Syalom,
Hendaknya salam bahagia meliputi kaum wanita yang mendengarkan, membaca dan melakukan Firman Tuhan. Kebahagiaan dari Tuhan membuat kita yang lemah tak berdaya mampu mengatasi masalah sebab kita sering salah bertindak karena lebih menuruti perasaan.
Bila diperhatikan lebih cermat, tema kita ialah ‘Percakapan Dua Wanita Pilihan Allah”. Berbicara tentang “percakapan” tentu ini berkaitan dengan lidah. Waspada, lidah termasuk anggota tubuh yang kecil namun dapat memegahkan perkara-perkara besar; betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar (Yak. 3:5).
Siapa yang dimaksud dengan dua wanita yang sedang bercakap-cakap dan apa yang dipercakapkannya? Lukas 1:39-45 menuliskan, “Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana."
Semua ini diawali ketika malaikat membuka kesempatan dan peluang bagi Maria untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung janin enam bulan (ay. 36). Sebenarnya kondisi mereka berdua merupakan suatu keajaiban sebab baik Elisabet tua yang mandul maupun perawan Maria sama-sama mengandung.
Maria muda (± 14 tahun) mengadakan perjalanan kaki sendirian dari Nazaret ke kota Hebron di Yehuda (± 2 hari/malam) untuk menemui Elisabet. Dapat dibayangkan Maria tidak berjalan santai tetapi bergegas ingin cepat sampai di tempat tujuan. Dia memberi salam hanya kepada Elisabet saat berjumpa oleh sebab saat itu Zakharia sedang bisu karena ketidakpercayaannya dan mungkin berada di kamar atau tempat lain.
Pembelajaran: hendaknya kita berangkat ke gereja tidak dengan lenggang kangkung tetapi bergegas dan tiba di gereja tidak terlambat.
Maria mengetahui dari malaikat bahwa Elisabet sedang mengandung tetapi Elisabet tidak mengetahui bahwa Maria diberi kepercayaan luar biasa untuk mengandung Anak Allah. Waktu Maria memberi salam, janin (6 bulan) di dalam kandungan Elisabet melonjak. Elisabet dapat merasakan lonjakan keras anak di dalam rahimnya sehingga dia penuh Roh Kudus kemudian berseru nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk. 1:42)
Luar biasa pekerjaan Tuhan dalam kehidupan dua perempuan ini. “Salam” yang keluar dari hati penuh kasih bukan basa-basi menghasilkan sukacita luar biasa (ay. 44). Heran, Elisabet yang jauh lebih tua mengakui ketidaklayakannya dikunjungi oleh Maria muda ini (ay. 43) padahal Maria tinggal di kota kecil (Nazaret) sementara Elisabet di kota imam, Hebron, dan sudah lama mendampingi suaminya melayani sebagai imam.
Jika saat itu berlaku pada dua wanita pilihan Allah, sekarang tidak hanya dua wanita tetapi kita semua adalah pilihan Allah dan dipenuhi Roh Kudus. Apakah perkataan “salam” kita serius atau hanya basa-basi? Roh Kudus membuat kita menjadi rendah hati tidak peduli kita lebih senior dan berpengalaman.
Perhatikan, kita sudah mengalami proses keselamatan – diampuni dan diselamatkan – juga dipilih walau mungkin kita tidak menyadarinya. Namun sayang, sering kehidupan wanita Kristen sembrono dalam bertutur kata. Misal: saat bertemu, masing-masing menceritakan pengalaman tanpa ada yang mau mengalah karena begitu bersemangat. Hendaknya sebagai wanita pilihan Allah yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus (Ef. 1:13-14), kita memiliki kerendahan hati.
Lebih lanjut Elisabet merespons, “Dan berbahagialah ia yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana." (ay. 45) Elisabet tidak hanya menyatakan salam tetapi juga berbahagia sebab percaya apa yang Tuhan katakan akan terlaksana.
Aplikasi: ketika mendengar (perkataan) Firman Tuhan, hendaknya kita memercayainya; kita bukan percaya kepada pendeta yang fasih lidah dalam menjabarkannya tetapi pada perkataan Firman dan yakin apa yang dikatakan Alkitab pasti digenapi.
