa Israel menjadi umat kesayangan-Nya, kata-Nya, “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu – bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan kepada nenek moyangmu…”
Allah memberkati umat yang dikasihi-Nya, terbukti waktu Israel/Yakub pindah ke Mesir, jumlah mereka hanya 70 orang (Kej. 46:27) tetapi keluar dari perbudakan Mesir ± 2½ juta orang.  
·    Ia memilih orang yang menyadari siapa dirinya.
Allah memilih Harun dari suku Lewi yang terkenal kebengisannya (Kej. 49:5-7) dengan membunuh seluruh laki-laki Sikhem yang lagi kesakitan karena sunat (Kej. 34:25-26).
Harun juga memiliki sifat-sifat buruk, antara lain:
-    Tidak berpendirian tegas, mudah terpengaruh. Contoh: ketika bangsa Israel tidak sabar menunggu Musa turun dari gunung Sinai, mereka mendesak Harun membuat anak lembu emas untuk disembah. Harun tidak berani menolak permintaan mereka, dia mengumpulkan anting-anting emas untuk dijadikan patung anak lembu, mendirikan mazbah di depan patung tersebut dan meng-umumkan ‘hari raya bagi TUHAN’ (Kel. 32:1-5).  
-    Suka melempar kesalahan kepada orang lain.
Ketika Musa menegur Harun yang mendatangkan dosa besar kepada bangsa Israel, dia menyalahkan mereka, katanya, “….engkau sendiri tahu bahwa bangsa ini jahat semata-mata.” (Kel. 32:22)
Introspeksi: sadarkah keadaan kita, para imam, sebelum dipilih oleh-Nya? Juga para calon imam yang sudah diseleksi dan diberikan pembimbingan, apakah layak ditahbiskan menurut ukuran Firman Allah? Jangan sukacita melayani hanya bersifat sementara setelah itu kendor atau terkontaminasi oleh pelayanan imam-imam lama yang tidak menjadi contoh bagi para imam yang baru.  
Bagaimanapun juga Tuhan tetap memilih dan menetapkan Harun sebagai imam besar yang menyadari kelemahannya sehingga dia dapat mengerti orang-orang jahil dan tersesat dan membawakan persembahan kurban karena dosa bukan bagi umat saja tetapi juga bagi dirinya sendiri (Ibr. 5:1-3).
·    Ia memilih yang bodoh/lemah bagi dunia untuk mempermalukan orang-orang berhikmat/kuat supaya tidak ada seorang pun memegahkan diri di hadapan Allah (1 Kor. 1:26-31).  
Jangan salah mengerti bahwa kita tidak boleh menuntut ilmu setinggi-tingginya supaya pandai! Yang dikhawatirkan ialah perolehan hikmat dunia tanpa melibatkan Allah justru malah menjerumuskan diri sendiri. Contoh: Raja Salomo memiliki segalanya – kekayaan, ketenaran juga hikmat dari Allah. Dengan hikmat dari Allah, Raja Salomo mampu menggubah 3.000 amsal dan 5.000 nyanyian (1 Raja. 4:32), memecahkan masalah-masalah sulit (1 Raja 3:16-27; 10:3) dst. Namun sayang, di hari tuanya dia tidak setia kepada Allah tetapi hatinya lebih berpaut pada perempuan-perempuan yang mencondongkan hatinya kepada allah-allah mereka (1 Raja. 11:1-2). Bagaimana mungkin hikmat Allah digunakan untuk menikahi 700 istri dan 300 selir! Dalam tulisannya di Pengkhotbah, dia mengakui bahwa semua hikmat yang diperolehnya adalah sia-sia (Pkh. 2:15) karena dia belum memperoleh Hikmat sesungguhnya itulah Pribadi Allah sendiri.
Itu sebabnya Allah hendak memusnahkan hikmat manusia/dunia supaya manusia kembali kepada hikmat Allah (1 Kor. 1:19-21). Siapakah hikmat Allah itu? Kristus (ay. 24) tetapi manusia memandang betapa bodohnya Allah. Masakan Allah yang luar biasa menjadi manusia, Yesus, yang lemah tak berdaya, ditolak, dihina bahkan disiksa dan disalib tanpa ada perlawanan sedikitpun. Manusia tidak mengerti rencana Allah bahwa batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan dipilih Allah menjadi batu penjuru (1 Ptr. 2:4,7) itulah Yesus Kristus.
