• KESELAMATAN OLEH IMAN ADALAH KESEMBUHAN SEJATI
  • Lukas 17:11-19
  • Lemah Putro
  • 2022-01-09
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1043-keselamatan-oleh-iman-adalah-kesembuhan-sejati
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Janji Tuhan sangatlah berbeda dengan janji manusia sebab janji-Nya adalah “Ya” dan ”Amin” (2 Kor. 1:20) sementara janji manusia sering meleset membuat kita kecewa dan marah.

Kali ini janji apa yang Yesus mau sampaikan melalui renungan Firman-Nya? Injil Lukas 17:11-19 mengisahkan perjalanan Yesus ke Yerusalem menyusuri perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika memasuki sebuah desa datanglah sepuluh orang kusta menemui-Nya. Mereka berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus memandang mereka dan menyuruh pergi memperlihatkan diri kepada imam-imam. Heran, sementara di tengah jalan mereka menjadi tahir. Namun hanya satu orang (Samaria) berseru nyaring memuliakan Allah lalu kembali kepada Yesus dan tersungkur mengucap syukur kepada-Nya. Apa kata Yesus? “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Jelas dikatakan semua orang kusta itu tahir tetapi hanya satu orang yang diselamatkan oleh karena iman.

Alkitab mengatakan bahwa orang-orang beriman disertai dengan tanda-tanda mukjizat seperti: mengusir setan demi Nama Yesus, berbahasa baru, memegang ular, tidak celaka walau minum racun maut, menyembuhkan orang sakit (Mrk. 16:17-18). Berbicara mengenai kesembuhan, hal ini menjadi pekerjaan sehari-hari yang telah dilakukan oleh Yesus, buktinya Ia mendemonstrasikan mukjizat demi mukjizat – kesembuhan, kuasa atas alam semesta, kelimpahan berkat, pengusiran roh jahat bahkan kebangkitan dari orang mati.

Introspeksi: apakah kita mengikut Yesus dengan tujuan mengejar mukjizat dan berkat? Juga sudahkah kita berterima kasih setelah beroleh mukjizat dan berkat kemudian tindakan apa yang dilakukan selanjutnya?

Di lain kesempatan Yesus sedang berada di sebuah kota ketika ada satu orang kusta melihat Dia dan tersungkur memohon ditahirkan oleh-Nya. Yesus mengulurkan tangan menjamah orang itu dan menahirkannya. Kemudian Yesus menyuruhnya pergi memperlihatkan diri kepada imam dan memberikan persembahan penahiran sebagai bukti bagi mereka. Kabar penyembuhan ini membuat banyak orang datang berbondong-bondong untuk mendengar Dia dan disembuhkan oleh-Nya (Luk. 5:12-15). Di sini Yesus hanya menahirkan orang kusta itu tetapi tidak menyinggung soal keselamatan padahal iman mampu menyembuhkan, menyelesaikan masalah bahkan menyelamatkan. Tentu kita sangat bersukacita mengalami kesembuhan tetapi bagaimana dengan iman kita yang menyangkut kehidupan setelah kematian?

Kita menelusuri lebih jauh tentang kisah sepuluh orang kusta yang ditahirkan oleh Yesus. Apa yang terjadi? Mereka berdiri agak jauh saat datang kepada Yesus. Mengapa? Apakah dikhawatirkan takut ketularan? Bukankah Yesus mengulurkan tangan dan menjamah orang kusta yang mendekat kepada-Nya? (Luk. 5:13)

Sepuluh orang kusta ini berteriak nyaring minta dikasihani dan ditahirkan oleh Yesus. Namun dibalik ini, kehidupan mereka sangat memilukan. Mereka harus menaati peraturan Taurat yang mewajibkan (Im. 13:45-46):

  • Berpakaian cabik-cabik
  • Rambut terurai menutupi muka
  • Berseru-seru “Najis! Najis!”
  • Tinggal terasing di luar perkemahan

Dapatkah dibayangkan kalau si penderita kusta itu adalah suami/istri/anak/family/sahabat kita? Sanggupkah kita melihat penderitaan mereka yang dikarantina terpisah dari keluarga tanpa tahu batas waktunya?

Penampilan mereka harus beda dengan penampilan orang sehat pada umumnya. Pakaian apa yang diinginkan Tuhan? Pengkhotbah 9:8-9 menuliskan, “Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.”

Bagaimana nasib sepuluh orang kusta tersebut? Mereka hidup di pengasingan terpisah dari suami/istri dan keluarga serta menunggu tabib/seseorang yang dapat menahirkannya. Mereka tentu mendengar Yesus mampu menahirkan orang kusta tetapi mereka tidak mungkin dapat menemui-Nya karena berada di pengasingan. Oleh sebab itu mereka tidak membuang kesempatan ketika mendengar Yesus lewat dan mereka berteriak-teriak dari kejauhan minta dikasihani oleh-Nya.

Apa syarat seseorang telah tahir dari kusta? Dia harus pergi menghadap imam untuk diperiksa dari rambut sampai kaki. Rambut dicukur, pakaian dicuci dan tubuhnya dibasuh dengan air (Im. 14:9).

