• PENGAMPUNAN YANG MEMBAWA KESELAMATAN (JOHOR)
  • Lukas 23:32-49
  • Johor
  • 2022-05-22
  • Pdm. Sonny Garing
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1133-pengampunan-yang-membawa-keselamatan

 

Shalom,

Sebagai orang tua yang mempunyai anak kecil dan ketika anak itu sakit, kita tentu segera menolong anak kita bukan? Kita berupaya membawa anak ke dokter untuk mendapatkan pertolongan. Jika memungkinkan, kita menggantikannya untuk menanggung sakit dan penderitaannya. Kita rela berbuat demikian karena ada hubungan darah antara anak dan orang tua. Anak sebagai buah nikah memiliki ikatan emosional yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan orang tua rela mati asal anaknya sembuh, selamat dan terbebas dari penderitaan.

Bicara mengenai pengorbanan, bagaimana dengan ayat yang terdapat dalam Surat Roma 5:7, “Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati –,” Pada hakikatnya kita semua bukanlah orang benar dan baik tetapi ada satu Pribadi yang rela mati menggantikan kita itulah Yesus Kristus. Ternyata kematian-Nya di kayu salib menyangkut masa depan kita. Karya salib Yesus mempunyai peran penting dan fundamental bagi iman kita.

Kali ini kita membahas lebih jauh tentang “Pengampunan yang Membawa Keselamatan” yang tertulis di dalam Lukas 23:32-49. Pesan apa yang kita peroleh dari ayat-ayat tersebut?

  • Pengampunan yang membawa keselamatan telah terjadi.

Peristiwa penyaliban Yesus Kristus merupakan fakta sejarah sebagai peristiwa nyata/real yang pernah terjadi di dalam sejarah peradaban umat manusia. Dengan kata lain, peristiwa penyaliban Kristus bukanlah mitos, dongeng atau rekayasa penulis Perjanjian Baru. Oleh sebab itu kita tidak boleh meragukan dan menganggapnya sekadar mitos dan dogeng. Jika tidak percaya, kita tidak bisa lanjut dengan seluruh ayat yang tertulis di dalam Alkitab dan sia-sialah iman kita dalam mengikut Tuhan.

 Apa bukti internal di Alkitab yang menyatakan bahwa peristiwa ini nyata terjadi dalam peradaban manusia?

  • Tempat/lokasinya nyata bernama Tengkorak atau Golgota (Luk. 23:33; 19:16b,20).
  • Ada saksi-saksi yang melihat peristiwa ini, yakni: pejabat Romawi (Pontius Pilatus, Herodes) dan orang- orang Yahudi saat
  • Waktu pelaksanaan terjadi menjelang hari Raya Paskah orang Yahudi (Yoh. 18:38b-39; 19:14).

 Bagaimana dengan bukti eksternal di luar Alkitab?

  • Sejarawan kuno, Cornelius Tacitus (56-117M), yang menceritakan sepak terjang Roma dan kehadiran orang-orang Kristen di Roma, membenarkan bahwa Yesus hidup di Yudea dan disalibkan pada masa Pontius Pengikut-pengikut-Nya dianiaya karena iman mereka kepada-Nya.

Pertanyaan: masihkah kita meragukan fakta sejarah yang mengisahkan penyaliban Kristus? Waspada, keraguan terhadap peristiwa penyaliban Kristus akan merugikan pertumbuhan rohani kita karena iman kita diletakkan di atas fondasi kematian dan kebangkitan Kristus Yesus.

  • Pengampunan yang membawa keselamatan telah tersedia (ay. 34).

