• PENGAMPUNAN YANG MEMBAWA KESELAMATAN
  • Lukas 23:32-49
  • Lemah Putro
  • 2022-05-22
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/video-recording/item/1170-ibadah-minggu-raya-22-mei-2022-pdm-jusak-pundiono
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

 

Shalom,

Kita patut bersyukur atas kasih Allah yang begitu besar hingga Ia mengirimkan Putra Tunggal-Nya, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa dan kita beroleh kasih karunia dipilih dari sejumlah besar penduduk di bumi ini untuk mendapatkan pengampunan dosa oleh sebab percaya kepada Yesus melalui pengurbanan-Nya disalib.

Berkaitan dengan pengampunan, Pembicara mengalami beberapa kali diberhentikan oleh polisi lalu lintas saat berkendaran karena pelanggaran tetapi tidak sampai diberi surat tilang kecuali diperingatkan supaya tidak mengulangi kesalahan lagi. Hal ini membuat beliau bangga dan percaya diri hingga Firman Tuhan menegur bahwa beliau dibebaskan oleh sebab polisi mengampuni pelanggarannya. Kemudian Tuhan mengingatkan betapa berharganya nilai suatu pengampunan padahal ini masih sebatas pengampunan yang berlaku di muka bumi ini terlebih lagi pengampunan yang membawa keselamatan sampai kepada kekekalan.

Pengampunan yang membawa keselamatan ini harus dialami oleh setiap orang – kecil/besar, muda/tua, hamba/majikan, kaya/miskin, berpendidikan/buta huruf, pejabat penting/rakyat jelata dll.

Apa faktor-faktor pengampunan membawa keselamatan yang tertulis dalam Injil Lukas 23:32-49?

  • Pengampunan hanya dilakukan Allah melalui Yesus (ay. 32-33).

Pemerintah dunia menjatuhkan hukuman mati terhadap dua penjahat selain Yesus (ay. 32). Harus diakui, hukuman pemerintah dunia tidak selalu adil; faktanya, sering ketidakadilan justru terjadi di pengadilan dunia. Namun kalau penjahat itu tidak bertobat, dia tidak hanya menghadapi hukuman dari pemerintah dunia tetapi juga hukuman dari pemerintah Surga (Mat. 10:28). Ini harus disadari oleh setiap manusia yang pada dasarnya adalah penjahat sejak kecil seperti telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang hatinya selalu cenderung berbuat jahat (Kej. 8:20-22; Mzm. 51:7). Perhatikan, jangan takut hanya pada hukuman dunia sebab Allah melihat apa yang kita lakukan dan Ia memperhitungkan semuanya walau kita mempunyai pilihan bebas untuk berbuat baik atau jahat.

Kalau begitu apa solusi bagi manusia yang selalu cenderung berbuat jahat sejak kecil? Tidak ada cara lain kecuali pengampunan dosa dari Allah melalui Anak-Nya, Yesus, yang disalib (ay. 33-34) selama bumi masih ada dan manusia masih dapat menikmati berkat-berkat musim tabur-tuai, musim kemarau-hujan atau empat musim, ada siang-malam.

Terbukti mereka yang belum/tidak memahami serta memanfaatkan pengampunan dosa dari Allah melalui Yesus yang disalib tetaplah manusia jahat yang tidak menyadari bahwa apa yang diperbuatnya adalah jahat. Siapa mereka? Saat itu Yesus bersama dua penjahat di sebelah kiri kanan-Nya disalib di tempat bernama Tengkorak (ay. 33). Disebut Tengkorak mungkin karena di sana banyak tengkoraknya penjahat-penjahat yang ketika mati dilempar berserakan karena tidak ada keluarga yang mengambil jasadnya untuk dikuburkan.

