• BERSIAP MENGHADAPI MASA SENGSARA (JOHOR)
  • Lukas 23:26-31
  • Johor
  • 2022-05-15
  •  Pdm. Agus Muljono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1127-siap-menghadapi-masa-sengsara

Salom,

Kiranya damai sejahtera Allah Bapa ada dalam kehidupan kita semua apa pun kondisi kita saat ini. Kali ini kita akan mempelajari pesan Firman Tuhan yang terdapat di Injil Lukas 23:26-31, “Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene yang baru datang dari luar kota lalu diletakkan salib itu di atas bahunya supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"

Dalam kehidupan Kristen, ada bahaya yang perlu diwaspadai yaitu seseorang percaya sebatas intelektual, maksudnya dia mendengar Injil dan mengerti tetapi hati dan kehendaknya tidak mengikuti pikirannya. Sebaliknya, ada pula hati dan perasaan yang pro Yesus tetapi pikirannya tidak mengerti Injil karena dia bukan orang yang percaya kepada-nya. Hal ini terjadi karena dia lebih terbawa oleh perasaan dan emosi melihat penderitaan dan kebaikan Yesus.

Kalau begitu sikap benar macam apa yang dikehendaki Tuhan agar kita beriman sungguh-sungguh kepada-Nya?

  • Pikiran harus mengerti tentang Injil bahwa Yesus adalah Juru Selamat, Anak Allah yang turun ke dunia untuk menebus manusia.
  • Hati harus percaya/beriman kepada Yesus sebagai Juru Selamat.
  • Kehendak dan kemauan harus taat kepada Yesus. 

Bagaimana kondisi mayoritas penduduk Yerusalem yang mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya menuju bukit Golgota untuk disalib? Mereka hanya melibatkan dua dari tiga unsur di atas bukan ketiga-tiganya (pikiran, hati, kehendak).

Apa yang terjadi saat Yesus sedang dalam perjalanan ke bukit Golgota untuk disalib? Yesus ditinju, dipukul, diludahi, dicambuk dan tubuh-Nya berlumuran darah. Melihat kondisi-Nya yang mengenaskan, perempuan- perempuan Yerusalem menangisi dan meratapi Yesus. Ternyata tidak semua orang Yahudi di Yerusalem menyetujui Yesus disalib. Buktinya perempuan-perempuan itu bersimpati dan merasa kasihan kepada-Nya. Siapa mereka? Mereka bukan murid atau pengikut Yesus seperti Maria, Marta, Hana dst. tetapi tidak memusuhi Yesus pula. Mereka belum tentu percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat tetapi yang pasti mereka bersimpati dan kasihan melihat penderitaan Yesus saat itu. Bukankah umumnya perempuan lebih banyak menggunakan perasaan daripada laki-laki?

Mengapa perasaan kasihan terhadap Yesus termasuk sikap yang membahayakan? Perasaan kasihan yang dipicu oleh emosi tidak membuat mereka percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat karena pada dasarnya mereka tidak mengasihi Yesus. Akibatnya, hukuman Allah tetap akan menimpa mereka.

Waspada, selama kita tidak percaya kepada Yesus, hukuman Allah tetap akan menimpa kita. Kita tidak akan pernah diselamatkan hanya karena kita kasihan melihat penderitaan Yesus.

Bagi orang-orang yang memahami Injil, penderitaan Yesus bukanlah kesedihan tetapi justru kesukaan bagi seluruh manusia berdosa yang sedang menuju pada kebinasaan. Meskipun Yesus menderita luar biasa bahkan mati disalib, ini membuat kita bersukacita bukan berdukacita. Jangan kita ditipu oleh setan yang telah menipu Petrus ketika mencoba menghindarkan Yesus dari rencana penderitaan hingga kematian-Nya demi penebusan dosa (Mat. 16:21- 23). Kalau kita berdukacita dan tidak mengharapkan penderitaan Yesus terjadi, kita tidak akan mengalami penebusan. Dengan demikian kita harus memikul dosa kita dan masuk dalam penghakimam untuk dibuang ke neraka. Sebaliknya, dengan adanya karya penebusan dari Yesus, jalan terbuka bagi kita menuju Surga asal kita percaya dan menerima Dia.

