Shalom,
Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang memperpanjang umur kita setiap hari bukan setahun sekali. Untuk itu hendaknya kita mempunyai tujuan membawa hidup ini dibentuk sesuai rencana-Nya oleh Firman dan Roh Kudus.
Kita tahu pada hari Jumat Agung kita merayakan kematian kurban Kristus sementara Paskah merupakan hari kebangkitan-Nya. Apa kaitan Paskah dengan masa depan kita, para wanita? Kita membaca 1 Korintus 15:14, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
Jelas kebangkitan Yesus merupakan titik tolak iman Kristiani; seandainya Yesus tetap mati di kubur tidak bangkit dari kematian, sia-sialah iman kita.
Sama seperti Natal, kelahiran Yesus, ditandai dengan sejumlah besar bala tentara Surga memuji Allah (Luk. 2:13- 14); demikian pula kematian Yesus ditandai dengan terbelahnya tabir Bait Suci dari atas sampai ke bawah, terjadi gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah (Mat. 27:51-53). Kebangkitan-Nya juga ditandai dengan gempa bumi dan malaikat Tuhan turun dari langit menggulingkan batu kubur, membuat penjaga-penjaga ketakutan (Mat. 28:2- 4). Terbukti sejak kedatangan Yesus di dunia melalui kelahiran oleh Maria hingga kematian dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa spektakuler yang selalu diingat dan dirayakan.
Karena Yesus bangkit, kita mempunyai pijakan kuat untuk meyakini adanya kebangkitan dari orang-orang mati. Satu saat kelak, ketika Tuhan Yesus datang, orang-orang mati akan dibangkitkan dan mereka yang hidup diubahkan (1 Kor. 15:52). Keyakinan akan kebangkitan Kristus menjadi dasar bagi kita untuk mengelola masa kini dan menyongsong masa depan. Yang dimaksud masa depan bukanlah sekadar menyangkut perkara jasmani tetapi lebih kepada apakah kita akan bangkit menyongsong Tuhan Yesus di awan-awan atau tidak?
Bila kita membuka hati dan pikiran terhadap misteri kebangkitan seperti misteri kelahiran Yesus, kita akan menghargai hidup ini dan merayakannya dengan penuh sukacita bukan setahun sekali atau pada acara tertentu tetapi setiap hari walau kita menghadapi hidup yang makin sulit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan masa kini karena kebangkitan Yesus memberikan jaminan akan masa depan kita. Iman kita tidak sia-sia meskipun saat ini sarat dengan penderitaan.
Kenyataannya, banyak pertanyaan timbul berkenaan dengan masa depan, contoh: anak muda mempertanyakan kapan ketemu jodoh; orang tua berpikir bagaimana masa depan anak-anak dan cucu mereka dst. Perlu diperhatikan juga bagi pembicara Firman Tuhan, jangan bersikap seperti SPG (Sales Promotion Girl) yang gencar menawarkan barang tetapi dia sendiri tidak memakainya. Maksudnya pembicara gembar-gembor memberikan semangat kepada jemaat untuk percaya akan kebangkitan Yesus tetapi dia sendiri tidak mengalami kuasa kebangkitan-Nya.
Aplikasi: setiap orang (tua-muda; kaya-miskin; berkarier-ibu rumah tangga dst.) pasti mempunyai masalah tetapi janganlah masalah ini dijadikan alasan untuk tidak bersaksi bahwa hidup ini penuh sukacita karena kita memiliki Yesus yang bangkit.
Apa yang terjadi dengan murid-murid Yesus? Yohanes 20:19 menuliskan, “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi."
Mereka tidak percaya Yesus bangkit padahal Ia telah mengatakan bahwa Ia akan diserahkan dan disalib tetapi pada hari ketiga akan bangkit (Mat. 20:19). Mereka berkumpul dan ketakutan karena berpikir setelah Gurunya ditangkap, selanjutnya giliran mereka akan ditangkap juga. Mereka berpikir masa depan mereka suram karena merasa ditinggal sendiri. Mereka tidak hanya mengunci diri tetapi bersembunyi di balik ketakutan. Namun semua berubah saat Yesus menampilkan diri-Nya dan mereka melihat dengan mata kepala mereka bahwa Yesus hidup. Ketakutan mereka lenyap diganti dengan sukacita dan damai.
Saat ini kita tidak melihat Yesus bangkit seperti waktu itu. Bagaimana kita mengetahui Ia hidup? Biarlah (mata) iman kita melihat Pribadi Yesus melalui Alkitab – Firman-Nya. Oleh sebab itu jangan bosan membaca Alkitab dan jangan membacanya seperti membaca iklan. Bila kita yakin Ia hidup, kita tidak akan bersembunyi saat masalah datang tetapi menghadapinya dengan wajah cerah karena hati ada damai. Melalui pembacaan Alkitab, kita diyakinkan bahwa pengikutan kita kepada Yesus sudah tepat dan benar. Kita mungkin menghadapi banyak masalah tetapi kita tidak sendirian sebab Yesus yang hidup senantiasa menyertai kita kapan pun dan di mana pun.
Sekarang kita membaca Matius 28:9-10, “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
Mengapa justru perempuan (lemah) yang pertama kali mendapat kabar tentang kebangkitan Yesus? Ini sangat mengherankan dan membanggakan. Mereka diberi tugas untuk menyampaikan pesan kebangkitan-Nya padahal zaman itu perempuan tidak boleh bersaksi apalagi bercerita tentang kebangkitan Yesus. Budaya Yunani dan Yahudi memosisikan perempuan di tempat sangat rendah bahkan disejajarkan dengan barang/objek yang hanya dimiliki bukan sebagai subjek yang hidup. Bila disukai mereka digunakan, bila tidak mereka dibuang. Bahkan konon kalau laki-laki Yahudi berdoa, mereka mengucap syukur bahwa mereka bukan budak, bukan bangsa kafir dan bukan perempuan.
