• MULIAKAN NAMA ALLAH DI SELURUH BUMI
  • Mazmur 8
  • Lemah Putro
  • 2022-08-21
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1199-muliakan-nama-allah-di-seluruh-bumi
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

 

Shalom, 

Kita memiliki Tuhan yang mahaagung dan Nama-Nya patut dipermuliakan di seluruh bumi. Namun kenyataannya kita memuji dan memuliakan Nama-Nya hanya sebatas di dalam gereja, apakah orang-orang di luar gereja mendengarkan pujian kita padahal mereka yang menghadapi masalah juga membutuhkan Nama-Nya?

Bagaimana Raja Daud memuliakan Nama Allah? Dia meluapkannya dalam mazmur yang ditulisnya, “Ya TUHAN (YHWH), Tuhan (Adonai) kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat…..Ya TUHAN (YHWH), Tuhan (Elohim/Adonai) kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” (Mzm. 8:1-10) 

Raja Daud mengulang “Ya TUHAN (= YHWH), Tuhan (Adonai) kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” hingga dua kali. Apa maknanya?

YHWH menunjuk pada Allah yang mahaesa sementara Eloim/Adonai menunjuk pada Tuhan yang jamak. Jadi, Tuhan kita esa sekaligus jamak di dalam ketritunggalan. 

Dari mana Daud mengetahui Tuhan adalah Pencipta bulan dan bintang? Jujur, hingga sekarang masih banyak orang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan! Bahkan keberadaan-Nya diperguncingkan sebagai hasil dari perbuatan zina dll. 

Tuhan ingin kita juga mengenal Dia. Memang semua agama menyembah kepada Allahnya masing-masing tetapi Allah mana yang kita muliakan dan nama-Nya siapa? Tuhan Yesus Kristus! Kita mengetahui dan mengenal Dia dari Alkitab yang menjelaskan dengan lengkap dari awal hingga akhir tentang Allah yang hidup. 

Kita mempelajari lebih jauh tentang tulisan Daud di Mazmur 8 yang mana memaparkan bahwa:

  • Daud mengenal Tuhan sebagai Pencipta alam semesta.

Dari mana dia tahu bahwa Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi? Sebagai orang Yahudi, Daud sudah diajar tentang kitab Musa (Pentateukh) sejak kecil oleh orang tuanya (Ul. 6:7). Apalagi sebagai seorang raja, salinan hukum yang ditulis oleh imam-imam harus selalu ada di sampingnya dan dibaca seumur hidup agar takut akan TUHAN supaya tidak tinggi hati dan tidak menyimpang dari perintah itu (Ul. 17:14-15, 18-20). Allah sendiri mengakui bahwa Daud berkenan di hati-Nya dan melakukan segala kehendak-Nya (Kis. 13:22). Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Karena Daud mencintai Firman Allah (Mzm. 119:11) maka dia rendah hati. Waspada, orang sombong pasti mengecilkan otoritas Firman Allah.

Apa buktinya Daud rendah hati? Dia mengakui, “apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?” 

Introspeksi: bukankah kita dipilih dan dijadikan imam-imam oleh-Nya, apakah kita suka menulis Firman Allah untuk dibagikan kepada teman-teman di WA? Konten video macam apa yang sering kita terima dan kirim di WA? Apakah kita menyimpan Firman-Nya di dalam hati? Selain imam, kita juga raja atas kehidupan kita sendiri juga raja/pemimpin dalam rumah tangga dst. Itu sebabnya kita perlu membaca Firman Tuhan seumur hidup. 

  • Daud mengaku manusia hina di hadapan Tuhan.

Walau sekarang berkedudukan sebagai raja, Daud tidak lupa akan masa lalunya sebagai gembala yang menjaga dua-tiga ekor kambing domba ayahnya (1 Sam. 17:28). Dia juga tidak masuk hitungan ketika dipanggil orang tuanya untuk diurapi oleh Samuel menjadi calon raja Israel kedua (1 Sam. 16:11-13) menggantikan Raja Saul yang ditolak karena tidak mendengarkan suara TUHAN (1 Sam. 15:22-23). Daud juga ingat penciptaan benda- benda penerang di hari keempat (Kej. 1:14-19) serta penciptaan manusia menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal (ay. 26). 

Aplikasi: kita memuliakan Allah dengan menghargai semua makhluk ciptaan-Nya. Waspada, jangan lidah kita memuji Tuhan sekaligus mengutuk manusia ciptaan-Nya (Yak. 3:9). Suami/istri tidak boleh menjelekkan bahkan merendahkan pasangan hidupnya sebab ini sama dengan merusak citra Allah. 

Alkitab mencatat ada tiga penulis (Ayub, Daud, penulis surat Ibrani) yang mengatakan “siapakah anak manusia ini” (Ay. 7:17; Mzm. 8:5; Ibr. 2:6). 

Memang Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar Allah Tritunggal dan memberinya otoritas untuk menguasai dan mengatur alam semesta tetapi manusia kehilangan otoritas tersebut karena mereka melanggar perintah-Nya dan lebih memercayai perkataan si ular. Akibatnya, lingkungan hidup rusak karena ulah tangan manusia juga manusia tidak memercayai adanya Allah dan dengan kepandaian otaknya mencoba menjelajajhi planet luar angkasa dll. 

Pembelajaran: hendaknya kita memercayai Firman Allah sepenuhnya bukan memilah-milah Firman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan jasmani semata. Jangan menganggap Allah bagaikan “gudang penyimpanan” yang mana kita hanya mengambil sesuatu yang kita butuhkan! Dengan kata lain, kita hanya mau berkat-Nya tetapi tidak mau Pribadi-Nya. 