Perhatikan, pekerjaan karya penebusan hanya dapat dilaksanakan oleh Yesus pribadi. Oleh sebab itu Yesus tidak perlu penolong karena tidak ada satu pun dari kita dapat menolong atau menggantikan karya penebusan itu. Namun sebagai orang percaya, kita mempunyai tugas dan tanggung jawab menghargai apa yang telah dilakukan oleh Kristus dengan: bertobat, mengalami pembaruan hidup, hidup dalam kekudusan dan melayani Tuhan.

Apa maksud dan tujuan Yesus menegur putri-putri Yerusalem? Mereka salah sasaran dalam menumpahkan kesedihan. Yesus ingin menjelaskan bahwa mereka tidak perlu menangisi Dia yang sedang menderita tetapi mereka harus lebih prihatin dan waspada terhadap hukuman Allah yang akan menimpa orang-orang Yahudi seperti telah dinubuatkan oleh Yesus tentang kondisi Yerusalem (Luk. 19:41-44).

Memang Yesus mengalami penderitaan hebat baik fisik (ditinju, dipukuli, ditampar dll.) maupun batin (diolok-olok, dinista) tetapi masa depan-Nya tetap terjamin. Ia akan bangkit dan dipermuliakan oeh Bapa-Nya (Flp. 2:9). Jauh berbeda dengan nasib putri-putri Yerusalem jika mereka tidak bertobat dan percaya kepada-Nya. Kehancuran Yerusalem bahkan hukuman kekal dari Allah telah menanti. Kehancuran Yerusalem yang hebat hanyalah satu tetes dari hukuman kekal di neraka yang akan menimpa orang-orang yang tidak bertobat.

Aplikasi: penderitaan di dunia yang sedang kita alami saat ini karena pengikutan kita kepada Yesus tidaklah sebanding dengan hukuman kekal di neraka yang akan diterima oleh mereka yang menolak Dia.

Walau Yesus menderita hebat, Ia tidak memerlukan belas kasihan dari manusia untuk meratapi penderitaan-Nya. Semua yang dilakukan-Nya bertujuan agar orang-orang bertobat melalui pengurbanan-Nya. Kematian-Nya justru merupakan kemenangan atas musuh-musuh-Nya dan pembebasan serta pemberian hidup kekal bagi kita. Oleh sebab itu hendaknya kita menangisi diri sendiri karena dosa-dosa kita telah menjadi sumber penderitaan dan kematian Yesus. Jika kita menolak kasih karunia-Nya, ini sama dengan kita mengundang hukuman dari Tuhan. Penyesalan dan tangisan kita hendaknya membawa kita kepada pertobatan sejati seperti dilakukan oleh Petrus (Luk. 22:62) bukan sekadar perasaan kasihan atau simpati kepada-Nya yang bertahan hanya sesaat setelah itu kita lupa pernah meneteskan air mata.

Introspeksi: apa penyebab kita menetaskan air mata saat mendengarkan Firman Tuhan? Apakah tangisan karena penyesalan atas kesalahan dan pelanggaran kita untuk menghasilkan pertobatan? Atau kita hanya terhanyut oleh perasaan karena Firmannya menyentuh hati kita? Ingat, tanpa pertobatan dan pembaruan hidup walau beribu- ribu kali menangis tidak akan dapat menghindarkan masa ketika penghakiman tiba. Dan saat itu semua sudah terlambat. Bagaimanapun juga kita tidak perlu cengeng – sedikit-sedikit menangis – karena semua itu tidak ada gunanya jika tidak diikuti dengan pertobatan.

Perkataan Yesus tentang “Berbahagialah perempuan mandul dan yang susunya tidak pernah menyusui juga orang mengatakan kepada gunung-gunung agar runtuh menimpa mereka serta bukit-bukit menimbuni mereka” menunjukkan keilahian dan kemahatahuan-Nya akan apa yang akan terjadi pada Yerusalem dan bangsa Yahudi. Nubuatan ini ± 40 tahun setelah Ia disalib.