Bagaimana mungkin Elisabet yang sudah berusia lanjut mengandung? Pasti Allah mempunyai rencana untuknya yaitu untuk memuliakan Tuhan bukan untuk pribadinya. Demikian pula dengan Maria yang menempuh perjalanan jauh (± 2-3 hari) untuk bertemu Elisabet tua. Walau masih muda, Maria tidak takut berangkat sendirian karena Roh Kudus memimpinnya.
Aplikasi: hendaknya perjalanan hidup kita bersifat mandiri di bawah pimpinan Roh Kudus agar tidak ikut-ikutan mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain dan hanyut dibawa arus dunia ini.
Tahukah nyanyian pujian Maria diambil dari Perjanjian Lama (Luk. 1:46-55; 1 Sam. 2:1-10)? Ini berarti Maria yang masih muda sudah menyelidiki Firman untuk direnungkan dan saat itu yang ada hanyalah lima Taurat Musa.
Hendaknya anak-anak sejak dini sudah dididik untuk mengenal Tuhan sehingga ada sukacita di bawah pimpinan Roh Kudus untuk beribadah ke gereja. Jangan terjadi anak malah tidak betah di gereja atau pilih-pilih gereja sesuka hatinya. Bila si ibu penuh Roh Kudus anak yang dikandung juga akan penuh Roh. Ingat, anak adalah kemuliaan Tuhan bukan sekadar kepentingan orang tua untuk suatu kebanggaan. Bukankah TUHAN sudah memberikan ibu Simson pantangan-pantangan terhadap Simson sejak dia dalam kandungan ibunya (Hak. 13:3- 5)?
Pujian apa yang Maria nyanyikan?
“Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk. 1:46-49)
Maria menikmati dipenuhi Roh Kudus dan mengalami sukacita luar biasa bukan karena perkara duniawi yang bersifat sementara. Jiwa dan kehidupannya bersukacita menyambut salam dari Elisabet yang merasa tidak layak mendapat kunjungan dari ibu Tuhannya. Kelelahan Maria dari perjalanan jauh terhapuskan begitu mendengar sambutan Elisabet yang mengatakan dia sedang mengandung Anak Allah yang Mahakuasa.
Perhatikan, sukacita dari Surga bersifat permanen di mana pun kita melayani. Kita yang sudah lanjut usia perlu belajar untuk tidak mengecilkan atau merendahkan kehidupan muda yang Tuhan pilih dalam pelayanan untuk memuliakan Dia. Semakin Tuhan mengangkat hidup kita, semakin kita memuliakan Dia. Misal: bila Tuhan mengangkat kita menjadi pimpinan kantor atau gereja, kita harus menyadari bahwa ini semua untuk kemuliaan Tuhan bukan mencari nama atau kemuliaan untuk diri sendiri. Kita harus menghargai tugas pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Juga jangan meremehkan bentuk pelayanan apa pun apalagi iri hati melihat pelayanan orang lain lebih tinggi. Ingat, pelayanan bukan untuk gereja atau kesenangan diri sendiri tetapi untuk meninggikan Nama Tuhan. Di era gereja mula-mula, jemaat menjual hartanya untuk dikurbankan bukan diambil untuk kepentingan diri sendiri.
Nyanyian pujian Maria tampak jelas menyiratkan kerendahan hati Maria yang mengakui bahwa Tuhan memerhatikan orang yang rendah hati dan keturunannya akan berbahagia. Jelas berkat pribadi melebar ke keluarga, satu pribadi diselamatkan, seluruh keluarga juga diselamatkan. Oleh sebab itu kita harus hati-hati dalam bertutur kata yang dapat membuat orang lain menjadi lemah bukannya bersukacita karena kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Ia memercayakan kita tugas pelayanan berbeda dan semakin kita ditinggikan, hendaknya semakin kita rendah hati sebab Ia dalam pemeliharaan-Nya menentang orang yang congkak tetapi mengasihani orang yang rendah hati (Yak. 4:6).
Maria mengakui Allah adalah Juru Selamatnya dan yakin dia mengandung Juru Selamat. Tanpa pengakuan seperti itu, dia tidak akan selamat. Maria memiliki pengertian di luar pikiran manusiawi. Jujur, kita sering menggunakan akal pikiran kita untuk menganalisa segala macam hal tetapi banyak yang gagal. Hendaknya kita mau menyerahkan pikiran kita untuk mengerti kehendak Tuhan.