Terbukti Adam-Hawa gagal, Ayub juga gagal saat mengalami ujian dengan banyak mengomel tetapi untung pada akhirnya ia bertobat (Ay. :17-18). 

Harus diakui karena satu orang berbuat dosa maka maut menjalar ke semua orang sebab semua orang berbuat dosa (Rm. 5:12). Maut menyebabkan manusia ketakutan dan Daud mengetahui hal ini. Itu sebabnya dia menulis, “Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya? Manusia sama seperti angin (a breath = tarikan napas), hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat.” (Mzm. 144:3-4) 

Daud mengakui bahwa manusia bagaikan angin dan nyawanya hanya satu kali tarikan napas setelah itu habis. Jadi, sehebat, sepenting, sekaya, sepandai apa pun manusia, di hadapan Allah bobotnya seperti angin ringan tetapi manusia sering lupa daratan. Sebaliknya, hendaknya kita menghargai napas hidup kita walau cuma sejengkal dengan berusaha senantiasa berbuat baik karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Dan ingat, manusia mati sekali saja tetapi sesudah itu dihakimi (Ibr. 9:27). 

Jujur, mampukah manusia berbuat baik setiap hari? Seandainya dapat, dunia tidak akan kacau dan berkecamuk seperti saat ini. Rusia dan Ukraina yang serumpun tidak akan perang dan manusia makin lama makin jahat karena tidak menyadari siapa dirinya. 

Sungguh manusia dipenuhi dengan kegagalan demi kegagalan. Rasul Paulus sendiri mengaku bahwa dia orang paling berdosa tetapi Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya untuk menyelamatkannya (1 Tim. 1:15-16). Kita tahu sejarahnya, sebelumnya dia lebih dikenal dengan nama Saulus yang sangat kejam memperlakukan pengikut-pengikut Yesus. Dia mengejar-ngejar orang Kristen dan memenjarakan mereka. Dia juga setuju melihat Stefanus dirajam batu hingga mati (Kis. 8:1). Namun dalam perjalanan ke Damsyik, dia bertemu dengan Yesus yang dianiayanya. Pertemuan itu mengubah total seluruh hidupnya. Semua atribut kebanggaannya dianggapnya sampah karena pengenalannya akan Kristus (Flp. 3:5-8). Saulus yang kemudian dikenal dengan Paulus dipakai menjadi alat-Nya untuk memberitakan Nama-Nya kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel (Kis. 9:15). 

Manusia dianggap sangat penting di hadapan Tuhan untuk memasuki dunia yang akan datang. Siapa mampu menaklukkan dunia yang akan datang? Yesus!

Masih ingatkah mindset para murid-Nya ketika Yesus naik ke surga? Mereka masih berpikiran Ia akan membangun kerajaan Israel (Kis. 1:6). Memang kerajaan/negara Israel (fisik) terbentuk tahun 1948 tetapi hingga kini selalu diwarnai dengan peperangan. Namun Yesus berjanji saat Ia datang kembali, orang mati akan dibangkitkan, orang yang hidup dalam Tuhan akan diubahkan (1 Kor. 15:52) kemudian mereka akan memerintah bersama-Nya seribu tahun lamanya (Why 20) dan berakhir masuk dalam kekekalan langit dan bumi baru di Yerusalem baru (Why. 21). 

Yesus sangat mengerti bahwa manusia tidak berharga sama sekali; itu sebabnya Ia yang tidak berdosa menjadi manusia tidak berharga bahkan mati disalib dalam kehinaan. Namun Ia bangkit dan kembali ke Surga untuk menyediakan tempat, Yerusalem baru, bagi mereka yang mengasihi-Nya.

  • Nama Tuhan dipermuliakan di seluruh bumi.

Untuk apa Yesus mati? Sesuai rencana Allah yaitu membawa kita masuk dalam kemuliaan. Kalau kita mau Nama Allah dipermuliakan di seluruh bumi, kita harus banyak mendengarkan Firman Kristus. Ia mengadakan penyucian dosa tidak dengan mengurbankan binatang tetapi dengan diri-Nya sendiri. Itu sebabnya Ia dipermuliakan duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi (Ibr. 1:1-4). 

Yesus menjadi manusia seperti kita dan mati disalib untuk memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (Ibr. 2:14). Dengan demikian manusia dibebaskan dari perhambaan rasa takut akan maut sebab Ia mengasihi manusia dan disamakan dengan saudara-saudara-Nya supaya Ia menjadi Imam Besar yang mendamaikan dosa seluruh bangsa dan menolong mereka yang dicobai (ay. 15-18). 

Aplikasi: kita tidak perlu berharap menjadi orang ternama di dunia ini tetapi hendaknya kita rindu menjadi anak-anak Allah yang diakui oleh Roh Kudus dan dilayakkan mewarisi Kerajaan Surga. Untuk itu kita tetap memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Oleh pengurbanan Yesus, kita dikuduskan dan Allah menyebut kita dan Yesus bersaudara (Ibr. 2:11) padahal kita berasal dari debu tanah sedangkan Yesus adalah Firman Allah dan Allah yang kekal. 

Marilah kita mencintai dan menyimpan Firman Tuhan di dalam hati sebab hati bukan tempat menyimpan keluh kesah, kebencian, kedongkolan, kekecewaan dll. Hati adalah tempat menyimpan Firman Allah karena dari situ terpancar kehidupan. Dengan demikian tindak tanduk dan tutur kata kita menjadi kesaksian hidup bagi orang- orang di sekitar kita dan Nama Tuhan dipermuliakan di seluruh bumi. Amin.