• Editorial 836, 31 Oktober 2021

Shalom,

Hampir setiap orang menghubungkan dosa dengan musibah dan penderitaan. Kebanyakan dari kita berpendapat bahwa orang yang menderita atau kena musibah tentu orang yang dosanya banyak dan Tuhan sedang menghukumnya.

Ketika beberapa orang membawa kasus tentang Pilatus yang mencampurkan darah orang-orang Galilea yang dibunuh dengan darah kurban yang mereka persembahkan juga tentang 18 orang mati ditimpa menara dekat Siloam, benarkah mereka lebih berdosa daripada orang-orang lain sehingga mereka harus menderita sedemikian?

Ternyata Yesus mengatakan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan kita perlu bertobat agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Dan bukan hanya sekali Ia mengatakan hal itu tetapi dua kali (Luk. 3:3,5).

Mungkin ketika diizinkan mengalami penderitaan, kita berkata dalam hati, “Aku merasa tidak berbuat dosa atau kesalahan, rajin ke gereja bahkan terlibat dalam banyak pelayanan. Mengapa aku harus mengalami semua penderitaan ini? Mengapa pula aku harus bertobat?” Kita tentu ingat kisah Ayub yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan sempat membiarkan dia diuji dan sangat menderita. “Apa yang telah kulakukan? Aku yakin bahwa aku benar!” kata Ayub (Ay. 13:18). Teman-temannya juga menghubungkan penderitaan dia dengan dosa yang telah dilakukannya. Ayub menyesali keadaannya dan merasa ketidakadilan telah menimpa dirinya. Namun di akhir cerita, Ayub bertobat dari pembenaran diri sendiri dan berkata, “Aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu…” Kini Ayub tahu bahwa kebenaran hanya ada dalam pribadi Allah. Ia bertobat dan dipulihkan.

Semua orang (termasuk kita) telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah tulis Roma 3:23. Semua manusia telah jatuh berada dalam kuasa maut… tidak seorang pun dari kita yang benar. Jadi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, setiap dari kita harus bertobat. Puji Tuhan bahwa oleh kasih karunia kita telah dibenarkan dengan percuma karena penebusan di dalam Kristus Yesus. Saat ini adalah masa kemurahan, jangan kita lewatkan kesempatan untuk mendapatkannya. (Red.)