Namun, apa yang direndahkan manusia malah dihargai oleh Allah. Jadi, perempuan tidak perlu sakit hati saat diremehkan karena Tuhan menghargai kita seperti terulis dalam 1 Korintus 1:27-29, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”
Waktu bertemu perempuan-perempuan itu, Yesus menyuruh mereka memberitahu para murid-Nya pergi ke Galilea. Perlu diketahui, Galilea yang terletak di daerah pantai merupakan satu perkampungan orang miskin dan dianggap sebagai tanah kaum buangan. Galilea dianggap sebagai daerah yang sama sekali tidak terpandang bahkan hina tetapi Yesus justru pergi ke sana. Kontras dengan Yerusalem yang terletak di daerah pegunungan dengan pemandangan indah yang merupakan pusat peribadatan orang Yahudi dan tempat tinggal kaum elit. Heran Yesus malah memilih Galilea sebagai tempat untuk bertemu dengan para murid setelah kebangkitan-Nya! Ia tidak memilih Yerusalem yang sepertinya cocok sebagai tempat bersejarah. Terbukti penilaian Yesus terhadap seseorang atau sesuatu jauh berbeda dengan penilaian manusia. Ia justru memilih perempuan yang direndahkan dan Galilea yang disamakan dengan tempat buangan.
Jujur kita memilih apa yang kita anggap baik, bagus dan enak seperti dilakukan oleh Lot ketika disuruh memilih tempat tinggal oleh Abram karena negeri yang mereka diami berdua tidak cukup membuat terjadinya perkelahian antara gembala Abram dan gembala Lot (Kej. 13).
Aplikasi: hendaknya kita belajar untuk tidak memutuskan sesuatu sendiri tanpa bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Dan kalau Tuhan menentukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, jangan kita memberontak tetapi menyerah kepada-Nya. Sebaliknya, bila Tuhan tidak memilih kita walau kita merasa mampu, pandai, banyak ide, jangan kita marah karena Ia mau membentuk kita menjadi pribadi yang berubah.
Kebangkitan Yesus adalah kabar gembira bagi mereka yang tersisihkan dan yang hina. Kalau saat ini kita, orang tua, merasa tersisih dan jauh bahkan mungkin tidak dipedulikan oleh anak-anak yang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri atau teman-teman meninggalkan kita, Yesus yang bangkit tetap memerhatikan kita. Kita mempunyai masa depan walau saat ini kita mengalami banyak persoalan hidup. Ingat, damai yang berasal dari Tuhan tidak tergantung pada keberhasilan ekonomi, kedudukan yang hebat, tempat yang strategis dst. tetapi pada Tuhan sepenuhnya.
Tak dapat disangkal, persoalan hidup sering membuat kita mengunci diri tidak mau bersosialisasi. Jangan karena kegagalan, kita kemudian tidak merasakan kehadiran Tuhan. Sesungguhnya apa pun yang kita alami, Tuhan selalu ada bersama kita.
Persoalan hidup juga sering membuat kita tidak bangkit dan hidup dalam ketakutan. Marilah kita menyerahkannya kepada Tuhan bukan malah menganggap Tuhan tidak ada lalu kita setengah mati menghadapi masalah sendirian.
Allah memilih mereka yang bodoh, yang lemah, yang tidak terpandang, yang hina bagi dunia supaya tidak ada seorang pun memegahkan diri di hadapan-Nya. (1 Kor. 1:29). Waspada, Hawa, wanita pertama, jatuh dalam dosa karena dia ingin bermegah diri. Iblis melalui ular berhasil memutarbalikkan Firman Tuhan dengan mengatakan jika Hawa memakan buah itu dia tidak mati tetapi menjadi seperti Allah (Kej. 3:4-5).
Aplikasi: bila kita dipakai Tuhan dalam bidang apa pun (musik, menyanyi, multimedia, konsumsi dll.), jangan bermegah diri tetapi sadari siapa diri kita; kalaupun kita mampu melakukan ini itu, semua oleh karena kasih karunia-Nya. Bila kita menyadari hal ini, kita tidak akan mudah tersanjung atau bermegah diri tetapi tetap rendah hati. Jadilah diri sendiri bukan ingin menjadi orang lain yang tampak lebih sukses dalam karier maupun keluarga.
Di dalam Yesus Kristus, kita dibenarkan, dikuduskan dan ditebus (1 Kor. 1:30). Setelah naik ke Surga, Yesus mengirim Roh Kudus sebagai jaminan masa depan. Roh Kudus mengelola hidup kita masa kini dan menjamin masa depan kita – mengalami penebusan sempurna untuk menjadi milik-Nya (Ef. 1:13-14). Oleh sebab itu jangan kita mendukacitakan Roh Kudus (Ef. 4:30).
Tentu kita tidak mengabaikan Tuhan juga memberikan jaminan hidup secara jasmani tetapi dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya (1 Yoh. 2:17). Namun Roh Kudus menjadi jaminan hidup kekal yang tidak kita dapatkan dari dunia ini bila kita adalah milik Tuhan.
Marilah kita mengelola masa kini dengan benar karena yakin akan kebangkitan Yesus. Roh Kudus menolong sehingga kita tidak terpengaruh oleh sanjungan dan bisikan dari hati. Masa depan kita terjamin karena dipimpin Roh Kudus yang membawa kita kepada seluruh kebenaran hingga kita mengalami penebusan sempurna ketika Tuhan datang kita menjadi milik-Nya dan tinggal bersama-Nya dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Amin.
“Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
(1 Kor. 1:31)