Shalom,
Ketika seseorang tidak tahu apa arti kebenaran yang sesungguhnya, dia mulai meragukan dan bertanya-tanya “Apakah kebenaran itu?” Dia akhirnya terombang-ambing karena tidak yakin apa arti kebenaran sesungguhnya itu dan tidak mempunyai pegangan kokoh dalam dirinya. Di sekelilingnya, suara begitu banyak berteriak dan mendesak untuk melakukan sesuatu yang tidak benar.
Mungkin di hati kecil tahu gema suara arus utama membunyikan sesuatu yang tidak benar namun dia tidak kuasa membendung maupun menghentikannya. Suara itu begitu keras dan mengintimidasi. Suara itu merobohkan pendiriannya. Dia jatuh, terlindas dan tidak berdaya.
Suara banyak itu ternyata menolak kebenaran itu dan terang-terangan memilih yang tidak benar. “Bebaskan Barabas!” seru mereka, “Salibkan Dia, salibkan Dia…..” teriak mereka semakin keras dan beringas. Alkitab ternyata benar. Sejak awal Ia datang ke dunia, Alkitab telah menuliskan tentang Dia, “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” (Yoh. 1:10-11)
Ia bukan saja diragukan keilahian-Nya tetapi juga ditolak oleh milik yang dikasihi-Nya padahal untuk mereka Dia datang. Bahkan kebenaran itu kini disalibkan!
Itulah yang sedang terjadi di bumi yang penuh dosa dan pengaruh jahat ini. Jika kita tidak berpegang teguh pada Yesus Kristus yang adalah JALAN, KEBENARAN DAN HIDUP, kita pun akan goyah, jatuh terlanda dan terhanyut pada arus besar dari ketidakbenaran itu.
Saulus adalah salah satu dari mereka. Pengaruh dari ajaran-ajaran agamanya yang tidak memercayai Yesus bahkan menolak Dia membuatnya benci dan berusaha membinasakan para pengikut-Nya hingga suatu saat ia berjumpa sendiri dengan Yesus, Kebenaran sejati itu. Ketika sinar itu memancari dia, Saulus mendengar suara-Nya, “Saulus, Saulus, mengapa kau menganiaya Aku?” Saat itu pula ia menyadari bahwa menganiaya orang-orang Kristen sama dengan menganiaya Yesus. Ia bertobat. Ia telah berjumpa dengan “Kebenaran” dan kebenaran itu membebaskan dia dari hal- hal yang tidak benar dalam dirinya. Saulus tidak lagi menolak Yesus tetapi memegang-Nya dengan teguh dan tak mungkin tergoncangkan seumur hidupnya. Keputusan telah diambilnya, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang telah disalibkan (1 Kor. 2:2). Ia hanya mau membicarakan tentang Yesus bukan yang lain. (Red.)