Yesus yang menjadi sentral tontonan saat itu mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (ay. 34) Mereka semua mendengar doa Yesus yang menegaskan bahwa mereka tidak sadar akan perbuatan jahat mereka. Apa respons mereka? Pemimpin-pemimpin, prajurit-prajurit dan salah satu penjahat di sebelah-Nya mengejek dan mengolok-olok Dia agar Dia turun dari salib dan menyelamatkan diri (ay. 35-37; Mrk. 15:30).

Sebenarnya sangatlah mudah bagi Yesus untuk turun dari salib sebab Ia adalah Anak Allah tetapi Ia tidak melakukannya karena ini berarti Ia hanya menyelamatkan Diri-Nya sendiri (bnd. Luk. 22:69-70). Ia justru memilih tetap bertahan terpaku di salib hingga tetes darah penghabisan sebab Ia mau mengurbankan diri hingga tuntas demi keselamatan banyak orang. Di era Perjanjian Lama, darah untuk kurban penghapus dosa dipercikkan ke bagian-bagian perabot Tabernakel tertentu dan selebihnya darah dicurahkan di bawah Mazbah Kurban Bakaran (Im. 4 – 5). Penggenapannya, darah Yesus harus dicurahkan sepenuhnya di atas salib dan terjadilah pengampunan dosa bagi setiap orang yang percaya dan tidak menolak-Nya. Bahkan di Injil Yohanes, setelah Ia mati, seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak dan darah (terakhir) masih tercurah untuk mengampuni kita.

Di kayu salib di atas kepala-Nya tertulis dalam tiga Bahasa (Yunani, Latin, Ibrani), “Inilah raja orang Yahudi” menunjukkan tanggung jawab-Nya sebagai Raja yang menggantikan warga-Nya (bukan hanya orang Yahudi tetapi semua suku bangsa dan bahasa) agar diselamatkan dari murka Allah.

Introspeksi: apa respons kita saat mendengar doa permohonan Yesus kepada Bapa-Nya? Sadar dan akui bahwa kita memang (sadar atau tidak) telah banyak melakukan kejahatan dan datanglah kepada-Nya meminta pengampunan! Yakinlah bahwa darah-Nya sanggup menghapus dosa kesalahan kita sebab Ia telah menggantikan kita agar kita diselamatkan dari hukuman kematian kekal.

  • Pengampunan dialami jika kita mengakui dosa dengan jujur (ay. 32-33, 39).

Dua penjahat yang disalib di kiri-kanan Yesus mewakili dua golongan manusia yang sejak kecil hatinya jahat, yakni:

  • Golongan manusia yang tidak percaya Yesus hingga dia mati tanpa pernah menggunakan kesempatan dalam musim-musim hidupnya di bumi untuk bertobat dan mengakui dosa supaya beroleh pengampunan.
  • Golongan manusia yang percaya Yesus walau dia jahat sejak kecil tetapi pada usia tertentu dalam musim- musim hidupnya di bumi ia menggunakan kesempatan untuk bertobat, mengakui dosa-dosanya dengan jujur sehingga diampuni.

Ketika berita Firman Tuhan tentang salib Kristus dan pengampunan dosa disampaikan di gereja mana pun dan kapan pun (menabur/menuai, musim panas/dingin), hendaknya kita merespons positif. Jangan malah bersikap seperti penjahat yang mengolok Yesus atau yang dilakukan oleh kebanyakan orang tetapi kita menggunakan kesempatan untuk mengaku dengan jujur semua kesalahan kita untuk beroleh pengampunan.