Yerusalem dihancurkan (70 M) oleh jenderal Titus, orang Romawi, setelah dikepung selama 5-6 bulan. Hampir satu juta orang Yahudi dibinasakan oleh bangsa Romawi dan 100.000 orang ditawan untuk dijual sebagai budak, diadu dengan binatang buas dll. Herannya tidak ada orang Kristen Yahudi menjadi korban dalam penghancuran ini karena mereka menaati perintah Yesus dan meninggalkan Yerusalem (bnd. Luk. 21:21; Mat. 24:16-18) ke kota Pella. Sebaliknya, orang-orang Yahudi non-Kristen memakai pikiran manusiawi yang bertentangan dengan pemikiran Tuhan. Mereka tidak percaya akan perkataan Yesus. Mereka justru masuk ke Yerusalem karena saat itu bertepatan dengan perayaan Paskah. Mereka berpikir tidak mungkin bangsa Romawi menyerang saat orang Yahudi berkumpul untuk ibadah. Kalaupun diserang, mereka yakin Tuhan akan menolong mereka. Namun kenyataannya hukuman Tuhan jatuh dan pada masa itu perempuan-perempuan akan menyesal jika mereka mempunyai anak padahal umumnya kemandulan dianggap sebagai keaiban. Bahkan mereka lebih suka mati ditimpa bukit daripada jatuh ke dalam hukuman Allah.

Dalam Alkitab ada tiga nubuatan yang mirip; pertama, hukuman Allah kepada Samaria waktu mengalami kehancuran oleh bangsa Asyur (Hos. 10:8). Kedua, hukuman Allah terhadap Yerusalem oleh Romawi (Luk. 23:30). Ketiga, hukuman Allah yang akan terjadi pada saat kedatangan Yesus kedua kalinya oleh Anak Domba (Why. 6:15- 17). Hukuman di Kitab Hosea dan di Injil Lukas sudah digenapi sementara hukuman paling mengerikan di Wahyu pasti akan terjadi.

Perlu diketahui, penderitaan dan kematian Kristus yang terjadi hanya satu kali untuk selamanya (Ibr. 10:10) merupakan jalan satu-satunya untuk penebusan dosa manusia. Untuk itu kita harus menggunakan kesempatan ini dengan percaya kepada Yesus, bertobat, mengalami keubahan hidup dan hidup dalam kekudusan serta melakukan kehendak Allah secara konsisten selama kesempatan masih ada. Saat masa kemurahan Tuhan selesai, mereka yang tetap tidak mau bertobat akan menerima hukuman dari Allah.

Lebih lanjut Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai kayu hidup sementara kayu kering menggambarkan orang berdosa. Jika Allah telah membiarkan Anak-Nya menderita disiksa dan mati di kayu salib demi menanggung dosa manusia tetapi sengaja tidak dimanfaatkan oleh ‘kayu kering”, dapat dibayangkan apa yang akan Allah lakukan kepada mereka?

Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi masa sukar di akhir zaman ini agar kita tidak masuk dalam pehukuman Allah? Firman nubuatan tentang akhir zaman bukanlah teka-teki untuk kita pecahkan kapan terjadinya tetapi kita sikapi dengan mempersiapkan diri menghadapi masa pengadilan dan pehukuman dari Allah. Tidak ada seorang pun tahu kapan saat itu terjadi kecuali Bapa sendiri (Mat. 24:36). Yang penting kita harus siap sedia.

Apa yang perlu kita persiapkan menjelang masa penghakiman?

  • Tingkatkan pengertian kita tentang Firman Tuhan dengan lebih serius merenungkannya agar pemahaman kita akan Injil dan Pribadi Yesus lebih tepat sehingga kita tidak mudah disesatkan oleh nabi-nabi palsu dengan ajarannya yang menyesatkan. Bukankah sekarang sudah banyak bermunculan ajaran-ajaran tidak Alkitabiah seperti Injil kemakmuran, hypergrace ?
  • Hati kita harus makin percaya kepada Yesus. Untuk itu kita menghargai kurban Kristus dan menikmati Perjamuan Tuhan. Kita bangun hubungan intim dengan-Nya melalui saat teduh dan doa. Sediakan waktu khusus untuk berhubungan dengan Tuhan karena pada saat itu kita mendapat kekuatan dari-Nya untuk melewati ujian hidup juga penyesatan yang mengincar kita. Melalui relasi intim dengan-Nya, iman kita makin kuat dan kita makin mengenal-Nya. Kita mempunyai pengharapan kepada-Nya dan dipenuhi oleh kasih-Nya. Dan di dalam kasih tidak ada ketakutan karena Ia melindungi kita dari pehukuman di hari pengadilan nanti.
  • Kita tingkatkan ketaatan kita kepada Tuhan. Letakkan kemauan dan kehendak kita pada kehendak Tuhan, hidup terus menerus diperbarui dan dikuduskan oleh Firman hingga serupa dengan-Nya. Dengan demikian kita dapat memuliakan Dia melalui kesaksian hidup kita. Layani Tuhan baik atau buruk waktunya agar banyak manusia berdosa dapat diselamatkan.

Amin.