Maria tinggal di rumah Elisabet ± tiga bulan lamanya lalu pulang kembali kerumahnya (Luk. 1:56). Biasanya di awal-awal kedatangan tamu, kita merasa senang tetapi kalau si tamu betah tinggal di rumah kita hingga berbulan- bulan lama-kelamaan timbullah gesekan-gesekan. Bukankah hidup nikah yang masih baru terasa manis tetapi setelah hidup bersama bertahun-tahun muncullah gesekan-gesekan yang terkadang meruncing tidak tertolong berakhir dengan perceraian?
Maria tinggal di rumah Elisabet selama tiga bulan sampai dia merasa yakin dirinya mengandung dan mendapat penegasan dari sepupunya, Elisabet, yang telah mengandung lebih dahulu. Maria dikuatkan melalui bimbingan Elisabet dalam percakapan-percakapan di bawah pimpinan Roh Kudus. Perhatikan, orang yang penuh Roh Kudus akan makin teguh meyakini apa kata Firman Tuhan yang pasti akan terjadi menurut waktu-Nya bukan waktu kita.
Aplikasi: hendaknya persekutuan yang sehat dari anak-anak Tuhan berbuahkan kerendahan hati sehingga dapat melakukan tugas pelayanan apa pun dengan sukacita dan semua untuk kemuliaan Tuhan. Dengan demikian tidak ada rasa jenuh, terpaksa, bosan atau ingin mencoba yang baru dalam pelayanan.
Mengapa Maria pulang ke rumahnya tanpa menunggu Elisabet melahirkan? Dia pulang untuk berbicara kepada Yusuf. Imannya sudah kuat dan sukacita serta pujian kepada Allah menyertainya. Tentu tidak mudah baginya menghadapi Yusuf. Maria sudah dapat menerima kandungannya bukan karena dia salah tetapi diperkenan Tuhan maka dia harus menghadapi masalah yang ada bukan malah lari atau menghindar darinya.
Aplikasi: hendaknya kita belajar mandiri dimulai dari hal kecil. Bila untuk perkara kecil saja tidak mandiri, jangan harap kita dapat menghadapi persoalan besar dan ingat pertolongan manusia sehebat apa pun tetap ada batasnya.
Betapa indahnya persekutuan oleh sebab kebaikan Tuhan! Apa yang dialami oleh Maria dan Elisabet menjadi berkat bagi kita. Apa gunanya kita bersekutu tetapi masih gontok-gontokan dan saling iri hati? Elisabet (senior) tidak iri atau membanggakan diri tetapi kata-katanya mengagungkan Allah. Hendaknya kita yang sudah lanjut usia makin mengasihi Tuhan dan menghargai pekerjaan yang dipercayakan oleh-Nya serta tutur kata kita menjadi berkat bagi orang lain. Jangan berkumpul malah untuk menggosip dan memfitnah tetapi biarlah lidah kita dikuasai oleh Roh Kudus sehingga kehadiran kita di mana-mana memancarkan kemuliaan Allah melalui perkataan kita.
Waspada, hendaknya persekutuan kita dalam event apa pun (Natal, Paskah, kKR dll.) tetap fokus dengan pemberitaan Firman Tuhan dan tidak dinodai oleh mulut yang tak terkendalikan. Maria dan Elisabet menghargai kepercayaan yang diberikan oleh-Nya. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita berkumpul dengan tujuan makin meninggikan Allah; kita tidak lagi suka menggosip atau sibuk urusan makanan. Kita menggunakan lidah sebaik- baiknya agar diperkenan oleh-Nya juga Firman Tuhan menjadi kekuatan kita untuk tidak asal menjawab atau ngomong sembarangan.
Elisabet dan Maria menjadi contoh bagi kita. Kalau kita merenungkan perjalanan hidup kita, jujur kita banyak mengalami kegagalan karena ulah mulut lidah yang memengaruhi hati. Waspada, dengan lidah kita memuji Tuhan tetapi dengan lidah yang sama pula kita mengutuk manusia ciptaan Tuhan (Yak. 3:9). Bila kita telah banyak bersalah dalam tutur kata, akui dan minta ampun kepada Tuhan! Ia adalah Allah yang murah hati, Ia akan menyucikan lidah kita dan menjadikan kita alat untuk menyaksikan tentang Kerajaan Allah dan perbuatan- perbuatan-Nya yang besar. Amin. (RS)