Aplikasi: waktu masih anak-anak, kita tidak dapat membedakan mana yang baik dan yang jahat tetapi pada usia tertentu kita mulai mengerti/sadar akan perbuatan kita yang jahat atau baik. Di titik ini kita memiliki kebebasan untuk memilih yang baik atau yang jahat. Pilihlah berbuat baik dengan mengakui semua kejahatan kita untuk beroleh pengampunan dari Bapa melalui Yesus yang disalib. Ketika kita percaya, pikiran dan hati kita diubah oleh-Nya. Kalau awalnya kita tidak mampu untuk tidak berbuat jahat, sekarang kita diubah menjadi orang yang mampu memilih mana yang baik dan yang jahat. Dengan kata lain, kemampuan memilih menjadi seimbang sebab hati nurani kita sudah disucikan. Dengan mendengar Firman Tuhan dan Roh Kudus yang dimeteraikan dalam hati, kita diinsafkan oleh Roh Kudus (Yoh. 16:8) setiap kali kita berbuat salah dan diingatkan ketika langkah-langkah kita cenderung untuk melakukan yang jahat. Pilihan ada di tangan kita, mau taat atau melanggar perintah-Nya? Hati akan terusik serta merasa bersalah kalau melanggar dan didorong oleh Roh Kudus untuk datang minta ampun kepada-Nya maupun kepada sesama. Ingat, Ia sanggup mengampuni segala macam dosa yang kita perbuat – dosa masa kecil, dosa dalam pergaulan, dosa dalam kehidupan nikah dan berkeluarga dll.

Bicara mengenai pengakuann, Yesus menginginkan pengakuan macam apa?

  • Pengakuan yang didorong atas dasar takut akan Allah (ay. 40).
  • Pengakuan yang dinyatakan dengan menginsafi dosa dan mengakui apa adanya tanpa banyak dalih atau menyalahkan orang lain (ay. 41). Iblis tidak dapat disalahkan jika kita terjatuh ke dalam dosa sebab dia hanya pintar membujuk seperti telah dilakukannya kepada Adam-Hawa dan Yesus. Pilihan tetap ada pada kita.
  • Pengakuan didasari oleh pengharapan akan kedatangan Yesus kedua kali sebagai Raja.

Pengakuan dosa kita hari ini mempunyai prospek sampai pada kedatangan-Nya dan bersama-Nya di Firdaus (ay. 43). Jadi, jika kita mati, kita mati sebagai orang yang sudah diampuni; kalau masih hidup kita sudah diampuni terus menerus hingga Ia datang kembali.

  • Pengampunan dituntaskan Yesus hingga keselamatan kekal (ay. 44-45a).

Terjadi kegelapan waktu Yesus disalib seolah-olah kegelapan mau bersaing dengan pengampunan dosa di atas kayu salib. Ternyata hidup sebagai orang percaya tidak menjamin kita tidak dilanda kegelapan masalah dalam hidup kita. Kegelapan dalam bentuk apapun dapat menimpa kita pribadi, kehidupan nikah dan keluarga, bisnis, kesehatan dsb. tetapi oleh salib Kristus akan terjadi dua kepastian, yaitu:

  • Kegelapan masalah-masalah duniawi apa pun akan sirna oleh sebab pengampunan dosa. Kuasa darah Yesus mampu membuat gelap menjadi terang.
  • Kegelapan masalah-masalah duniawi tidak sirna hingga kita dipanggil Tuhan namun kita sudah dipindah dari kegelapan rohani yang menghantui kita kepada terang-Nya yang Kita adalah bangsa terpilih dan imamat rajani (1 Ptr. 2:9-10) dikumpulkan Allah bersama Yesus di Firdaus yang kekal.

Jangan kegelapan malah membuat iman kita surut bahkan mundur dari pengikutan kita kepada Yesus tersalib yang sanggup mengampuni dan membawa kita pada keselamatan kekal. Kalau Ia mampu melenyapkan kegelapan dosa, apa artinya kegelapan masalah ekonomi, kesehatan, kegelapan dalam hidup nikah dan keluarga bagi-Nya? Kalaupun Ia tidak menyingkirkan kegelapan masalah selagi kita masih hidup, kita mati sebagai orang yang sudah dipindahkan dari gelap kepada terang yang ajaib bersama Yesus di Firdaus selama- lamanya.