Di kayu salib Yesus menaikkan doa pengampunan kepada Bapa-Nya di Surga. Bagaimana kita meresponsnya? Kita tidak mungkin abstain/tidak memberi suara tetapi entah menolak atau menerima tawaran pengampunan yang membawa keselamatan itu. Ada dua kelompok yang merespons tawaran pengampunan yang membawa keselamatan ini, yaitu:

  • Kelompok mayoritas diwakili oleh para pemimpin agama (ay. 35) seperti ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua (Mat. 27:41), prajurit-prajurit (ay. 36), salah satu penjahat di sebelah Yesus (ay. 39) dan orang- orang yang lewat (ay. 39) menolak Yesus. Mereka mengolok-olok dan menghujat Dia bahkan menuntut Sang kebenaran disalibkan sementara si pemberontak dan pembunuh, Barabas, Namun heran, Yesus justru menaikkan doa pengampunan kepada orang-orang seperti ini (padahal Ia sendiri dalam kondisi babak belur saat itu; Yes. 53:2-5) dan kita termasuk di dalamnya jika Tuhan tidak memberikan kasih karunia-Nya dan Roh Kudus tidak menerangi kita. Tanpa Roh Kudus, kita hanya memikirkan diri sendiri dan tidak ada urusan dengan kekekalan. Namun intervensi dari Tuhan memampukan kita memikirkan yang baik juga tentang kekekalan.

Introspeksi: masihkah kita main-main dengan iman kita dan tidak percaya Ia disalib karena dosa pemberontakan kita? Yesus bisa saja turun dari kayu salib tetapi Ia tidak melakukannya sebab Ia mau menuntaskan misi keselamatan Allah kepada manusia. Ia mengingat kita sebab tanpa kematian-Nya disalib, kita sedang menuju kepada kebinasaan.

  • Salah satu penjahat/penyamun tidak melewatkan kesempatan tawaran darah pengampunan yang membawa keselamatan ini. Apa responsnya?

Dia menyadari dirinya adalah orang berdosa dan mengaku dengan jujur (ay. 40-41). Dia beriman kepada Yesus Kristus yang akan datang sebagai Raja (ay. 42).

Apa dampaknya? Keselamatan terjadi atas diri penjahat itu tanpa menunggu waktu lama tetapi pada hari itu juga (ay. 43). Jaminan keselamatan tersedia bagi orang yang mengaku dengan jujur dirinya orang berdosa dan beriman kepada Tuhan sebagai satu-satunya Juru Selamat. Orang yang sadar akan keberdosaannya akan sangat menghargai pengampunan yang dia terima dari Tuhan serta menaruh pengharapan hanya kepada-Nya. Awalnya penyamun-penyamun yang disalibkan bersama Yesus mencela-Nya (Mat. 27:44) tetapi dalam hitungan menit anugerah Tuhan berlaku bagi salah satu dari penjahat itu dan berakhir dengan janji keselamatan untuk tinggal di Firdaus bersama Yesus.

Melihat peristiwa ini, kita percaya bahwa anugerah Tuhan juga terjadi pada siapa pun sebab tidak ada seorang pun dapat datang kepada Yesus kalau Bapa tidak mengaruniakan kepadanya (Yoh. 6:65). Yang perlu diperhatikan, manfaatkan kesempatan dan jangan mengeraskan hati tidak mau mengakui dosa karena ini akan merugikan diri sendiri. Jangan menolak kebenaran Firman Tuhan yang mengingatkan dan menegur kesalahan- kesalahan yang kita sembunyikan untuk dibereskan! Darah-Nya berkuasa mengampuni dan menyucikan kita menjadi ciptaan baru.

  • Pengampunan yang membawa keselamatan telah dikerjakan di dalam Kristus.

Terbukti dari salib keluar pengampunan bagi manusia berdosa. Hanya Yesus dengan karya-Nya yang dapat mengampuni manusia berdosa sehingga manusia dibawa masuk ke dalam keselamatan kepada Bapa (1 Ptr. 3:18).

Akibat dosa relasi manusia dengan Allah terputus tetapi oleh salib Kristus terjalin kembali relasi antara Allah dan manusia – manusia diperdamaikan dengan Allah.

