• BERSIAP MENGHADAPI MASA SENGSARA
  • Lukas 23:26-31
  • Lemah Putro
  • 2022-05-15
  • Pdm. Setio Dharma Kusuma
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1128-bersiap-menghadapi-masa-sengsara
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Dalam dua minggu berturut-turut ini Firman Tuhan berbicara tentang “Masihkah kita beriman saat Yesus ditolak?” kemudian sekarang dilanjutkan dengan tema “Bersiap Menghadapi Masa Sengsara”. Ketika mendengar tema ini apa yang terbesit dalam benak kita? Masihkah kita beriman dan siap menghadapi masa sengsara? Kapan datangnya masa itu? Dan apa yang perlu kita siapkan ketika masa sengsara itu tiba?

Apa kata Yesus kepada perempuan-perempuan (juga kita) sebelum Ia menghadapi masa sengsara kematian disalib? Lukas 23:26-31 menuliskan, “….Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat akan tiba masanya orang berkata: berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: runtuhlah menimpa kami! Dan kepada bukit-bukit: timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?”

 Kata-kata Yesus menyiratkan apa yang harus kita persiapkan menghadapi masa sengsara, yakni:

  • Tidak menjadi orang Kristen simpatisan.

Terdengar aneh, Yesus malah menegur puteri-puteri Yerusalem untuk tidak menangisi-Nya yang sedang mengalami sengsara tetapi malah menyuruh mereka menangisi diri sendiri. Terkesan seolah-olah Yesus tidak tahu diri – dalam kondisi sakit fisik (dihajar, disesah) dan mental (dinista, diolok-olok) tetapi malah tidak mau menerima simpati dan empati dari seseorang. Namun sebenarnya ini justru menunjukkan kekurangpahaman kita akan perkataan Yesus bila kita menganggap Yesus tidak tahu diri, padahal Ia mau menunjukkan kebaikan- Nya. Buktinya?

Perhatikan, Allah yang berinkarnasi di dalam Yesus menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya walau perkataan- Nya kadang diekspresikan dalam bentuk teguran dan amarah. Yesus mengingatkan tentang dua masa: di era Hosea yang telah terjadi (Hos. 10:8) dan di Kitab Wahyu (Why. 6:16) yang belum digenapi. Apa yang telah dan akan terjadi saat itu? Masa ketika orang-orang mengingini gunung runtuh menimpa dan bukit menimbuni dirinya.

Karena Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8,16), tidak mungkin perkataan-Nya menimbulkan blunder/kesalahan. Kalau dianggap salah, ini karena kita yang kurang/tidak memahaminya. Saat itu terjadi satu masa yang mana orang berpikir tidak normal alias terbalik, contoh: orang mandul berbahagia juga mereka yang tidak menyusui dan gunung runtuh serta bukit menimbuni orang-orang. Terbukti peristiwa itu sudah digenapi ketika hukuman Allah jatuh pada Kerajaan Utara Israel yang dibawa ke pembuangan (722 SM). Peristiwa ini akan terulang kembali berkaitan dengan kedatangan Tuhan kedua kalinya ketika murka Anak Domba turun (Why. 6:16).

Apa maksud Yesus mengatakan masa sengsara itu kepada putri-putri Yerusalem? Untuk menunjukkan di mana posisi mereka saat itu – apakah menginginkan ditimbun oleh reruntuhan gunung dan bukit atau berada di tempat lain? Jelas Yesus mau mengoreksi pertobatan mereka.

Introspeksi: di mana posisi kita saat Tuhan datang kembali? Apakah kita siap dan senang menyongsong Dia atau malah menginginkan ditimbun oleh reruntuhan gunung dan batu karang untuk bersembunyi dari murka- Nya?

