• MEMPERINGATI PASKAH DENGAN MAKNA BARU (JOHOR)
  • Lukas 22:7-23
  • Johor
  • 2022-04-10
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1109-memperingati-paskah-dengan-makna-baru

Shalom,

Telah dua tahun kita beribadah on line dan kini seizin Tuhan kita mulai beribadah on site walau masih dibatasi jumlahnya dan menerapkan prokes yang telah ditentukan. Semoga ibadah tatap muka dapat terus berlanjut tanpa kita perlu ngotot. Yang penting kita memanfaatkan kesempatan mendengarkan Firman Tuhan dengan sebaik- baiknya untuk belajar mengerti kehendak Allah.

Kali ini kehendak Allah apa yang dimaksud dalam Lukas 22:7-23 yang perlu kita pahami? “Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah. Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata- Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah……"

Tampak ada dua pernyataan yang dilontarkan Yesus saat itu. Pertama, Yesus menyuruh dua murid-Nya pergi ke suatu tempat untuk mengadakan Paskah menurut peraturan orang Yahudi. Kedua, di tengah-tengah perjamuan tersebut Yesus berkata kepada 12 murid-Nya bahwa Ia tidak akan lagi makan Paskah sampai beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah. Kemudian Ia melanjutkan perkataan-Nya yang membingungkan dan tidak dipahami oleh mereka yaitu persoalan roti yang dipecah-pecahkan dan anggur yang diminum → menggambarkan tubuh-Nya yang diserahkan untuk menjadi peringatan akan Dia dan darah-Nya yang ditumpahkan menjadi perjanjian baru. Bahkan ketika Yesus mengatakan salah satu dari mereka akan menyerahkan dia, para murid tidak mengerti dan mempersoalkan siapa yang akan berbuat demikian.

Terbukti Yesus tidak mengabaikan perayaan Paskah yang Bapa Surgawi perintahkan dan Ia mau membuat mereka memasuki Paskah baru tetapi mereka tidak mengerti. Bagaimana gereja Tuhan memperingati Paskah? Walau kita merayakan hari kematian Yesus di Jumat Agung dan hari Paskah di hari Minggu seperti telah ditentukan tanggalnya oleh pemerintah, jangan kemudian kita merayakannya sebagai suatu kebiasaan atau tradisi dan liturgi yang mati. 

Apa yang dimaksud dengan perayaan Paskah dengan makna baru yang selalu menggairahkan? Mengapa Yesus mengatakan “Inilah tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”? Bangsa Yahudi merayakan Paskah sesuai dengan Perjanjian Lama dari tahun ke tahun sampai sekarang dengan penyembelihan anak domba. Bagaimana gereja Tuhan sekarang merayakannya? Banyak gereja merayakan Paskah dengan kegiatan menghias telur Paskah atau gereja ditutupi kain ungu kemudian dibuka di hari H. Apakah ini perubahan yang dimaksud oleh Yesus? Bukan!

Perubahan yang diinginkan Yesus ialah memperingati Paskah tidak dengan pola makna yang lama. Contoh: bangsa Israel rutin merayakan Paskah tiap tahun tetapi sampai hari ini mereka tidak percaya bahwa itu adalah lambang dari kurban Kristus. Mereka mempersembahkan domba Paskah sesuai peraturan Taurat dan tidak pernah berpikir atau menganggapnya baru. Dikhawatirkan gereja akhir zaman ini juga merayakan Jumat Agung dan Paskah tanpa mengalami sesuatu yang baru dan terus baru. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari (Phk. 1:9) alias semua sudah ada dan diulang kembali. Hanya Firman Allah yang selalu baru dan Ia menjadikan semuanya baru (Why. 21:5). Bukankah setiap orang yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang (2 Kor. 5:17)?

