• BERIMAN KEPADA TUHAN YANG ADIL (JOHOR)
  • Mazmur 11
  • Johor
  • 2022-09-18
  • Pdm. Sukarjo Sutioso
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1213-beriman-kepada-tuhan-yang-adil

Shalom, 

Marilah kita tetap bersemangat memuji dan memuliakan Tuhan serta menyatakan kasih-Nya kepada bangsa- bangsa. Bagaimana Raja Daud memuliakan TUHAN dalam tulisannya di Mazmur 11:1-7? “Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!" Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu? TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. TUHAN menguji orang benar dan orang fasik dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.” 

Membaca tulisan di atas ini, tampak Daud mengalami pergumulan. Sama halnya dengan kita, selama hidup di bumi ini kita tidak luput dari pergumulan berkaitan dengan pekerjaan, keluarga, kesehatan, studi.

Kesaksian Pembicara: waktu kuliah, ada famili yang menyarankan untuk bekerja daripada kuliah. Pembicara terpengaruh dengan perkataan itu karena melihat orang tua beliau berjuang keras membiayai kuliah yang mahal dan kadang-kadang pengiriman uang tersendat-sendat. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti kuliah. Ketika diminta bekerja pada hari Minggu sehingga tidak dapat beribadah, Beliau berdoa kalau tidak terjadi apa-apa berarti Tuhan metetapkan Beliau berhenti kuliah tetapi ternyata Beliau mengalami kecelakaan. Tuhan mempunyai cara dan kehendak-Nya bagi Beliau. Apa pun pergumulan yang sedang kita hadapi, tetaplah percaya kepada Tuhan.

Apa seruan Daud dalam tulisannya? “Pada TUHAN aku berlindung,...” (ay. 1)

Daud adalah anak Isai keturunan Yehuda; dia tidak bertugas dalam pelayanan karena bukan keturunan Lewi. Namun di dalam setiap pergumulan dan tindakannya dia selalu mengutamakan Tuhan. Contoh: ketika diutus ayahnya untuk mengirimkan makanan kepada saudara-saudaranya yang berada di medan perang, Daud mendengar Goliat menghina TUHAN. Langsung reaksi spontannya muncul, Daud menjadi marah mendengar Goliat mencemooh barisan dari Allah yang hidup. Lebih menyedihkan lagi semua orang Israel takut melawan Goliat hingga dikeluarkan pemberitahuan siapa dapat melawan Goliat akan dinikahkan dengan anak perempuan Saul dan seluruh keluarganya dibebaskan dari pajak. Daud tidak dapat berdiam diri, dia menghadap Raja Saul mengutarakan keinginannya untuk melawan Goliat. Dengan penuh keyakinan dia dapat mengalahkan Goliat karena pengalamannya mengalahkan singa dan beruang yang berusaha menerkam kambing domba ayahnya. Dia percaya TUHAN juga akan menyertainya mengalahkan Goliat yang besar mulut itu (1 Sam. 17:34-37). 

Daud bergantung kepada TUHAN sepenuhnya dan percaya Ia pasti menolongnya. Daud tidak melihat singa atau beruang yang menakutkan tetapi mata TUHAN lebih berkuasa dalam menghadapi Goliat, tentara Filistin yang tinggi badannya 6 hasta sejengkal (± 3,2 m). Daud benar-benar tidak dapat menerima Goliat menghina dan mempermalukan Nama TUHAN bukan karena iming-iming beroleh hadiah (ay. 46-47). 

Introspeksi: apa fokus kita ketika menghadapi persoalan dan pergumulan hidup yang berat? Apakah kita lebih fokus pada berat dan besarnya masalah yang membuat kita sangat ketakutan atau kita percaya dan yakin Tuhan pasti memberikan kemenangan? 

Apa respons Daud ketika dia mendapat masukan atau ancaman untuk “terbang ke gunung seperti burung”? Dia marah mendengar masukan disuruh melarikan diri walau seolah-olah bagus nasihatnya. Dia tidak mau mengandalkan kekuatan diri sendiri tetapi berlindung kepada TUHAN (Mzm. 11:1). 

Daud juga waspada menghadapi musuh-musuh yang mengintai dan menyiapkan panah untuk membidik orang yang tulus hati di tempat gelap (ay. 2).

Perhatikan, perkataan-perkataan (membangun maupun hoaks) yang diposting di sosial media bagaikan panah yang siap membidik si pembaca. Bukankah banyak korban berjatuhan gara-gara tulisan di medsos? Contoh: anak SD bunuh diri gara-gara di-bully, tawuran karena saling mengejek di IG, menyebarkan aib seseorang, penipuan dst.

Daud melanjutkan tulisannya, “Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?” (ay. 3) Ilustrasi: dalam mendirikan suatu bangunan, fondasi yang kuat harus diperhitungkan; kalau tidak, bangunan itu tidak kuat menahan beban bangunan di atasnya berakibat retak bahkan robohnya bangunan itu.

Yesus sendiri mengatakan, "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya – Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan – ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Luk. 6:46-49). 

Jelas, mendengar Firman Tuhan dan melakukannya harus menjadi dasar yang kuat dalam pengikutan kita kepada Tuhan. Hanya percaya kepada Firman Tuhan belum menjamin dasar keimanan kita kuat. Contoh: kita percaya Yesus adalah Juru Selamat tetapi perbuatan kita sering berlawanan dengan perintah Firman bahkan melenceng dari jalan-Nya. Tindakan seperti ini menunjukkan bahwa iman tanpa perbuatan tidaklah kuat dan rentan mengalami kejatuhan dalam dosa. 