Mengapa Allah menjatuhkan hukuman kepada Israel? Sebab sudah tidak ada kesetiaan, tidak ada kasih dan tidak ada pengenalan akan Allah (Hos. 4:1,6). Oleh sebab itu Tuhan tidak mau kita menjadi orang Kristen simpatisan dan berhenti pada perasaan empati terhadap sengsara-Nya. Mengapa? Kita bisa rajin ke gereja, aktif dalam pelbagai pelayanan tetapi belum tentu mengenal Dia dengan baik.

Apa yang terjadi jika kita tidak mengenal Dia dengan tepat? Melakukan perbuatan-perbuatan jahat seperti: mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzina, melakukan kekerasan dan penumpahan darah (Hos. 4:2), congkak, berkhianat (Hos. 5:5,7).

Perhatikan, seseorang tidak mengenal Allah oleh sebab tidak ada pengajaran Firman Tuhan di dalam diri orang itu. Bagaimana dengan bangsa Israel? Pengajaran apa yang dilakukan oleh mereka selama mengikut Tuhan? Mereka menaati Kitab Taurat dan nabi-nabi (Ul. 6:1). Mereka harus mendidik anak-anak mereka di mana pun dan kapan pun dalam seluruh aspek hidupnya agar mengenal Tuhan (ay. 6-7).

Perlu diketahui bahwa tidak ada perbedaan melakukan pekerjaan sekuler (berbisnis) dan pekerjaan rohani (full timer). Kalau kita membedakannya, ini sama dengan kita tidak mengenal Tuhan karena kita bersikap suci hanya saat berada di dalam gereja selebihnya kita hidup sembrono dengan korupsi, selingkuh dll. Padahal Tuhan menetapkan agar kita menuruti perintah-Nya di mana pun kita berada tidak sebatas di dalam gereja tetapi juga di dalam keluarga dan masyarakat. Contoh: apa konten pembicaraan di WA grup yang kita ikuti? Apakah renungan Firman Tuhan tiga menit kemudian selebihnya berisi guyonan jorok disertai umpatan, menggosip teman dll.?

Waspada, murka Tuhan berlaku bagi mereka yang tidak bertobat, di mana posisi kita? Alkitab menuliskan tentang kedatangan Tuhan dan meminta kita untuk berjaga-jaga (1 Tes. 5:1-8) sebab kita tidak ditetapkan untuk ditimpa murka Allah tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus (ay. 9). Oleh sebab itu kita perlu menangisi diri sendiri alias bertobat agar mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh (Hos. 6:3). Kalau kita dalam posisi Kristen simpatisan, kita akan bersembunyi menjelang kedatangan-Nya karena takut berhadapan dengan murka Anak Domba.

  • Menjadi Kristen benar yang hidup dari iman.

Lebih lanjut Yesus memosisikan diri sebagai kayu hidup (Luk. 23:31) yang diperlakukan orang Romawi semau- mau mereka (ay 25), apa yang akan terjadi dengan kayu kering? Siapa yang dimaksud “kayu kering” ini? Itulah kita, yang bisa menjadi Kristen yang tidak sungguh-sungguh, menjadi Kristen KTP (ke gereja hanya hari Paskah dan Natal) atau menjadi Kristen simpatisan yang terlihat aktif dalam ibadah dan pelayanan tetapi tidak mengenal Tuhan dengan baik sebab masih melakukan perbuatan-perbuatan nyata yang menentang Dia. Tidak ada progres/kemajuan dalam keubahan hidup.

Apa latar belakang Yesus rela disiksa habis-habisan bahkan mati disalib? Ia melakukan semuanya demi kehendak Bapa (Luk. 22:42) dan di atas kayu salib Ia telah menyelesaikan misi-Nya (Yoh. 19:30).

Apa yang terjadi kalau kita melakukan kehendak Bapa Surgawi? Kita harus siap diperlakukan semena-mena oleh dunia yang membenci kita. Namun jangan lupa dunia terlebih dahulu membenci Yesus daripada kita yang dipilih oleh-Nya (Yoh. 15:18-19). Jadi, ada masanya ketika kita melakukan kehendak Tuhan, kita dibenci oleh dunia karena kita tidak bersahabat dengannya sebab persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4).

