• NILAI PERSEMBAHAN YANG BERKENAN BAGI ALLAH
  • Lukas 21:1-4
  • Lemah Putro
  • 2022-03-13
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1086-nilai-persembahan-yang-berkenan-bagi-allah
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita mau belajar untuk mengerti kehendak Tuhan dan menyadari bahwa rencana-Nya jauh melampaui pengertian kita. Oleh sebab itu marilah kita berserah kepada Firman Tuhan yang mendidik dan mengarahkan kita kepada hidup kekal setelah kematian. Roh kudus menolong kita untuk dapat bersyukur dalam kondisi apa pun walau tidak mudah sebab umumnya kita bersyukur apabila doa permohonan kita dikabulkan oleh-Nya.

Kali ini didikan apa yang kita terima melalui pemberitaan Firman Tuhan yang terdapat dalam Injil Lukas 21:1-4 dengan perikop “Persembahan seorang janda miskin”? “Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya tetapi janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”

Ini bukan pertama kalinya Yesus masuk ke Bait Allah tetapi kali ini Ia memerhatikan dan tidak mau melewatkan kesempatan yang baik untuk mendidik kita perihal persembahan melalui contoh seseorang yang tidak diperhatikan manusia pada umumnya itulah seorang janda miskin. Setelah menulis kisah ini yang berkaitan dengan uang, dokter Lukas menulis tentang Yudas Iskariot yang berencana membunuh Gurunya, Yesus, dengan menjual-Nya sebesar 30 uang perak (Luk. 22:4-5; Mat. 26:15).

Perhatikan, setiap ayat yang tertulis dalam Alkitab pasti ada maksud dan tujuan pembelajarannya bagi kita; jadi jangan cepat-cepat kita menggunakan ayat untuk “menembak” orang lain. Bukankah Yesus tidak menilai sikap orang-orang kaya yang memasukkan persembahan tetapi Ia hanya melihat mereka.

Pembelajaran apa yang kita dapat dari persembahan janda miskin ini? Apakah model persembahan seperti ini menentukan kita masuk Surga? Terkadang kita mudah terjebak dengan ayat terutama yang berkaitan dengan uang. Misal: ketika mempersembahkan persepuluhan kita langsung mengaitkannya dengan janji di Maleakhi 3:10 dan mengharapkan perolehan berkat berlipat-lipat.

Perhatikan, Tuhan melihat apa tujuan kita beribadah kepada-Nya. Ibadah yang murni dan tidak bercacat di hadapan Allah ialah yang mampu mengekang lidah alias menjaga mulut, mengunjungi yatim piatu, janda-janda yang dalam kesusahan dan yang dapat menjaga diri untuk tidak dicemarkan oleh dunia (Yak. 1:26-27). Ternyata penulis Surat Yakub ini menegur orang kaya yang hidup dalam kemewahan dan berfoya- foya memuaskan hati bahkan berlaku curang terhadap pegawainya (Yak. 5:1-6). Sejak Perjanjian Lama, janda dan yatim piatu mendapat perhatian besar dari Tuhan (Kel. 22:22; Ul. 10:18).

Kembali pada orang-orang kaya yang memasukkan persembahan ke dalam peti persembahan, apakah banyaknya uang persembahan itu menjadi tiket jaminan untuk masuk Surga? Tidak, yang pasti mereka masih mempunyai kelebihan uang banyak dibanding dengan jumlah uang yang dipersembahkan.

Pembelajaran: sedikit atau seberapa banyak jumlah persembahan kita, hendaknya kita tulus mengatakan bahwa kita belum memberikan apa-apa bahkan belum memberikan seluruh hidup kita kepada-Nya. Jangan ibadah berorientasi ingin diberkati Tuhan! Belajarlah dari janda miskin yang mempersembahkan dua peser (= mata uang tembaga yang paling rendah nilainya) yang menjadi penghidupannya. Terbukti hanya satu orang mempersembahkan seluruh hidupnya dibanding banyak orang kaya berkurban dari kelebihannya. Oleh sebab itu jangan ada sedikit pun orang yang diberkati merasa sudah memberikan (yang ter)banyak. Juga jangan membeda-bedakan ketika memberi berkat kepada janda (dalam jumlah sedikit sekali) sementara berkurban bagi pekerjaan Tuhan (dalam jumlah banyak) untuk dilihat orang.

