“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu sama seperti induk ayam mengumpulkan anak- anaknya di bawah sayapnya tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi sepi…” (Luk. 13:34-35)
Sebuah tangisan, ratapan, keluhan…..itulah ungkapan Yesus yang merindukan kembalinya umat yang dikasihi-Nya untuk diselamatkan. Namun Yerusalem telah menolak semua utusan Allah yang menyuarakan berita keselamatan bagi mereka. Mereka sepertinya ingin membungkam para utusan yang menyuarakan suara Allah, menolak kasih karunia dan kehendak-Nya. Beberapa orang Farisi bahkan menyuruh Yesus pergi dari Yerusalem dengan alasan Herodes akan membunuh-Nya. Namun Yesus tetap menuju tempat itu – tempat yang telah ditentukan bagi-Nya untuk mencucurkan darah-Nya….
Seekor induk ayam mengerami telur ± 21 hari hingga telurnya menetas. Selama waktu itu induk ayam akan mendekam untuk memberikan kehangatan bagi calon anaknya yang masih berada di dalam telur. Dia berusaha tidak meninggalkan telurnya dan tubuhnya dibiarkan kotor dan kurus sebagai bukti keikhlasan hati mengemban tugas mulia sebagai induk ayam.
Induk ayam mengajar anak-anaknya mencari makanan dan akan menyerang siapa pun (binatang pemangsa) yang mengganggu anak-anaknya. Dalam keadaan bahaya ia mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya untuk melindungi dan menyelamatkan mereka. Apa pun yang membahayakan anak-anaknya akan dihadapinya sekalipun untuk itu nyawanya terancam.
Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai induk ayam yang penuh kasih dan pengurbanan demi keselamatan anak-anak- Nya serta melahirkan mereka menjadi manusia-manusia baru. Yesus menggambarkan kasih setia dan kerinduan-Nya demi keselamatan seluruh umat-Nya dengan rela berkurban bagi mereka. Yerusalem, bukan Herodes atau Pilatus menolak Yesus disalibkan. Kematian-Nya disebabkan karena umat-Nya yang menolak dan menghendaki kematian- Nya! Bukankah luar biasa kasih dan kesetiaan-Nya?
Iapun mengasihi kita dan merindukan keselamatan kita juga. Apakah kita akan membutakan mata kita akan pengorbanan-Nya, menutup telinga kita akan suara-Nya dan mengeraskan hati kita untuk menerima kasih-Nya? Yerusalem, mengapa kau menolak kasih karunia-Nya yang besar itu…? (Red.)