Kita telah mendengar bagaimana orang Israel menerima hukuman murka Allah di era Hosea sebab mereka tidak mengenal Dia sungguh-sungguh dan melakukan perbuatan-perbuatan jahat.

Apa yang terjadi pada orang-orang Kristen Yahudi maupun non-Yahudi di masa Kaisar Nero yang ditulis di Surat Roma oleh Tertius (Rm. 16:22) tetapi konsepnya dari Rasul Paulus? Sejarah mencatat bahwa Kaisar Nero adalah pembunuh berdarah dingin. Paulus dan Petrus mati syahid di masa dia. Nero tega membunuh ibu kandungnya sendiri. Istri pertama yang baru dinikahi 8 tahun dibunuh dan kepalanya diberikan kepada istri keduanya yang nanti juga dibunuhnya dalam keadaan hamil. Memang tidak tertulis eksplisit di dalam Surat Roma bagaimana dia sangat membenci orang-orang Kristen yang dijadikan kambing hitam dengan tuduhan membakar kota Roma. Namun banyak orang Kristen ditangkap dan ditutupi kulit binatang kemudian anjing- anjing pemburu disuruh memakannya hidup-hidup. Ada juga yang ditumpuki jerami lalu disiram minyak dan dibakar hidup-hidup. Sangat jelas orang Kristen mengalami penindasan dan kelaliman di masa itu (Rm. 1:18)! Apa jalan keluarnya bila masa sengsara seperti ini terulang? Beriman (Rm. 1:8).

Iman menjadi test case! Bagaimana kita tahu seseorang hidup beriman? Ada perdamaian dengan Allah (Rm. 3:23-25). Hidupnya berdamai dengan Allah. Kalau tidak, dia akan menjadi seteru Allah dan sahabat dunia. Jujur, kekristenan mudah dipahami tetapi sulit untuk dijalani!

Siapa musuh dari Allah? Keinginan daging (Rm. 8:7-8) seperti: percabulan, pencemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dsb. (Gal. 5:19-21) juga keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16).

Perhatikan, iman harus disertai dengan perbuatan (Yak. 2:17,26). Perbuatan-perbuatan iman berlawanan dengan perbuatan-perbuatan yang timbul dari keinginan daging. Dengan demikian kita harus ada proses dan progres menuju kebaikan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan daging tersebut.

  • Hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Selain menjadi Kristen benar yang hidup dari iman (ada di kitab Roma) saat berada dalam masa sengsara, masa di mana dunia membenci kekristenan, dunia memperlakukan kekristenan dengan semena-mena, maka kita juga harus memiliki prinsip: jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan (Rm. 14:8).

Kita juga sudah harus mengerti kalau kita melakukan kehendak Tuhan dan rela menderita bersama-Nya, dunia pasti membenci dan menindas kita. Kalau tidak, kita akan mengomel dan tidak tahan menghadapi sengsara penindasan. Jangan senang karena merasa aman bersahabat dengan dunia saat ini sebab kita akan merasakan konsekuensinya di akhir zaman! Kita patut bersyukur hidup di negara Indonesia yang masih menjamin kebebasan beragama, jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada untuk mengenal Tuhan dengan baik!

Kita telah mendengar banyak nasihat Firman Tuhan supaya kita tetap beriman walau Yesus ditolak dunia dan bersyukur telah diperingatkan terlebih dahulu sehingga kita dapat berjaga-jaga serta mempersiapkan diri menghadapi masa sengsara yang akan menimpa dunia ketika Tuhan datang kembali. Marilah kita mengenal Dia lebih dalam, beriman teguh kepada-Nya dan berprinsip hidup atau mati kita adalah milik-Nya. Dengan demikian kita dipastikan tidak tertimpa malapetaka hebat tetapi menyambut Dia penuh sukacita karena kita akan tinggal bersama Dia di dalam Kerajaan-Nya selamanya. Amin.