Mengapa Yesus harus menjalani penyaliban? Manusia berdosa sedang berada di bawah hukuman Allah yang berakhir dengan maut (Rm. 6:23). Tidak ada seorang pun yang oleh kebaikan dan kesalehannya dapat membebaskan diri dari hukuman dan murka Allah karena semua manusia telah berbuat dosa (Rm. 3:10-12). Semua manusia yang merupakan keturunan Adam telah berdosa (Rm. 5:18-19). Kesalehan dan kebaikan kita seperti kain kotor/cemar di hadapan Tuhan (Yes. 64:6) dan tidak dapat menyelamatkan kita (bnd. Ef. 2:8).

Perhatikan, Allah yang mahakudus tidak dapat berhubungan dengan dosa karena saling bertentangan. Reaksi kekudusan Allah melawan keberdosaan manusia ialah murka (Rm. 1:18). Dari sisi keadilan, Allah harus menghukum dosa sementara dari sisi kasih karena Allah adalah kasih, Ia mengasihi orang-orang berdosa.

Masalahnya, bagaimana dua sisi yang tampak bertolak belakang dapat disatukan? Di satu pihak, dosa harus dihukum tetapi di sisi lain Ia mengasihi orang berdosa. Pertemuan ini terjadi di dalam salib Kristus.

Di era Musa (Perjanjian Lama), lembu, kambing, domba dipersembahkan sebagai kurban penghapus dosa (Im. 4). Harus ada pengurbanan dan pencurahan darah supaya ada pengampunan (Ibr. 9:22) dan solusi ini tidak datang dari manusia tetapi dari Allah sendiri. Apa yang dilakukan-Nya? Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus, turun ke dunia mengambil rupa manusia untuk mati disalib dan darah-Nya menjadi jalan pengampunan manusia yang berdosa untuk kembali kepada Allah. Yesus menjadi kurban menggantikan kita yang seharusnya dihukum dan dosa kita ditimpakan kepada-Nya. Dengan demikian murka Allah jatuh kepada Yesus dan kita yang percaya kepada-Nya tidak perlu dihukum mati tetapi memperoleh hidup kekal. Hukuman mati yang Yesus tanggung memuaskan keadilan dan kekudusan Allah sehingga kita mengalami pendamaian kembali dengan Allah. Sekali lagi, bukan karena kita baik maka Kristus mati bagi kita. Justru di saat kita masih berdosa, Ia mati untuk kita (Rm. 5:6-10). Ini juga terjadi pada penjahat yang berada di sebelah Yesus.

Apakah pertobatan penjahat yang terjadi begitu cepat di saat-saat terakhir dapat dijadikan patokan bagi kita untuk menunda-nunda pertobatan? Jangan bermain-main dalam hal ini! Semua orang diberi kesempatan sama untuk memperoleh pengampunan yang membawa keselamatan. Ketika kesempatan datang, jangan kita mengeraskan hati dan menunda-nundanya sebab kita tidak tahu apakah itu kesempatan terakhir bagi kita.

Apa konsekuensinya setelah memahami alasan Yesus disalib, kita masih tetap suka bermain-main dengan dosa dan kecemaran? Orang yang terus menerus berbuat dosa tidak melihat atau mengenal Dia (1 Yoh. 3:6).

Introspeksi: masihkah kita terus menerus hidup dalam dosa – berbohong, mencuri, membenci dll. – di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat? Ingat, siapa ada di dalam Tuhan tidak lagi hidup di dalam keberdosaan setelah mengalami pengampunan yang membawa pada keselamatan.

Kita sekarang mengerti bahwa pengampunan yang membawa keselamatan telah terjadi dan tersedia, jangan kita menolaknya. Pengampunan yang membawa keselamatan juga telah selesai dikerjakan di dalam Kristus, jangan kita hidup lagi di dalam keberdosaan. Ingat, orang tua, uang banyak, sahabat baik pun tidak dapat melepaskan kita dari pehukuman murka Allah. Namun hanya ada satu Pribadi yang rela berkurban bagi kita oleh sebab kasih- Nya dan membawa kita kembali diperdamaikan dengan Allah, Ia adalah Tuhan Yesus Kristus. Amin.