• Editorial 824, 8 Agustus 2021

“Mengikut Yesus, keputusanku….” Itulah lagu terakhir yang dipilih Bapak Gembala untuk mengakhiri kebaktian Minggu lalu. Firman yang membawa pesan “Mengikut Yesus Dengan Konsekuensinya”, digambarkan dengan jelas melalui lagu itu. (Anda dapat mengikuti salinan khotbahnya dalam terbitan ini). Walaupun lagu di atas merupakan lagu yang sangat lama, lagu ini tetap disukai hingga kini. Mungkin Anda tidak tahu ada kisah yang memilukan sekaligus mengagumkan di balik lagu tersebut.

Kisah dibalik lagu dengan judul asli “I have decided to follow Jesus” terjadi sekitar tahun 1800 di Assam, daerah bagian Timur India, ketika sebuah keluarga dengan dua anak menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka melalui pekabaran Injil dari misionaris dari Inggris. Saat itu suku yang hidup di sana masih sangat primitif dan liar. Pertobatan Nokseng, kepala keluarga, dari suku Garo yang bertobat ini membawa banyak jiwa untuk dimenangkan di sana. Hal itu membuat kepala suku sangat marah. Keluarga itu diadili di hadapan masyarakat di daerah itu dan mengancamnya untuk meninggalkan imannya kepada Kristus. Nokseng kemudian berkata, “Mengikut Yesus, itulah keputusanku… aku tak akan ingkar.” Mendengar kata-kata itu, kepala suku memerintahkan anak buahnya untuk menghunjamkan tombak kepada kedua anaknya hingga mati. Ia kemudian kembali mengancam akan membunuh istrinya jika dia tidak menyangkal imannya. Kembali Nokseng berkata, “Aku tetap ikut Yesus walau sendiri…” Kemarahan kepala suku makin meluap dan memerintahkan untuk membunuh istri Nokseng. Kali itu kepala suku berkata, “Aku memberikan kamu satu kesempatan lagi, jika kamu mau berbalik dari imanmu, kamu akan hidup.” Nokseng kembali berkata, “Salib ada di depanku, dunia di belakangku… aku tak ingkar, aku tak akan ingkar.” Itulah ucapan terakhir yang keluar dari mulutnya karena kepala suku itu kemudian membunuhnya.

Kematian Nokseng ternyata membawa dampak besar dan kekristenan makin tumbuh pesat di daerah itu. Kepala suku tersebut menjadi penasaran dan berpikir bahwa pasti ada suatu kekuatan supraalami yang meyebabkan seseorang demikian kokoh mempertahankan imannya kepada Yesus Kristus hingga ia rela mati bagi Dia. Rasa penasaran itu kemudian membawa kepala suku bertemu secara pribadi dengan Yesus ketika ia membaca Injil dan menjadi percaya karena kesaksian keluarga yang telah dibantainya. Sejak saat itu lebih banyak orang mengenal Yesus. Hampir 90% suku Garo adalah orang Kristen.

Kata-kata Nokseng di atas kemudian digubah menjadi sebuah lagu yang indah oleh seorang misionaris India, Sadhu Sundar Singh, yang kemudian dibuatkan aransemennya oleh komposer Amerika, William Reynolds, dan dipakai oleh Billy Graham dalam banyak KKRnya di seluruh dunia. (Red.)