Bagaimana dengan Daud? Daud percaya akan perlindungan Allah dan tidak melarikan diri dari masalah sebagai tindakan iman karena yakin Allah adalah tempat perlindungannya.

Mengapa Daud sangat yakin Tuhan pasti menolongnya? Dia mengatakan, “TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.” (ay. 4) 

Daud yakin TUHAN berada di takhta-Nya di Surga juga di bait Suci dan mata-Nya mengamat-amati manusia. Ketika melihat suatu peristiwa dari CCTV, kita dapat melihat semua gerak gerik dari segala titik. Demikian pula dengan kehidupan kita. Mata Tuhan menyorot semua tindak tanduk kita di mana pun kita berada, termasuk kita sungguh- sungguh beribadah atau tidak, pikiran kita ini fokus kepada Firman Tuhan atau tidak. 

Raja Daud juga menulis bahwa Tuhan menguji anak-anak manusia. Dimulai dari bangsa Israel yang keluar dari Mesir diuji apakah mereka tetap setia atau tidak (dalam kitab Pentateukh); memasuki tanah Kanaan bangsa Israel diuji tetap setia atau tidak hingga Yosua mengaku bahwa dia dan keluarganya tetap setia kepada Tuhan (Kitab Yosua). Di Kitab Hakim-Hakim terlihat jelas bahwa bangsa Israel tidak setia kepada Tuhan dan mereka melakukan penyembahan berhala. Akibatnya, bangsa Israel mengalami penderitaan demi penderitaan karena tidak percaya dan setia kepada Tuhan melainkan menyembah berhala orang Kanaan. 

Introspeksi: apakah kita beribadah sungguh-sungguh kepada Tuhan atau hanya ikut-ikutan atau ada motivasi lain di belakangnya? Daud adalah pribadi yang rajin dan setia sejak kecil juga mengandalkan Tuhan. Kita harus sadar bahwa kekuatan dan kemampuan kita datangnya dari Tuhan. Secara manusia, kakak-kakak Daud dengan latar belakang prajurit mempunyai kesempatan naik pangkat hingga jenderal tetapi Daud dipilih menjadi raja oleh Tuhan. Jangan rendah diri merasa kecil dan lemah tetapi percayalah kepada Tuhan dan layani Dia dengan sungguh-sungguh, Dia akan memakai kita dengan luar biasa. Masihkah kita tetap setia akibat pandemi yang mengakibatkan tidak dapat beribadah dengan leluasa, kesulitan ekonomi dsb.? Percayalah Tuhan berkuasa dan memberikan perlindungan kepada kita! 

Ternyata TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang (ay. 5-6). Perhatikan, baik orang benar maupun orang fasik mendapat penghakiman dari Tuhan. Contoh: Abraham berdoa syafaat memohon kepada Tuhan untuk tidak melenyapkan kota Sodom bila ada orang benar di dalamnya. Tuhan masih berkemurahan dan terjadi tawar menawar dari 50 orang benar hingga 10 orang namun ternyata orang benar kurang dari 10 orang – Lot dengan istri, 2 anak perempuan dan menantunya. Akhirnya kota Sodom dan Gomora dimusnahkan oleh Tuhan (Kej. 18-19). 

Lot sempat dianggap berolok-olok oleh menantunya ketika diajak keluar dari kota Sodom (Kej. 19:14). Lot yang tinggal di Sodom mungkin percaya kepada Tuhan tetapi dia tidak berani mengatakan dengan tegas sehingga apa yang disampaikannya tidak dihargai bahkan diolok-olok. 

Bukankah kita dalam hidup percaya kepada Tuhan sering mengalami ejekan dan olokan-olokan seperti: mana Tuhanmu yang menolong kamu?; kamu hidup menderita, pasti kamu banyak dosa; kamu ganti allah lain saja yang dapat memberikan berkat melimpah dst.

Apa yang menjadi dasar/fondasi iman dan pengikutan kita kepada Tuhan? 1 Korintus 3:10-11 menuliskan, “Sesuai dengan kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” 

Jelas, dasar iman kita adalah Tuhan Yesus Kristus yang mana ketika mengalami ujian-ujian kita dapat berseru dan mengandalkan Tuhan sebagai tempat berlindung. Terkadang menurut pandangan manusia, masalah kita terlalu berat untuk diselesaikan tetapi percayalah Tuhan akan memberikan jalan keluar untuk dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13).

Raja Daud mengakhiri tulisan Mazmur 11 ini dengan mengatakan, “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.” 

Orang tulus melakukan sesuatu juga melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh tanpa pamrih. Daud membunuh Goliat bukan karena dia ingin mendapat anaknya Raja Saul tetapi karena dia tidak tahan Tuhan dilecehkan. Apa yang dimaksud dengan orang yang tulus akan memandang wajah-Nya? Ini adalah janji Tuhan dalam iman dan pengharapan kita kelak bertemu dengan-Nya dan hidup bersama-Nya di dalam kekekalan walau mungkin saat kita hidup di dunia ini penuh dengan penderitaan dan kesulitan. 

Melalui pengalaman Rasul Paulus, kita diingatkan untuk tidak melihat masa lalu ketika kita masih hidup bergelimang dalam dosa. Sebaliknya, setelah bertobat kita mantapkan panggilan kita, melayani Tuhan dengan hati tulus, memelihara iman hingga mencapai garis akhir kita bertemu dengan-Nya sebagai Hakim yang adil (2 Tim. 4:7-8) dan tinggal bersama-Nya selamanya. Amin.