Masih dalam topik “sepikiran dan seperasaan” dengan Yesus, kita dibawa untuk mengenal lebih dalam tentang pikiran dan perasaan-Nya. Dia tidak hanya menyelamatkan manusia tetapi juga memperdamaikan kembali manusia dengan Allah. Sebagaimana tubuh-Nya, tirai di bait Allah terobek, dan darah-Nya yang tertumpah habis menyebabkan kematian-Nya telah membuka kembali jalan menuju persekutuan dengan Allah. Dia telah memimpin manusia pada kesela-matan melalui penderitaan-Nya! Bahkan Ia yang tidak berdosa “dibuat” berdosa dan dianggap sebagai “penjahat” yang layak mendapat hukuman mati di atas salib sebagai orang yang “terkutuk”. Namun, kembali Ia memakai kesempatan ketika berada di samping penyamun yang benar-benar berdosa dan terkutuk untuk menemani dan menyelamatkannya! Mampukah kita mempunyai pikiran dan perasaan seperti Dia? Pikiran dan perasaan untuk menyelamatkan seorang berdosa dan memperdamaikannya dengan Allah melalui penderitaan? (Red.)