Shalom.

Janin Yesus sudah ada dalam rahim Maria ketika remaja berumur 14 tahun itu mengunjungi Elisabet. Maria memasuki rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam itu, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus.

Selama tiga bulan Maria berada bersama dengan keluarga Zakharia. Tentu Zakharia mendengar keajaiban yang terjadi pada diri Maria. Gabriel, malaikat yang sama, telah membawa berita besar baik baginya maupun bagi Maria. Kini dia percaya bahwa bagi Allah tidak ada hal yang mustahil. Ketidakpercayaannya saat pertama kali mendengar berita itu telah membuatnya bisu. Ia mengingat betul pesan malaikat kepadanya agar menamai anak yang akan dilahirkan istrinya itu “Yohanes” sesuai perintah Allah dan kali ini ia tidak lagi membantah apa pun kecuali menaatinya.

Maria kembali ke rumahnya dan tiba waktunya bagi Elisabet untuk melahirkan. Pada hari kedelapan anak itu disunatkan dan orang-orang di sekitar mereka akan menamai “Zakharia” menurut nama ayahnya sesuai adat tetapi ibunya berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes!” Mereka kemudian bertanya dengan isyarat kepada Zakharia, bapanya, yang dijawab tegas dengan menulis “Namanya adalah Yohanes!” Ketika kesepakatan antara suami istri terjadi, terbukalah mulut Zakharia dan terlepaslah lidahnya. Dengan penuh Roh Kudus ia bernyanyi memuji Allah dan bernubuat tentang bagaimana Allah melawat umat-Nya serta melepaskan bangsa Yahudi dari musuh-musuh juga putranya akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan, Sang Juru Selamat.

Kebahagiaan dalam keluarga terasa begitu lengkap ketika bapa, ibu dan anak dipenuhi kuasa Roh Kudus! Tidakkah kita juga menginginkannya sehingga kita pun dapat menyanyikan:

“Rahmat dan belas kasihan-Nya telah melawat kita… Surya pagi dari tempat yang tinggi telah menyinari kita yang berdiam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Luk. 1:67-79)