Mengapa Yesus mengajak murid-murid-Nya merayakan Paskah dan tidak melupakannya? Allah telah menentukan perayaan Paskah ribuan tahun lalu. Diawali dengan setiap keluarga menyembelih seekor anak domba dan membubuhkan darahnya pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas agar terhindar dari tulah kemusnahan (Kel. 12:4-7,12-14). Diperkirakan ± 600.000 ekor anak domba disembelih supaya bangsa Israel hidup dan bebas

dari perbudakan. Di bulan pertama tahun kedua ketika bangsa Israel berada di padang gurun Sinai, mereka merayakan Paskah yang sama (Bil. 9:5). Setelah itu penyelenggaraan perayaan Paskah tidak ditulis sampai pada Kitab Yosua. Waktu Yosua memimpin bangsa Israel masuk ke Tanah Kanaan dan berkemah di Gilgal, mereka merayakan Paskah (Yos. 5:10). Kemudian perayaan Paskah tidak disebut lagi hingga pada pemerintahan Raja Hizkia baru diadakan lagi peringatan Paskah seperti yang telah Allah perintahkan (2 Taw. 30:1). Entah apa penyebab mereka tidak merayakan Paskah selama itu tetapi yang jelas telah terjadi perubahan yang mana Paskah tidak lagi berarti dan dianggap tidak penting untuk dirayakan. Namun Yesus masih menghormati peraturan Paskah dan di tengah-tengah perayaan Paskah yang sudah menjadi tradisi itu Ia mengatakan, “Inilah tubuh-Ku..inilah darah-Ku.”

Introspeksi: apakah kita mengadakan Perjamuan Tuhan oleh karena kebiasaan dan tradisi belaka?

Berbeda dengan Paskah orang Yahudi yang menyembelih ribuan anak domba, sekarang kita merayakan Paskah dengan kurban satu Pribadi itulah Yesus. Ternyata perayaan Paskah yang dilakukan oleh orang Israel/Yahudi dengan persembahan darah binatang (domba) yang dibawa masuk ke dalam Tempat Kudus tiap tahun untuk pengampunan dosa melambangkan apa yang ada di Surga yaitu Kristus menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Ia membawa darah-Nya sendiri dan cukup sekali (tidak tiap tahun menderita disalib hingga mati) untuk menghapus dosa oleh kurban-Nya (Ibr. 9:23-26).

Jadi, Paskah zaman dahulu dengan pengurbanan 600.000 domba yang disembelih secara fisik merupakan lambang agar mereka tahu bagaimana cintanya Allah kepada bangsa Israel yang diperbudak (fisik) oleh bangsa Mesir selama 430 tahun. Waspada, jangan merayakan Paskah sekadar tradisi karena ini menyangkut kekekalan.

Dengan mengatakan “Inilah tubuh-Ku..,inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:26-28), Yesus menerobosi kebiasaan yang tidak dapat menolong beralih kepada yang dapat menolong sebab tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:21). Terbukti kita dikuduskan satu kali untuk selamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus sementara pengurbanan binatang berulang-ulang tidak dapat menghapus dosa. Hanya oleh satu kurban saja, Ia menyempurnakan untuk selama- lamanya mereka yang Ia kuduskan (Ibr. 10:8-9, 11-14).

Perhatikan, kita harus memercayai Firman Tuhan bahwa kita dilepaskan dari belenggu dosa dan disucikan oleh darah-Nya melalui Paskah. Sebaliknya, jika kita memperingati Paskah tanpa mengerti maknanya seperti dilakukan oleh bangsa Israel, kita akan terikat oleh kerajaan duniawi dan tidak memiliki kedamaian sebab yang mampu memberi damai adalah Yesus yang disalib serta yang memiliki kemenangan adalah Yesus yang mereka tolak. Jangan sampai terjadi makin lama kita merayakan Paskah makin pudar iman kita akan kuasa pengampunan dosa oleh darah-Nya hingga berakhir tragis dengan tidak lagi percaya kepada-Nya! Bukankah telah terjadi 12 murid yang selalu mengikut Yesus ke mana pun dan kapan pun serta menyaksikan semua kegiatan-Nya ternyata tidak mengerti siapa yang akan menyerahkan Guru mereka dan tidak paham Yesus akan menderita disalib?

Sadarkah Firman Tuhan menggiring kita untuk memperingati Paskah dengan makna baru? Dan sudahkah kita mengalaminya? Atau kita merayakan Paskah dari tahun ke tahun begitu saja hanya untuk memenuhi peraturan gereja? Sikap semacam ini berbahaya karena dunia dewasa ini makin gencar meluncurkan tipu muslihatnya untuk menjerat kita agar kita tidak percaya bahkan meninggalkan Tuhan dan kembali pada lumpur dosa. Oleh sebab itu jangan pernah melupakan sengsara-Nya yang telah menyelamatkan kita agar kita beroleh hidup kekal dan tinggal bersama-Nya di dalam kekekalan selamanya. Amin.