• MEMPERINGATI PASKAH DENGAN MAKNA BARU (2)
  • Lukas 22:7-23
  • Lemah Putro
  • 2022-04-15
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1113-memperingati-paskah-dengan-makna-baru-3
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita rindu memperingati Paskah dengan makna baru dan Firman Tuhan yang menjadi manusia mempunyai tujuan pasti yaitu mencari manusia berdosa yang tidak berpengharapan serta tanpa tujuan untuk memberikan mereka tujuan pasti itulah Yerusalem baru setelah mereka beroleh keselamatan kekal.

Apa yang dimaksud dengan “makna baru”? Namanya “baru” berarti betul-betul dan selalu baru. Ilustrasi: ketika hari ini kita membeli HP baru dengan processor dan kapasitas lebih bagus, kita begitu bersemangat dan bangga dengan HP tersebut tetapi setelah beberapa minggu HP tersebut tidak baru lagi dan kita menganggapnya biasa. Apakah kita juga bersikap sama ketika merayakan Paskah, kita begitu bersemangat di gereja memuji Tuhan bahkan menangis terharu mendengarkan penderitaan Yesus tetapi setelah beberapa hari kita sudah lupa akan khotbahnya dan semua berjalan seperti biasa. Atau emosi kita dipicu oleh sebab melihat tayangan film The Passion of Christ?

Ayat-ayat yang tercantum di dalam Alkitab merupakan bukti nyata tentang kasih Allah di dalam Yesus Kristus kepada kita. Apakah hati kita tergairah ketika membaca Firman Allah yang hidup tanpa perlu penampilan film dibintangi oleh aktor-aktor yang pintar akting untuk membangkitkan emosi kita?

Kalau begitu bagaimana kita memperingati Paskah dengan makna baru seperti tertulis dalam Injil Lukas 22:7-23? “….Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya….Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, katanya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan: Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu.” (ay. 14,19,20)

Apa reaksi kita dengan pembacaan ayat-ayat di atas? Apakah biasa saja karena sering membacanya seperti orang Yahudi merayakan Paskah tanpa mengerti makna baru sehingga mereka melakukannya tiap tahun sebagai tradisi?

Merayakan roti tidak beragi dan domba yang disembelih tidak dapat dipisahkan karena ini merupakan peraturan dari Allah terhadap bangsa Israel yang dibebaskan dari tawanan bangsa Mesir selama 430 tahun (Kel. 12:5- 7,15). Penyembelihan domba Paskah terjadi hanya sehari tetapi bangsa Israel harus memperingati roti tak beragi selama tujuh hari. Dapat dibayangkan bangsa Israel makan roti tidak beragi yang keras selama tujuh hari juga seluruh keluarga makan bersama daging domba pada malam itu untuk mengalami kelepasan total! Tahun berikutnya di bulan yang sama mereka memperingatinya seperti tahun sebelumnya tetapi mereka tidak perlu lagi terburu-buru memakannya seperti dialami di tahun sebelumnya ketika mereka keluar dari Mesir. Mereka masih ingat peristiwa keluarnya mereka dari Mesir.

Sayang tahun demi tahun berlalu dan mereka tidak lagi memaknai 600.000 ekor domba yang tersembelih demi kelepasan mereka dari perbudakan Mesir. Bahkan sampai hari ini mereka masih merayakannya setiap tahun tanpa mengerti makna Paskah sesungguhnya. Gereja mula-mula lebih baik dalam memaknai Paskah, mereka berkumpul tiap hari dalam Bait Allah, memecahkan roti di rumah masing-masing seara bergilir sambil memuji Allah. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kis. 2:46-47).

Introspeksi: bagaimana kita memperingati Paskah? Kita tidak lagi menyembelih domba atau makan roti tak beragi tetapi dapatkah kita menghayati pengurbanan Yesus saat makan Perjamuan Tuhan dan mengingat-Nya hingga Ia datang?

Apa makna baru dari Paskah – kematian dan kebangkitan Yesus?

  • Darah-Nya berfungsi untuk pengampunan dosa (Mat. 26:28).

Cukupkah kita mengingat Paskah hanya setahun sekali sementara tiap hari kita masih berbuat salah dan dosa? Harus diakui terlalu sering menggunakan Perjamuan Tuhan tanpa mengetahui maknanya akan menjadi suatu kebiasaan.