Yesus memanggil para murid-Nya untuk memberitahu bahwa janda miskin tersebut memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke peti persembahan (Mrk. 12:43). Bukankah kita adalah murid-murid Tuhan yang mau belajar dari Firman-Nya untuk melakukan sesuatu yang berkenan kepada-Nya? Ingat, kehidupan kekal tidak dapat dibeli oleh harta kekayaan atau banyaknya amal yang kita lakukan. Keselamatan pun kita peroleh karena kasih karunia-Nya (Ef. 2:8). Ketika berbagi berkat dan donasi, apa sebenarnya niat hati kita?

Seorang janda tidak lagi memiliki suami/kepala yang memerhatikannya dan dia layak menerima sumbangan dan perhatian tetapi mengherankan janda yang hidup dalam kekurangan ini malah memberikan semua yang ada padanya. Dan Yesus menilai kesungguhan hati janda ini.

Aplikasi: kita tidak perlu meniru atau jor-joran dalam memberi persembahan tetapi kita bersedia mempersembahkan hidup kita karena yang menjamin keselamatan dan hidup kekal bukanlah uang berlimpah. Jujur kita sering terbuai dengan pujian dan sanjungan manusia yang tanpa sadar malah merusak kehidupan rohani kita. Oleh sebab itu jangan memanipulasi Firman Tuhan dan menggunakan kebaikan-Nya demi keharuman nama kita. Hanya Yesus yang dapat menilai hati manusia dalam berkurban. Janda miskin ini tidak mengharapkan apa-apa di dunia ini bahkan mempersembahkan uang terakhir (tak bernilai) yang dimilikinya. Memang tidak dituliskan bagaimana nasib selanjutnya dari janda miskin ini dan kita tidak perlu meributkannya. Bagaimana dengan kita? Jujur kita sering ingin dinilai dalam ibadah dan pelayanan.

Faktanya banyak gereja bermunculan dengan megahnya tetapi ada satu gereja orang kafir yang sangat miskin itulah jemaat Makedonia yang diuji berat dalam pelbagai penderitaan tetapi sukacita mereka meluap dan mereka kaya dalam kemurahan (2 Kor. 8:1-2). Dapat dibayangkan mereka rela berkurban melampaui kemampuannya padahal mereka sendiri sedang menderita (ay. 3)! Jelas mereka mampu berkurban bukan karena hatinya baik tetapi karena kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Mereka lebih dahulu memberikan diri kepada Allah kemudian kepada sesama (ay. 5). Mereka bahkan ikut mengumpulkan uang untuk orang-orang Yahudi di Yerusalem yang sedang menderita (2 Kor. 9:4).

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang sebelumnya miskin kemudian diberkati menjadi kaya untuk memenuhi janjinya dan memberi dengan sukarela (2 Kor. 8:9-11).

Aplikasi: hendaknya kita berkurban karena Ia telah memberikan kita hidup dan kekayaan. Ingat, Yesus telah memberikan seluruh hidup-Nya bagi kita. Jujur kita belum sampai menyerahkan hidup kita sepenuhnya. Jangan malah bertindak seperti pemuda kaya yang gagal mengikut Yesus karena terikat dengan kekayaannya (Mat. 19:18-22); berbeda dengan janda miskin yang tanpa perkataan telah mempersembahkan seluruh hidupnya.

Bagaimana dengan Yudas Iskariot setelah mendapatkan 30 keping perak? Dia sadar dan menyesal tetapi terlambat. Dia kemudian melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci lalu pergi dari situ dan menggantung diri (Mat. 27:1-5). Perhatikan, uang yang masuk ke dalam peti persembahan itu kudus sedangkan uang “darah”, hasil korupsi, pemerasan, pencurian tidak layak masuk dalam peti persembahan (ay. 6). Oleh sebab itu jangan bermain-main dengan niat hati seperti Yudas Iskariot yang dikuasai oleh roh tidak baik. Juga jangan meniru Ananias dan Safira yang diam-diam mengurangi persembahan karena dianggap kebanyakan yang berakibat kematian (Kis. 5:1-10).

Kini kita tahu macam persembahan apa yang berkenan bagi Tuhan. Kita tidak perlu menilai persembahan orang lain karena Tuhan tidak melihat jumlah nominalnya persembahan yang kita berikan tetapi niat hati yang rindu mempersembahkan seluruh hidup kita kepada-Nya sebab hidup dan penghidupan kita tidak tergantung oleh banyaknya uang dan harta yang kita miliki tetapi oleh kasih karunia-Nya semata. Amin.