Dokter Lukas menulis dengan teliti bahwa satu penderita kusta yang menemui Yesus adalah orang Samaria; berarti sembilan lainnya adalah orang Yahudi. Mengapa dia menulis “orang Samaria”? Untuk menunjukkan bahwa orang kafir yang tahu diri dan bersyukur serta memuliakan Allah setelah ditolong; beda dengan orang Yahudi yang bersikap sombong karena tidak tahu berterima kasih.

Perhatikan, orang yang ketemu Tuhan tidak akan bangga diri tetapi malah merasa diri tak berharga. Contoh:

  • Yesaya ketika melihat Allah di atas takhta dan jubah-Nya memenuhi Bait Suci menjadi ketakutan dan mengaku orang yang najis bibir dan berada di tengah-tengah bangsa (Yahudi) yang najis bibir. Dia menyadari bahwa orang yang bertemu Tuhan akan celaka (Yes. 6:1-5). Namun Tuhan tidak mau manusia binasa tetapi bertobat; itu sebabnya mulutnya disentuh oleh bara yang diambil dengan sepit dari atas mazbah (ay. 6-7). Yesaya percaya bahwa pelanggarannya sudah dihapus dan diampuni.

Aplikasi: mulut manusia penuh dengan dusta dan kebohongan tetapi Tuhan mampu mengubahnya menjadi bibir yang jujur melalui kurban-Nya. Yesaya mengaku bahwa bangsa Yahudi najis bibir, bagaimana dengan kita, bangsa kafir?

  • Rasul Paulus pernah diangkat ke tingkat tiga dari Surga tetapi dia mengaku lebih bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaunginya (2 Kor. 12:2,5,9). Dengan kata lain, Tuhan tidak menyertai orang yang sombong.

Setelah bertobat, Paulus, orang Yahudi dan Farisi, mengaku dia paling berdosa dan bermulut najis sebab suka menghujat (1 Tim. 1:13,15).

  • Rasul Yohanes yang dibuang ke Pulau Patmos sebagai narapidana politik tersungkur seperti orang mati ketika melihat seorang serupa Anak Manusia (Why. 1:13-17). Kemudian dia mendengar suara, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang akhir dan Yang hidup.” (ay. 18)

Introspeksi: jangan mudah terjebak dengan kesaksian orang yang pergi ke Surga. Kalau kita ketemu Tuhan, kita akan menyadari siapa kita. Sekarang kita ketemu Dia melalui Firman yang kita dengar dan baca; oleh sebab itu kita patut menghargai Firman-Nya.

Menghadapi sepuluh penderita kusta yang minta dikasihani, Yesus dengan tegas menyuruh mereka pergi menghadap imam-imam. Dan mereka segera pergi tanpa banyak bicara memberikan alasan. Mereka perlu pengakuan penahiran agar dapat kembali berkumpul bersama keluarganya.

Kepada orang Samaria yang berterima kasih kepada-Nya, Yesus menyuruhnya pergi dan mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Apa maknanya? Kesembuhan dan penahiran dikerjakan Yesus oleh karena kurban-Nya namun apa gunanya sembuh jasmani tetapi jiwanya tidak selamat? Jadi jangan senang karena kita mengalami mukjizat-mukjizat bersifat jasmani (pemulihan ekonomi, kesembuhan dari penyakit dll.) tetapi bersyukurlah karena keselamatan kita terjamin.

Rasul Yohanes tidak membawa kita pada hukum Taurat yang bersifat literal dan fisik tetapi mengena pada dosa di dalam batin (bnd. 1 Yoh 1:8-9). Bila batin/hati nurani sudah disucikan, bagian luar akan beres pula. Itu sebabnya Yesus menegur orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang munafik, mereka membersihkan bagian luar cawan dan pinggan tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan (Mat. 23:25).

Yesus mencari iman yang menyentuh hati-Nya. Orang Samaria yang awalnya minta dikasihani setelah tahir memuliakan Allah. Dia tersungkur menyembah-Nya; ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah bukan sekadar nabi. Bila orang kafir menyembah-Nya; orang-orang Yahudi malah membenci bahkan menyalibkan-Nya.

Aplikasi: bila kita berani mengaku dosa, darah Yesus sangat berkuasa mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Setelah kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni, Yesaya mendengar suara Tuhan berkata, “Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (for Us = untuk Kita)?” Yesaya langsung menjawab, “Ini aku, utuslah aku!”

Begitu pula dengan kita, setelah kita diampuni dan mulut kita disucikan, Allah Tritunggal mau memakai hidup kita tetapi kita harus menyerahkan diri sepenuhnya tanpa mengemukakan banyak alasan. Kita kembali ke lingkungan kita dan mulut kita bersaksi menjadi terang bagi mereka yang masih hidup di dalam kegelapan. Waspada, apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan tidak mungkin keluar perkataan baik dari hati yang jahat (Mat. 12:33- 37). Melalui pengakuannya, Rasul Paulus menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya dan mendapat hidup kekal (1 Tim 1:15-17).

Tentu kita sangat berterima kasih kepada Tuhan atas mukjizat-mukjizat (jasmani) yang kita alami namun marilah kita melanjutkan dengan bersedia diutus menjadi saksi-Nya di rumah tangga maupun lingkungan kita supaya mereka yang belum/tidak mengenal Dia menjadi percaya dan beriman untuk beroleh keselamatan yang hanya ada di dalam Yesus, Juru selamat kita. Amin.