  • Rasul Petrus mengingatkan orang-orang Israel bahwa Allah telah membuat Yesus yang mereka salibkan menjadi Tuhan dan Kristus. Alhasil, mereka bertobat (Kis. 2:36-38).
  • Rasul Paulus menegur jemaat Korintus agar mereka berpesta tidak dengan ragi lama – ragi keburukan dan kejahatan – tetapi dengan adonan baru itulah roti tidak beragi kemurnian dan kebenaran (1 Kor. 5:6- 7).

Surat Korintus ditulis oleh Rasul Paulus ± 56M berarti setelah lewat ± 26 tahun kematian-kebangkitan Yesus (30M) orang-orang Korintus (bangsa kafir) bertobat (1 Kor 15:1-4) dan dapat memaknai Yesus sebagai Anak Domba Paskah. Rasul Paulus merintis dan membangun gereja Korintus kemudian pergi membangun gereja- gereja di tempat lain (Tesalonika, Efesus, Filipi dst.). Tampaknya cukup lama Paulus meninggalkan jemaat Korintus ketika dia mendengar kondisi rohani mereka kemudian mengingatkan mereka untuk tidak menyia- nyiakan Injil keselamatan.

Aplikasi: kita adalah adonan tidak beragi tetapi dapat khamir kalau kita tidak mau membuang ragi keburukan dan kejahatan. Yesus adalah roti hidup (Yoh. 6:35) tidak beragi. Hendaknya kita tekun membaca Alkitab – Firman Allah – yang sanggup menyucikan dan menolong kita menghadapi persoalan. Jika kita menyia- nyiakan Injil, kita dapat kehilangan keselamatan. Injil yang benar berbicara mengenai Yesus yang tersalib untuk dosa kita dan bangkit untuk membenarkan kita (Rm. 4:25).

  • Murid-murid di hadapan ribuan orang yang berkerumun ditegur Yesus agar waspada terhadap ragi kemunafikan orang Farisi (Luk. 12:1).

Waspada, kita dapat menjadi adonan beragi jika kita beribadah secara tradisi yang merayakan Paskah hanya setahun sekali. Apakah dosa kita yang diampuni 10 tahun lalu menjamin kehidupan rohani kita masih stabil sampai sekarang jika kita tidak disucikan oleh kurban Kristus tiap hari? Masihkah suami-istri hidup rukun damai atau makin lama makin renggang?

  • Petrus mengingatkan kita hanya menumpang di dunia dan ditebus dari cara hidup sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang oleh darah Kristus seperti darah anak domba tak bernoda (1 Ptr. 1:15-21). Percayakah nenek moyang kita berasal dari kera karena teori evolusi? Kita diciptakan serupa gambar Allah (Kej. 1:26).
  • Persembahan kurban (domba) tiap tahun merupakan bayangan dari keselamatan yang akan datang sebab darah lembu jantan atau darah domba jantan tidak dapat menghapus dosa. Tubuh Kristus dipersembahkan untuk menguduskan kita satu kali untuk selama-lamanya (Ibr. 10:1-10). Sering kita tidak sadar jika kita melakukan sesuatu tanpa iman, kita telah berbuat dosa (Rm. 14:23) atau kita tahu harus berbuat baik tetapi tidak melakukannya, kita berdosa (Yak. 4:17).

Aplikasi: kita yakin dosa kita telah diampuni oleh kematian Yesus dan dikuduskan hari demi hari. Bila Ia mengambil roh kita, kita akan mati kembali menjadi debu; bila Ia mengirimkan Roh-Nya kita akan hidup (Mzm. 104:29).

Hendaknya kita merayakan Paskah bukan untuk memenuhi peraturan gereja tetapi dengan makna baru bahwa Yesus, Anak Domba Allah, dikurbankan dan mati untuk menyelamatkan kita, menguduskan kita satu kali untuk selama-lamanya, menjauhkan kita dari ragi kemunafikan dan menjadikan kita adonan baru roti tidak beragi ditandai dengan kemurnian dan kebenaran. Dengan demikian kita akan selalu bergairah beribadah dan mengingat pengurbanan-Nya hingga Ia datang kembali. Amin.