Peran Yesus Kristus

Pdm. Stephanus F.Y. Songan, Minggu, Johor, 18 Februari 2018

Shalom,

Sudahkah kita mengalami keajaiban dan pertolongan Firman Tuhan dalam kehidupan kita? Kita masih merenungkan Surat Efesus yang secara umum terbagi dua bagian:

  • Efesus 1 – 3 menuliskan rencana Allah bagi manusia dan apa yang dilakukan-Nya.
  • Efesus 4 – 6 berbicara mengenai respons manusia terhadap karya Allah. Apa yang manusia harus lakukan setelah menerima dan mengetahui karya Allah tersebut? Banyak nasihat praktis ditulis di dalam pasal-pasal ini untuk kebaikan kita.

Efesus 1:4-14 menuliskan peran Allah Tritunggal. Peran mana yang lebih penting antara Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus? Semua sama. Allah Bapa tidak lebih tinggi dari Yesus Kristus, Yesus Kristus tidak lebih tinggi dari Roh Kudus.

Rasul Paulus memuji Tuhan bukan karena berkat jasmani melainkan berkat rohani (Ef. 1:3). Jujur, kita bersyukur kalau menerima berkat jasmani dan tidak begitu serius mengejar berkat rohani yang sebenarnya lebih penting karena memberikan jaminan hidup kekal.

Efesus 1:4-6 memaparkan rencana besar Bapa bahwa sebelum dunia dijadikan. Dia telah memilih, menentukan dan ingin tinggal bersama dengan ciptaan-Nya (bangsa Yahudi dan bangsa kafir) di dalam kekekalan. Seandainya yang dipilih hanya orang Yahudi, mereka akan menjadi sombong dan mengatakan “memang dari awal kami adalah bangsa pilihan”.

Sesungguhnya dari zaman dahulu Allah sudah memerhatikan bangsa kafir, contoh: pada zaman Yunus, Allah memikirkan keselamatan bangsa Niniwe.

Pemilihan yang dilakukan Allah sebelum dunia dijadikan harus melalui Yesus Kristus (ay. 7); dengan kata lain, penentuan kita selamat dan masuk Surga bersama Allah dilakukan melalui Yesus Kristus. Dan ini sudah terjadi di dalam kekekalan. Jadi, waktu manusia jatuh dalam dosa bukan berarti rencana Allah gagal.

Kita mempelajari lebih jauh apa peran Yesus Kristus dalam menentukan keselamatan manusia?

1. Sebagai Penebus, Pengampun dosa.

“Sebab di dalam Dia (= Yesus Kristus; Red.) dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” (Ef. 1:7-8)

Oleh darah-Nya berarti ada kurban dan penumpahan darah. Pengampunan juga berarti pembebasan seperti seorang tawanan mendapatkan pembebasan.

Semua orang telah berbuat dosa (Rm. 3:23) dan upah dosa ialah maut (Rm. 6:23). Perlu diketahui dosa timbul bukan hanya karena perbuatan dosa tetapi juga hakikat manusia yang berdosa. Jika seseorang diampuni dosanya, dia dibebaskan dari hukuman mati. Dapat dibayangkan betapa sukacitanya seorang tahanan hukuman mati yang sedang menunggu dieksekusi tetapi di detik-detik terakhir dia mendapatkan grasi/pengampunan dari presiden dan dibebaskan!

Dalam hal ini, Yesus Kristus mengambil peran penting dalam membebaskan kita dari hukuman mati melalui pengurbanan darah-Nya. Ia bagaikan Anak Domba tersembelih dan darah-Nya menjadi alat/sarana pengampunan dosa. Dalam Perjanjian Lama, darah binatang menjadi sarana pengampunan; jika bangsa Israel berbuat dosa, mereka membawa binatang untuk dikurbankan. Namun darah binatang hanya menyucikan secara lahiriah tetapi darah Yesus menyucikan sampai ke dalam hati nurani (Ibr. 9:18-19). Inilah kekayaan kasih karunia Allah bagi manusia; jadi, tidak ada keselamatan maupun pengampunan dosa di luar Yesus (Kis. 4:12) sebab hanya Yesus yang ditentukan oleh Allah Bapa sebagai Penebus, Pengampun dosa.

Kekayaan kasih karunia-Nya dilimpahkan bersama-sama hikmat dan pengertian dari Surga. Hikmat/pengertian apa yang kita miliki setelah pengampunan dosa terjadi?

- Kita harus senantiasa memuji Tuhan seperti kata Rasul Paulus, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus...” (Ef. 1:3)

Kita harus selalu bersyukur telah menerima pengampunan dan keselamatan dan senantiasa ada luapan sukacita untuk memuji Tuhan seperti dialami oleh Rasul Paulus. Dia mengaku paling besar dosanya (1 Tim. 1:15) tetapi mendapat kasih karunia Tuhan sehingga dia selalu bersyukur kepada-Nya.

Terbukti tidak ada dosa, sebesar apa pun, yang tidak dapat diampuni oleh darah-Nya.

Demikian pula ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dan lolos dari kejaran tentara Mesir, Musa bersama orang Israel memuji Tuhan juga Miryam bersama perempuan-perempuan Israel memuji Tuhan sambil menari penuh sukacita dengan rebana (Kel. 15).

- Kita tidak boleh lagi hidup dalam dosa. Pengampunan terjadi supaya kita hidup kudus tak bercela seperti rencana Allah semula.

Adakah orang yang dibebaskan dari hukuman mati mengulang kesalahan sama sehingga dihukum mati lagi? Roma 6:1 menuliskan, “…Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimana kita masih dapat hidup di dalamnya?”

