• Editorial 806, 28 Maret 2021

Shalom,

Dalam beberapa hari ini kita akan merayakan Jumat Agung – hari kematian Yesus. Suatu hari yang sangat berarti bagi kita, orang-orang berdosa, karena pada hari itu Tuhan kita Yesus Kristus membuktikan secara tuntas kasih Agape-Nya kepada kita. Ia menyerahkan hidup-Nya bagi kita! Mungkin Anda pernah berpikir tentu Dia dapat melewati semua itu tanpa beban berat karena bukankah Dia adalah Tuhan sendiri yang mampu menanggung semua tanpa merasakan beratnya penderitaan? Tentu saja Dia merasakannya karena walau Dia memiliki keilahian sepenuhnya, Dia dengan rela dan sengaja melepaskannya. Ia ingin merasakan sengsara kita sepenuhnya sebagai manusia dan menerima hukuman atas dosa-dosa kita. Dengan menjadi manusia seutuhnya, Dia dapat menggantikan kita dan sengsara kita dengan menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh manusia berdosa.

Mungkin Anda menganggap hari itu biasa-biasa saja karena setiap tahun kita merayakannya sebagai kebiasaan dalam liturgi gereja. Beberapa dari kita merayakannya dengan menyiksa diri menjadi seperti Kristus saat disengsarakan. Kita mengaguminya bahkan ikut menangis melihat bagaimana dia menyerahkan tubuhnya untuk menderita sengsara seperti bagaimana Kristus menderita. Ada pula yang merayakan dengan menelusuri jalan-jalan yang pernah dilalui-Nya. Namun pertanyaannya, bagaimana perasaan kita saat-saat itu? Apakah Yesus pun menginginkan kita merayakan seperti itu? Kita kembali menangisi-Nya setiap tahun saat merayakan hari kematian Yesus?

Beberapa dari kita memang telah ditentukan untuk mati sebagai martir demi imannya kepada Kristus namun jika kita tidak mengalami hal demikian, tentu kita seharusnya sangat bersyukur karena semua sengsara telah Dia tanggung bagi kita. Bagi kita Dia berkata: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah itu menjadi peringatan akan Aku… Cawan ini adalah Perjanjian Baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini setiap kali kamu meminumnya menjadi peringatan akan Aku…”

Ketakutan saat menghadapi maut, pergumulan dalam doa semalam-malaman dengan keringat bagaikan darah menitik ke bumi, penganiayaan, cambukan, siksaan, ketelanjangan, fitnahan, penyangkalan, pengkhianatan, ditinggalkan sendiri dll. bukanlah hal mudah untuk dilalui seorang manusia seperti keadaan-Nya saat itu. Marilah kita mencoba menempatkan diri kita di tempat-Nya barang sejenak. Bukankah tergetar hati kita merasakannya? Sanggupkan kita melewatinya? Dia telah melewatinya bagi kita…SEMUANYA! Ia ingin kita selalu mengingatnya bahwa semuanya itu telah dijalani-Nya karena kasih-Nya yang besar kepada kita. Betapa seharusnya kita mengasihi Dia dengan segenap hati kita…
Ya Yesus, terima kasih untuk SEMUA yang telah Kau lakukan bagiku! (Red.)