Bila kita menyadari siapa kita dahulu sebelum mengenal Tuhan kemudian beroleh kasih karunia keubahan hidup dari-Nya, kita tidak akan mudah menghakimi orang-orang yang bermasalah (trouble makers) tetapi menolong dan membawa mereka untuk mengenal Tuhan yang mampu mengubah hidupnya seperti yang telah kita alami. Tegaskan kepada mereka bahwa kehidupan kita dapat berubah baik setelah diperdamaikan dengan Allah.  
Tahukah bahwa kita diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:10)? Jangan terjebak melakukan kebaikan karena peraturan Taurat atau organisasi gereja seperti dilakukan oleh seorang muda kaya (Mat. 19:16-22). Dia merasa sudah menuruti semua hukum Taurat lalu bertanya kepada Yesus, “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Yesus melihat ‘cacat’ yang ada dalam hati orang muda tersebut dan mau mengangkat cacatnya supaya sembuh dan suci hatinya. Apa kata-Nya? “Jikalau engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin maka engkau akan  beroleh harta di sorga kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Namun orang muda kaya itu lebih suka hidup ‘cacat’ dengan hartanya ketimbang melakukan perbuatan baik yang Yesus tawarkan.
Waspada dengan perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan! Jangan bangga dan merasa hebat karena mampu melakukan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh gereja serta setia beribadah kemudian mudah menghakimi mereka yang ‘bolong-bolong’ beribadah tanpa menelusuri penyebab sebenarnya! Sesungguhnya, tidak ada seorang pun berbuat baik, semua telah menyeleweng (Rm. 3:12).  
Apa tujuan kita dipilih menjadi kepunyaan Allah setelah hati kita disucikan oleh darah Yesus? Untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari-Nya yang telah me-manggil kita keluar dari kegelapan dosa kepada terang-Nya yang ajaib (1 Ptr. 2:9-10).  
Jelas sekarang, bila kita melihat seseorang lemah iman dan banyak kekurangan, kita berkewajiban menolong orang itu dan memperkenalkannya kepada Yesus yang sanggup menolongnya. Ilustrasi: siapa mau memilih kucing mati yang makin hari makin bertambah busuk? Kita dahulu mati dalam pelanggaran dan dosa (Ef. 2:1) yang menimbulkan banyak masalah – tutur kata kotor, sikap dan tindakan kasar, dst. – tetapi dihidupkan Allah oleh kasih-Nya yang besar (ay. 4). Setelah kita ditolong Tuhan, kita tidak boleh berdiam diri tetapi harus menolong orang-orang yang masih hidup dalam kegelapan dosa sebab sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, hatinya selalu cenderung membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5).
Kegelapan dosa makin hari makin pekat dan nyata, buktinya kejahatan kriminal makin sadis dilakukan oleh anak-anak umur belasan tahun belum lagi kejahatan seksual yang menjijikkan dilakukan tanpa rasa malu akibat tayangan pornografi yang begitu mudah diakses. Perselingkuhan juga terjadi dalam gereja karena banyak jemaat tidak suka mendengarkan Firman penyucian.
Hidup dalam terang-Nya yang ajaib dan menjadi imamat rajani dibuktikan dengan melakukan perbuatan-perbuatan terang dengan membuang semua perkataan kotor, percabulan dan keserakahan (Ef. 5:3-4). Siapa yang takut akan terang pasti lebih suka hidup dalam kegelapan. Contoh: setelah jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa takut dan menjauhi terang. Bahkan mendengar bunyi langkah Allah, mereka langsung bersembunyi di antara pohon-pohonan dalam taman (Kej. 3:7-8).  
Kita patut bersyukur telah beroleh pengampunan dosa oleh darah Yesus, disucikan dan ditahbiskan menjadi imam-imam bagi Allah untuk kemuliaan-Nya (Why. 1:6). Hendaknya kita mempertahankan keimaman kita dengan setia kepada-Nya, mengasihi-Nya dengan suka membaca dan merenungkan Firman-Nya serta menghargai pengurbanan-Nya hingga satu saat kita duduk bersama dengan-Nya selamanya di Yerusalem baru. Amin.