Waspada, jangan mempermainkan pengampunan dan kasih karunia Allah dengan melakukan dosa yang sama ulang berulang! Ibrani 10:26 mengingatkan jika kita sengaja berbuat dosa setelah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran maka tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa itu. Yesus tidak disalibkan dua kali. Kondisi semacam ini seperti anjng kembali lagi ke muntahnya dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya (2 Ptr. 2:22).

- Kita harus mengampuni sesama.

Yesus mengajarkan doa ‘Bapa Kami’: …ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami…” (Mat. 6:12) dilanjutkan “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (ay. 14-15)

Jangan bertindak seperti hamba jahat yang dibebaskan utangnya sebesar 10.000 talenta dari raja setelah memohon belas kasihan tetapi hamba itu tidak memiliki belas kasihan bahkan memenjarakan temannya yang berutang hanya 100 dinar kepadanya (Mat. 18:24-30). Bapa di Surga menghendaki agar kita mengampuni saudara kita dengan segenap hati (ay.35).

2. Sebagai Pemersatu.

“Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami (= orang Yahudi; Red.) mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya – supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. Di dalam Dia kamu (= orang kafir; Red.) juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” (Ef. 1:9-13)

Melalui darah-Nya, Yesus Kristus menyatukan kembali hubungan antara Allah dan manusia. Dosa menyebabkan terjadinya keterpisahan sebab Allah itu suci dan tidak dapat didekati oleh orang berdosa. Itu sebabnya Yesus datang ke dunia sebagai Manusia melakukan peran-Nya melalui salib menjadi Mediator sehingga terjadi pendamaian antara Allah dan manusia.

Yesus juga mempersatukan manusia dengan manusia. Di abad permulaan ada dua kubu yang selalu bermusuhan yaitu Yahudi dan non-Yahudi (kafir). Namun setelah dua kelompok ini percaya kepada Yesus, mereka beroleh janji besar dari Allah.

Jelas, keselamatan bukan hanya untuk perorangan tetapi juga untuk kumpulan besar. Jangan suka hidup memisahkan diri tetapi hendaknya mau disatukan dengan orang-orang percaya lainnya oleh Kristus!

Efesus 2:11-13 membuktikan bahwa setelah beroleh pengampunan dosa oleh darah Kristus, tidak ada lagi pemisah/penyekat antara orang Yahudi dan non-Yahudi, mereka menyatu hingga di dalam bait Allah. Di dalam Yesus terjadi perdamaian dan semua menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (ay. 14-22).

Salib sudah menghancurkan tembok pemisah dan jangan dibangun lagi. Kita dibangun menjadi kediaman Allah di mana Ia hadir. Bila masih ada tembok pemisah/perseteruan, bagaimana mungkin Allah mau tinggal? Harus diakui sangatlah sulit bagi orang Yahudi dan non Yahudi untuk disatukan. Namun bila dua kubu ini memandang salib Kristus dan masing-masing tidak mempertahankan identitas lama, tembok perseteruan itu akan rubuh.

Identitas lama yang menjadi penghalang terjadinya persatuan dan kesatuan? Kultur, peraturan, kebiasaan, kesukuan yang kental dari masing-masing kelompok sangat sulit disatukan jika bukan karena salib Kristus. Contoh:

- Orang Yahudi dilarang mengonsumsi makanan haram sementara orang kafir mengonsumsi segala jenis makanan. Bagaimana mungkin mereka dapat duduk makan bersama? Petrus sempat ‘terpeleset’ dengan persoalan ini, dia duduk makan bersama orang-orang non-Yahudi tetapi saat rekan-rekannya (Yahudi) datang dia menghindar karena takut. Paulus langsung menegurnya dengan keras dan menganggapnya munafik karena Petrus juga menyeret Barnabas (Gal. 2:11-14).

- Orang Yahudi tidak boleh masuk ke rumah orang kafir, Petrus disidang karena masuk rumah orang tidak bersunat, Kornelius (Kis. 11:2-3).

- Filemon mempunyai hamba bernama Onesimus yang melarikan diri kemudian di penjara bertemu Paulus dan bertobat. Paulus meminta Filemon menerima Onesimus kembali sebagai saudara. Dikatakan dahulu Onesimus tidak bermanfaat tetapi sekarang dia berguna. Di dalam Tuhan, apa pun bentuk pekerjaan kita, apa pun kondisi kita (kaya atau miskin), kita bersaudara. Jangan saling membangun tembok bila kita melihat Kristus yang telah berkurban untuk menyatukan kita.

- Dst.

Introspeksi: bagaimana kehidupan suami-istri dengan latar belakang berbeda (pendidikan, status sosial, suku) dapat bersatu dan menyatu? Pandanglah salib Kristus dan undang Dia hadir dalam kehidupan rumah tangga Anda!

Oleh salib Kristus, kita bukan lagi orang asing tetapi semua saudara dalam iman. Bila ada orang asing/baru dalam gereja, temanilah. Buatlah gereja ini menjadi rumah di mana terjalin keakraban satu sama lain.

Kita sekarang tahu peran Yesus Kristus yaitu sebagai Pengampun dosa. Darah-Nya sanggup mengampuni segala macam dosa bahkan yang paling berat sekalipun asal kita mau mengakuinya. Darah-Nya menyucikan sampai ke dalam hati nurani agar kita masuk dalam rencana Allah yaitu kudus dan tak bercacat-cela. Selain Pengampun dosa, Yesus juga Pemersatu. Di dalam Dia, kita menjadi manusia baru dan memperoleh damai sejahtera sehingga pihak-pihak yang berseteru dapat diperdamaikan, tembok-tembok pemisah dirubuhkan dan kita benar-benar menjadi saudara di dalam Tuhan. Amin.