Apa yang terjadi saat Yesus meregang nyawa? Tabir Bait Suci terbelah dua (ay. 45b). Tabir ini memisahkan Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus (Kel. 26:33b) dan hanya imam besar yang boleh masuk ke Tempat Mahakudus setahun sekali dengan menyibakkan tabir sambil membawa darah binatang sebagai sarana pendamaian bagi orang-orang Israel dan dirinya.

Terbelahnya Tabir merefleksikan hari raya pendamaian yang dikerjakan setahun sekali oleh imam besar untuk masuk ke Tempat Mahakudus dikoyakkan oleh Yesus sekali untuk selama-lamanya. Kurban-Nya menggantikan kurban-kurban binatang (Ibr. 9:11-12) dan kita ada akses untuk masuk takhta hadirat Allah di belakang tabir setiap waktu. Pendamaian terjadi secara tuntas, kita mengalami kelepasan kekal dan tidak ada lagi penghalang untuk menghampiri Allah kecuali jika seseorang tidak percaya pada kurban Kristus.

Ternyata muncul banyak hoaks berkaitan dengan penyaliban dan kematian Yesus. Ada yang mengatakan bahwa yang disalib adalah orang yang mirip Yesus atau Yesus mempunyai saudara kembar. Dasar munculnya hoaks ini dari dokumen gnostik yang tidak mau menerima Yesus, orang benar itu disalib. Namun ada banyak bukti sejarah bahwa Yesus benar-benar mati disalib, dengan menyatakan bukti dari sejarawan Yahudi (Flavius Yosefus, abad 1 M). Juga Talmud Babilonia dari Sanhedrin (hingga 220 M.) yang menuliskan bahwa Yeshu orang Nazaret digantung. Filsuf Siria, Mara bar Sarapion (± 73 M.) menulis, apa untungnya orang Yahudi membunuh raja mereka yang arif, Lucian dari Samosata (115-200 M.) menulis, “.   sesungguhnya, selain dia, juga orang yang disalib di Palestina karena memperkenalkan kultus baru, kini masih mereka sembah”. Lalu sejarawan Romawi, Cornelius Tacitus (56-120 M.) menulis bahwa orang-orang Kristen Kristus, dari mana nama itu berasal telah dihukum mati dalam masa pemerintahan Tiberius, di tangan salah seorang procurator kita, Pontius Pilatus. Demikian pula di Lukas 23 ini, keberadaan kepala pasukan yang bertanggung jawab dalam proses penyaliban Yesus mulai dari Yesus diserahkan kepada Pilatus – Herodes – Pilatus lagi dan menyaksikan Yesus dihajar dan diputuskan untuk disalib menjalani Via Dolorosa hingga mati tersalib (ay. 46-47) tidak mungkin menukar Yesus dengan orang lain kecuali keputusan dari Pilatus atau tuntutan massa (Luk. 23:18). Bahkan kepala pasukan ini mengaku bahwa Yesus adalah orang benar (Luk. 23:47). Jelas Yesus mengantikan kita yang tidak benar supaya oleh kematian-Nya kita dibenarkan di hadapan Allah (2 Kor. 5:21).

Kembali ada dua golongan saat Yesus disalib. Orang banyak yang pulang tanpa mengalami pengampunan karena mereka berdiri dekat salib namun sebagai penonton (ay. 48). Sementara mereka yang berdiri jauh- jauh, mereka mengenal Yesus dari dekat termasuk perempuan-perempuan yang mengikut Dia sejak dari Galilea (ay. 49) menjadi saksi kematian-Nya.

Pertanyaan: kita termasuk golongan yang mana? Mengikut Yesus karena mukjizat-mukjizat-Nya lalu hanya menonton waktu Ia disalib? Atau kita merespons positif berita salib yang membawa kita pada kelepasan kekal?

Kini kita makin mengerti bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus yang mati disalib demi manusia berdosa. Marilah kita percaya kepada-Nya, bertobat dan mengakui semua dosa pelanggaran kita untuk beroleh kelepasan/keselamatan kekal dan tinggal bersama-Nya di Firdaus selama-lamanya. Amin.